Untukmu yang Pernah dihempas Badai

 Untukmu yang Pernah dihempas Badai

CIVILITA.COM – Sahabatku, badai adalah kejadian alami yang kadangkala menyapa hidup kita. Masalah pun begitu. Badai memang kadangkala memporakporandakan yang ada di sekitar kita. Pun dengan masalah. Badai menghantam segala hal yang ada dihadapannya, kadang tanpa ampun. Begitupun masalah.

Badai adalah sebuah pengibaratan bagi mereka yang pernah tertimpa masalah besar dalam hidupnya. Badai menyapa, kadang menghantam dengan pukulan keras. Tapi yakinlah dia sejenak mampir setelah itu berlalu. Badai adalah fenomena alami, layaknya masalah yang menyapa jalan hidup setiap manusia. Badai adalah ujian. Badai itu bisa berupa ujian kekayaan, kecintaan, kesetiaan, ketaatan. Ujian itu tanda cinta Allah.

Sahabatku, ada di antara kita mungkin yang pernah bertemu badai yang kita pikir hancurkan semua harapan kita. Itu tak benar. Lihatlah badai masih menyisakan diri kita dengan utuh tak tersentuh. Bersyukurlah, sahabatku. Badai masih menyisakan diri ini. Sehingga diri ini bisa menyaksikan petik hikmah akibat porak-porandanya badai. Dengan masih utuhnya kita melihat sekitar akibat badai, kita bisa bangkit berdiri. Melanjutkan rajut amal shalih.

Dari kita sah saja mengibaratkan masalah besar yang pernah singgah di hidup sebagai badai. Tapi badai tak pernah salah. Badai tak pernah salah. Badai itu tanda cinta Allah menguji hamba, antara syukur atau kufur? Dan sahabatku, ketahuilah bahwa Rasul kita yang mulia Muhammad Saw pun pernah diuji badai. Badai itu bernama ‘tahun kesedihan’.

Ya, tahun kesedihan (amul huzni) adalah bagai badai bagi Rasulullah, karena ditinggal dua orang tercintanya. Istri dan pamannya pelindung dakwah selama di Mekah. Istri dan paman Rasulullah bukan hanya keluarga. Mereka sahabat dan pelindung dakwah. Kehilangan keduanya bagai badai.

Tapi saksikanlah Rasulullah nan mulia. Setelah kesedihannya berlalu, beliau bangkit. Istiqomah sambut hari esok. Dan badai itu benar tanda cinta Allah kepada Rasulullah. Allah menghadiahkan Isro dan Miroj, setelah tahun kesedihan. Catatan sejarah kemudian menorehkan, pasca Isro’ Mi’roj Allah memenangkan kaum muslimin, berupa hijrahnya Rasulullah.

Sahabatku, jangan pernah takut akan badai, karena dia kejadian alami. Diingini atau tidak, dia akan menyapa kita. Jika kita telah tahu badai akan datang, maka menyiapkan diri untuk menyambutnya adalah keharusan.

Sahabatku, berjanjilah pada diri kita bahwa kita berani memilih untuk bangkit lagi, setelah badai itu berlalu. Saksikanlah di sekitar, mereka yang pernah terhantam badai. Mereka bangkit, menyapa esok penuh harap. Sebagian lagi malah yang pernah terhempas badai, bangkit menjadi pribadi pilihan dan tangguh. Ada yang pernah terpuruk dengan masalah cinta. Setelahnya, mereka bangkit tanpa harus jumawa. Ada yang pernah terpukul problem harta. Setelahnya, dia bangun lagi menatap kecerahan.

Tapi ingat sahabatku, bukan seberapa sering kita dihantam badai yang buat kita mulia. Taqwa ukurannya (QS. Al Hujurat 13). Bukan seberapa sering kita diterpa badai yang membuat kita kuat. Kuat-lemah adalah pilihan kita (QS. Ar-ra’du 11).

Tapi disapa badai adalah sebuah episode kehidupan yang harus kita siapkan, sejak saat ini. Sejak kita mengerti apa itu hidup. Wallahu’alam. [lukyrouf]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *