Kemanakah Kita Menjual Diri?
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١١١)
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah 111)
Ayat ini turun kepada Rasulullah saw. pada saat Baiat Aqabah II. Saat itu 70 orang Anshar berkumpul di sekitar Rasul. Abdullah bin Rawahah ketika itu berkata kepada beliau, “Silakan engkau meminta syarat apa saja untuk Tuhanmu dan dirimu.”
Nabi saw. lalu bersabda, “Untuk Tuhanku, aku meminta syarat agar kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Untuk diriku, aku meminta syarat agar kalian menjaga diriku sebagaimana kalian menjaga diri dan harta kalian.”
Orang-orang Anshar bertanya, “Jika kami melakukannya, apa balasannya?” Rasul menjawab, “Surga.” Mendengar itu, mereka berkata, “Sungguh, ini adalah perniagaan yang sangat menguntungkan! Kami tidak akan tinggal diam dan membatalkan jual-beli ini.” Kemudian turunlah ayat di atas. (Ath-Thabari, 1405: XI/36).
Seorang Arab Badwi, ketika dia melewati Nabi saw., sementara beliau sedang membaca QS at-Taubah ayat 111 di atas. Orang itu bertanya, “Ucapan siapa itu?” Nabi saw. menjawab, “Kalamullah (ucapan Allah).” Lelaki itu berkata, “Betapa menguntungkan jual-beli dengan Allah! Aku tidak akan tinggal diam dan tidak akan membatalkan perniagaan ini.” Segera setelah itu, ia pun pergi ke medang perang, menjual dirinya kepada Allah. Ia pun terbunuh; ia sukses menukar dirinya dengan surga yang telah dijanjikan-Nya. (Al-Qurthubi, 1372: VIII/287).
Seorang penjual yang baik tentu akan memilihkan barang dagangan yang terbaik kualitasnya jika dia tahu bahwa barang tersebut akan dibeli oleh orang yang sangat terhormat—katakanlah seorang presiden, misalnya; apalagi jika sang presiden itu menawarnya dengan harga yang sangat tinggi. Ia bahkan akan menyerahkan barang yang terbaik kualitasnya itu dengan penuh sukarela dan kebanggaan, bahkan jikapun ia tidak dibayar.
Lalu bagaimana dengan kita? Adakah sesuatu yang sudah kita jual kepada Allah demi meraih surga-Nya? Sudahkan kita menyerahkan sebagian besar waktu, harta, tenaga, pikiran, dan semua hal yang ada pada diri kita kepada Allah yang telah membelinya dari kita? Sudahkah kita menjual semua itu di jalan dakwah, sebelum kita menjual diri kita di medan jihad fi sabilillah? [lukyrouf]