Seribu Orang Lebih Meninggal Akibat Gempa Afghanistan

Seorang kakek di antara reruntuhan bangunan akibat gempa di tenggara Afghanistan. [foto: BBC]
Kabul (MediaIslam.id) – Gempa bumi berkekuatan 6,1 magnitudo mengguncang wilayah Afghanistan tenggara pada Rabu, 22 Juni 2022. Akibatnya, lebih dari 1.000 orang tewas dan sedikitnya 1.500 mengalami luka.
Provinsi Paktika yang berada di tenggara Afghanistan merupakan wilayah yang paling terdampak. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sedang berjuang untuk menyediakan tenda darurat dan bantuan makanan. Namun, upaya penyelamatan terhambat oleh hujan deras dan hujan batu es.
Pusat gempa berada sekitar 44 kilometer dari kota Khost, dan getarannya terasa sampai ke Pakistan dan India. Dari kesaksian warga, getaran juga terasa di ibu kota Afghanistan, Kabul, dan ibu kota Pakistan, Islamabad.
“Sayangnya, pemerintahan sedang dikenakan sanksi, sehingga tidak mampu secara finansial untuk membantu rakyat, sejauh yang dibutuhkan,” kata Abdul Qahar Balkhi, seorang pejabat senior Imarah Afghanistan, seperti dilansir BBC, Kamis (23/06/2022).
“Lembaga-lembaga kemanusiaan internasional sedang menolong, negara-negara tetangga, negara-negara kawasan, dan negara-negara dunia telah menawarkan bantuan mereka. Kami menghargainya dan menyambut baik.”
“Bantuan perlu ditingkatkan ke skala yang sangat besar karena ini adalah gempa bumi dahsyat yang belum pernah terjadi dalam beberapa dekade,” lanjut dia.
Sebagian besar korban sejauh ini berada di distrik Gayan dan Barmal di Paktika. Hal itu disampaikan seorang dokter setempat kepada BBC. Seluruh desa di Gayan dilaporkan telah dihancurkan.
“Ada suara gemuruh dan tempat tidur saya mulai bergetar,” kata salah satu korban selamat, Shabir, kepada BBC.
“Langit-langit [rumah] jatuh. Saya terjebak, tapi saya bisa melihat langit. Bahu saya terkilir, kepala saya sakit tapi saya keluar. Saya yakin tujuh atau sembilan orang dari keluarga saya, yang berada di ruangan yang sama dengan saya, sudah meninggal,” ujarnya.
Berbicara kepada BBC, seorang dokter di Paktika mengatakan para pekerja medis termasuk di antara para korban.
“Kami tidak memiliki cukup orang dan fasilitas sebelum gempa, dan sekarang gempa telah merusak sedikit yang kami miliki,” katanya. “Saya tidak tahu berapa banyak rekan kami yang masih hidup.” [SR]