Peristiwa Isra Mi’raj dan Pentingnya Upaya Pembebasan Al-Aqsa

Komplek Masjidil Aqsa
Di momen peringatan Isra’ dan Mi’raj, banyak dibahas salah satu firman Allah SWT di dalam surat Al Isra ayat pertama, yang artinya:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Menafsirkan penggalan ayat tersebut, khususnya tentang Masjidil Aqsha, Professor Fakultas Syari’ah Universitas Qashim – Saudi Arabia yaitu Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil menjelaskan tentang penyebutan masjid al-Aqsha dengan menambahkan sifatnya yang diberkahi, dan tidak seperti masjid al-Haram yang tidak disebutkan sifat berkahnya.
“Bahwasanya kemashuran masjid al-Haram sebagai masjid yang diberkahi telah meluas di kalangan masyarakat dan sebagai tempat berpijaknya Ibrahim juga sangat dikenal oleh kalangan Arab, adapun Masjid Al-Aqsha bahkan tidak sedikit orang yang seolah-olah ia lupa tentangnya, lebih parahnya lagi orang-orang kafir dengan usaha mereka hendak menghapuskan jejak-jejak kenabian dari masjid ini,” jelas Prof Umar.
Masjidil Aqsha dan tanah di sekelilingnya yang disebut Baitul Maqdis merupakan tempat asal para nabi sejak Nabi Ibrahim. Oleh karena itu mereka dikumpulkan di sana, lalu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengimami mereka di tempat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam adalah imam paling agung dan pemimpin yang didahulukan. Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada mereka semua.
Di antara keberkahan Masjidil Aqsha adalah pengutamaan Masjid ini dibandingkan masjid-masjid lainnya selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dan bahwasanya dituntut untuk memaksakan bepergian ke masjid-masjid ini semata-mata untuk beribadah dan shalat di dalamnya. Dan bahwa Allah telah mengkhususkan tempat ini bagi kebanyakan para nabi dan orang-orang pilihanNya.
Singkatnya, Baitul Maqdis adalah daerah yang diberkahi, tempat tinggal dan hijrahnya para Nabi, kiblat pertama umat Islam, tempat Rasulullah melaksanakan Isra dan Mi’raj, dan satu diantara tiga masjid utama yang dianjurkan Nabi untuk diziarahi.
Dalam sejarah, setidaknya dua kali Masjidil Aqsha dikuasai kaum Muslimin. Pertama, pada tahun 15 Hijriah, kaum Muslimin di bawah kepemimpinan Khalifah Umat bin Khattab berhasil membuka kota Baitul Maqdis. Dan ketika itu para uskup (para pimpinan gereja) mengatakan: “Kami tidak akan menyerahkan kunci Baitul Maqdis, kecuali kepada Khalifah Umar bin Khatthab ; karena kami mendapati sifat-sifatnya dalam kitab suci kami.” Dan datanglah Umar dari Madinah menuju Baitul Maqdis, dan beliaupun menerima kunci Baitul Maqdis dari mereka.
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bahwa Khalifah Umar tidak menghancurkan Gereja, Biara, atau tempat-tempat ibadah yang ada. Akan tetapi beliau membiarkan tempat-tempat ibadah mereka. Dan beliau pun memberikan janji pengamanan untuk para penduduknya. Khalifah Umar membuktikan bahwa Islam adalah agama pertengahan dan keadilan.
Sejak saat itu, Baitul Maqdis hidup dalam kedamaian hingga 470 tahun kemudian terjadi tragedi berdarah, saat pasukan Salib pada 492 Hiriah atau 1099 Masehi menguasai Baitul Maqdis, dengan sadis mereka membantai 70 ribu umat Islam saat menyerbu Baitul Maqdis.
Namun sekitar 88 tahun kemudian, tepatnya pada 583 Hijriah atau 1187 Masehi, ada seorang pemimpin besar kaum Muslimin yang merasa tidurnya tidak nyenyak dan makannya tidak enak karena Masjidil Aqsha dikuasai tentara salib, pemimpin tersebut adalah Sultan Salahudin Al Ayyubi. Dengan gagah berani bersama pasukannya ia membebaskan Baitul Maqdis, sejak saat itu seluruh Baitul Maqdis sudah dikendalikan dan dikuasai Sultan Salahuddin Al Ayyubi.
Akan tetapi, singkat cerita, saat ini sudah berpuluh tahun Masjid Al-Aqsha dikuasai Zionis Israel, setiap hari terjadi konfrontasi di Tepi Barat, hampir setiap hari dilakukan penyerbuan terhadap masjidil Aqsha. Larangan dan kecaman untuk menghormati Masjidil Aqsha tak digubris penjajah Israel, bahkan mereka makin menjadi-jadi hingga berencana untuk menguasai Al-Aqsha secara penuh.
