Menghitung Kadar Cinta Kepada Allah
Sahabat, jika kita tak mampu menghitung kadar cinta Allah kepada kita, lalu kenapa kita masih kufur terhadap Allah? Mana balasan cinta kita kepada Allah? Mana bentuk rasa cinta kita kepada Allah? Masihkah kita berani mengatakan ‘Aku Cinta Allah’? Mana buktinya?
Yuk bersama saya berhitung, dari keseharian kita hingga mungkin menjelang ajal kita kelak, bukti cinta kepada Allah itu mana?
Jika seaindainya dengan kemurahan Allah Swt, kita dikasih jatah umur 60 tahun, dan sejak usia 10 tahun kita sudah baligh, kita akan coba hitung bersama berapa tahun kita: Nonton teve, Sholat, Kerja, Istirahat, Belajar?
Jika diketahui 1 tahun = 365 hari, maka masa aktif umur kita 50 tahun (terhitung semenjak baligh) maka terhitung ada 18.250 hari, atau 438.000 jam. Contoh matematisnya seperti dibawah ini:
– Nonton teve/Main = 3 jam sehari => 6,2 tahun
– Sekolah/Kuliah/ Kerja = 8 jam sehari => 16,7 thn
– Istirahat (tidur) = 8 jam sehari => 16,7 thn
– Belajar (ini klo belajar) = 2 jam sehari => 4,2 thn
– Sholat 5 waktu 5 x 12 menit = 1 jam sehari => 2,0 thn
– Aktivitas/lain2 = 2 jam sehari => 4,2 thn
———————-
24 jam sehari à 50 tahun
Masya Allah, ternyata kalau kita mau jujur, cara termudah kita komunikasi dengan Allah adalah dengan sholat, dan ternyata dari 50 tahun umur kita, kita hanya menyisakan 2 tahun saja. Lalu dengan dalih apa kita berani mengatakan ‘I Love Allah’, atau bahkan ‘I Love U, Because I Love Allah’?
Itu bagi yang sholat, lalu bagaimana dengan yang tidak sholat? Atau bagaimana dengan kita yang tiap harinya tidak sadar Allah memperhatikan gerak-gerik kita dalam setiap aktivitas? Bagaimana dengan kita yang tiap hari tidak meniatkan semua aktivitas kita karena Allah?
Cara kedua, kita ukur dari tanda-tanda cinta. Dimana orang yang jatuh cinta biasanya memiliki tanda-tanda seperti: selalu ingat nama kekasih kita, sering menyebut namanya, menyukai apa yang disukainya, siap berkorban untuknya, tunduk patuh dan taat padanya, ingin membelanya, dan seterusnya. Pertanyaan pentingnya “Sudahkah kita jatuh cinta kepada Allah?”
Yang selama ini mengaku cinta kepada Allah, apalagi yang melakukan pacaran kemudian menjadikan Allah sebagai dalil untuk melegalkan hubungannya, “Apakah tanda-tanda cinta itu kita miliki untuk Allah?”
Jangan-jangan selama ini cinta kita palsu kepada Allah, mengaku cinta kepada Allah tapi melanggar perintah-Nya, tidak mentaati-Nya, tidak mendengar larangan-Nya. Kalau pun tidak palsu cinta kita, mungkin cinta kita kepada Allah, cinta semu. Ya, cinta semu, menjadikan Allah sebagai tameng untuk mencintai pacar kita, agar terasa legal dan sah. Yang seperti ini, bukan hanya cinta semu, tapi orang seperti ini pantas disebut penjahat cinta.
Sahabat, kesalahan kita dalam mencintai, berawal dari kesalahan kita tentang mengartikan cinta. Selama ini, kita sudah salah kaprah tentang cinta, kalau berbicara cinta selalu identik dengan pacaran, pacaran identik dengan cinta. Padahal tidak seperti itu keadaannya.
Kembali ke masalah ukuran cinta kepada Allah, dimanakah letak kesetiaan cinta kepada Allah, kalau kita berani melanggar larangan-Nya untuk berzina? Seberapa kuat dan besarnya cinta kepada Allah jika kita tak mampu meninggalkan larangan Allah?
Sahabat, Love is Choice, cinta itu pilihan, mau dibawa kemana, kepada siapa, dengan siapa, adalah semua terserah kita. Maka, pertanyaan pentingnya setelah ini, mau dibawa kemana cinta kita? Allah sudah menyerahkannya kepada kita “Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sebuah kaum hingga mereka mengubah apapun yang ada pada diri mereka.” (QS. Ar Ra’du:11).
Hanya orang-orang yang cerdas, yang mampu memilih kebaikan, hanya orang-orang yang cerdas yang mampu dan mau meninggalkan pacaran. Orang cerdas pasti memilih surga, “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (QS. Al Balad 10).
Orang cerdas pilih taat, “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran 31).
Orang cerdas pilih syariat, “Apa hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? “(QS Al-Maidah: 50)
Sahabat, orang cerdas pasti memilih surga. Tapi surga adalah ujian cinta. Kalau kita mengaku Cinta Allah, maka jangan pernah ragu meninggalkan larangan Allah, jangan pernah takut untuk memutuskan untuk melakukan kebaikan karena Allah, karena Surga itu ujian cinta kepada Allah. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : Tuhan kami adalah Allah, Kemudian mereka istiqomah, maka malaikat akan turun dan mengatakan kepadanya: janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih, dan gembirakanlah mereka dengan Surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu” (QS. Fushilat 30)