Pesan dan Prinsip Dasar Islam
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
ISLAM merupakan agama akhir zaman yang sangat agung dan sempurna, yang membimbing umat manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Ajaran Islam sangat lengkap dan sempurna, mencakup ajaran tentang akidah, syariah dan akhlak. Kesempurnaan agama akhir zaman itu, ditegaskan dalam firman Allah s.w.t.
ٱلۡيَوۡمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡهُمۡ وَٱخۡشَوۡنِۚ ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ
Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S. Al-Maidah, 5:3).
Secara lengkap, Islam berisi petunjuk-petunjuk yang dibutuhkan umat manusia dan pedoman hidup dalam segala tempat dan keadaan. Kemulian dan keagungan agama Islam, tidak saja karena kelengkapan ajaranya dan mampu menghadapi tantangan zaman, akan tetapi disebabkan karena agama itu sesuai dengan tabiat dan fitrah manusia. Dalam berbagai ayat al-Qur’an, banyak dijelaskan mengenai sesuainya ajaran Islam dengan hakikiat manusia dan perkembangan alam di sekitarnya.
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Q.S. Al-Rum, 30: 30).
Sebagian dari prinsip agama yang luhur dan sempurna tersebut, dapat dilihat dari pesan-pesannya yang sangat fitri dan manusiawi, diantaranya: Bahwa prestasi seseorang akan diraih dari kemampuan amalnya. Pertanggungjawaban secara pribadi, beramal menurut kemampuannya masing-masing. Berprinsip tidak merugikan orang lain dan tidak dirugikan oleh orang lain, sesuai dengan situasi dan kondisi, banyak prinsip-prinsip lain yang tidak bisa dimuat dalam uraian di atas. Secara lengkapnya dapat dikaji dari sumber nilai dan ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah.
Agama Islam menilai prestasi seseorang, tinggi rendahnya ditentukan oleh kemampuan orang itu dalam melahirkan karya-karyanya yang bermanfaat bagi sesama makhluk. Mulia atau hinanya seorang manusia, ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya dan amal yang dikerjakannya. Kemuliaan tidaklah ditentukan oleh suatu keturunan atau kebangsaannya, tetapi ditentukan oleh akhlak dan kepribadiaannya. Kedudukan akhlak dalam kehidupan perseorangan atau kelompok bahkan suatu bangsa sangat menentukan. Tegak runtuhnya suatu masyarakat ataupun bangsa ditentukan oleh keadaan akhlak dari anggota masyarakatnya. Bila akhlaknya luhur, tegaklah bangsa itu dengan keagungannya dan bila akhlaknya runtuh, maka runtuh pula kehidupan masyarakatnya.
Setiap individu, menurut ajaran Islam bertanggungjawab atas perbuatannya masing-masing, baik perbuatan terpuji ataupun tercela. Setiap pribadi tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan orang lain. Seorang ayah atau ibu tidak akan memikul dosa anak-anaknya yang telah dewasa, demikian juga anak-anaknya tidak akan memikul dosa kedua orang tuannya.
Dalam al-Qur’an dijelaskan:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۢ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. Dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (Q.S. Al-Thur, 52: 21).
Agama Islam membebani seorang manusia menurut kemampuannya masing-masing. Karena itu segala ajaran agama pada dasarnya dapat dilaksanakan oleh setiap orang Islam. Islam agama kenyataan, bukan agama khayalan, segala ajaran dan pesan-pesannya, dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap diri manusia dituntut untuk melaksanakan sesuatu yang berada dalam kemampuannya, tidak dibebani dengan sesuatu yang berada di luar kemampuannya.
Allah berfirman:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 286).
Prinsip ajaran Islam berikutnya adalah bersikap untuk tidak merugikan orang lain dan juga tidak mau dirugikan. Tidak bersikap dzalim terhadap orang lain dan tidak mau didzalimi. Tidak memperbodoh orang lain dan tidak mau diperbodoh. Itulah prinsip yang adil dan jujur serta kenyataan yang harus ditegakkan dalam kehidupan sehari-hari. Bila tidak demikian, maka kehinaan dan kehancuran akan menimpa umat manusia. Prinsip berikutnya, bahwa hukum Islam sesuai dengan situasi dan kondisi. Kapanpun dan dimanapun manusia berada. Hukum Islam sangat luwes dan luas, sehingga bisa diterapkan dalam segala kehidupan. Para ahli fikih menyebutnya dengan “shalihun likulli makanin wa zamanin” (cocok untuk setiap tempat dan waktu).*