Itulah yang menjadi alasan utama, kenapa pada 7 Oktober 2023, pejuang Palestina di Gaza melakukan operasi serangan bernama “Badai Al-Aqsha” untuk menyelamatkan Masjidil Aqsha. Dengan gagah berani mereka melakukan serangan dengan target pasukan penjajah Zionis.
Akan tetapi, pasukan penjajah membalasnya dengan agresi biadab dengan memborbardir warga sipil Gaza. Mereka melakukan genosida terhadap penduduk Gaza. Hingga hari ke-123, pasukan penjajah Israel terus melanjutkan agresi mereka terhadap Jalur Gaza sejak tanggal 7 Oktober lalu yang mengakibatkan kematian lebih dari 27.365 warga sipil, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan, sementara lebih dari 66.630 orang terluka. 8.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan dan di jalan raya, karena penjajah menghalangi kru ambulans untuk menjangkau mereka.
Solusi Palestina
Pejuang Palestina menegaskan bahwa solusi Palestina adalah perginya para penjajah dari tanah yang diberkahi, karena tanah itu adalah mutlak milik Kaum Muslimin, tidak ada sedikitpun hak untuk para penjajah. Hal tersebut sebagaimana yang dilakukan pejuang kemerdekaan Indonesia, ketika penjajah Belanda ingin membagi wilayah Indonesia, para pejuang kemerdekaan menolak dan memilih untuk melawan mengusir penjajah.
Kita melihat, keteguhan para pejuang Palestina dan warganya luar biasa di tengah kebrutalan penjajah Israel yang tiada henti membombardir warga Gaza setiap hari. Sementara itu, upaya diplomasi untuk mengentikan agresi yang dilakukan banyak negara di forum-forum internasional belum juga berhasil, Amerika Serikat selaku sekutu Israel masih menghalangi upaya penghentian agresi tersebut. Karena itulah, pejuang Palestina menyerukan bersatunya negeri-negeri kaum Muslimin dan melakukan tindakan nyata dalam membebaskan Palestina dan Al-Aqsha.
Sambil berharap adanya upaya bersatunya negeri-negeri Muslim, lalu apa yang harus dilakukan bagi kaum Muslimin yang keberadaannya jauh dari Masjidil Aqsha seperti di Indonesia. Prof. Dr. Abdul Fattah, seorang peneliti yang sudah 40 tahun meneliti tentang masalah Palestina menjelaskan tanggungjawab membebaskan Al-Aqsha dan Palestina dimulai dari yang paling dekat, sementara yang jauh dan belum memungkinkan untuk membantu secara fisik adalah dengan belajar, menyebarkan kesadaran akan pentingnya menyelamatkan Masjidil Aqsha, sambil mengirimkan bantuan tentunya untuk warga Palestina dan para penjaga Masjidil Aqsha.
Hal tersebut sesuai fatwa dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang Masjid Al-Aqsha. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam diminta fatwa oleh seorang Shahabiyah, Sayyidah Maimunah radliyallahu anha.
“Berikan fatwa kepada kami tentang Baitul Maqdis!” Rasulullah menjawab, “Baitul Maqdis adalah negeri padang mahsyar dan negeri kiamat. Datanglah kalian ke Baitul Maqdis dan shalatlah di sana, karena satu kali shalat di Masjid Al-Aqsha sama dengan seribu kali shalat di masjid-masjid selainnya.” Maimunah berkata, “Bagaimana jika aku tidak bisa datang ke sana? Apa yang harus aku lakukan wahai Rasulullah?” Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, “Kirimkan minyak yang digunakan untuk menerangi lampu yang ada di Baitul Maqdis. Siapa yang melalukannya, maka dia seperti orang yang mendatanginya, (dalam riwayat lain), seperti orang yang shalat di dalamnya.”
Kita diwajibkan datang ke sana dan shalat di sana. Untuk mendapatkan pahala 1.000 kali lipat. Tetapi gara-gara Israel, kita terhalang untuk mendapatkan kemuliaan ini. Tetapi apa fatwa Rasulullah jika kita tidak bisa datang ke sana? Kita diwajibkan mengirimkan minyak. Maksudnya kita disuruh menjaga masjid Al-Aqsha, lampunya tidak boleh redup, lampunya tidak boleh mati.
Dengan kejadian penyerbuan dan penguasaan Masjid Al-Aqsha, maka kewajiban telah datang kepada kita, mengirimkan bantuan untuk menjaga Masjid Al-Aqsha, serta menolong warga Palestina yang menjadi korban genosida membutuhkan kerja yang terus menerus dan berkesinambungan sampai kemerdekaan bisa diraih. Insyaallah. (SF)