Mengenal Lebih Dekat Ulama Penulis Kitab Fikih Sunnah

 Mengenal Lebih Dekat Ulama Penulis Kitab Fikih Sunnah

CIVILITA.COM – Banyak kaum Muslimin di penjuru dunia menjadikan Kitab Fikih Sunnah karya Syaikh Sayyid Sabiq sebagai rujukan dalam menjalani ajaran Islam. Bahkan di Indonesia boleh dibilang kitab tersebut merupakan salah satu kitab populer. Meski banyak dibaca umat Islam Indonesia, tetapi tak banyak yang tahu sepak terjang dan sejarah hidup penulis kitab itu.

Sosok Syaikh Sayyid Sabiq dikenal sebagai tokoh al-Ikhwan al-Muslimin (Ikhwanul Muslimin) Mesir. Beliau aktif bersama Ikhwan Muslimun sampai menjadi orang kepercayaan Imam Hasan al-Banna, Mursyidul ‘Am al-Ikhwan al-Muslimun. Seperti kebanyakan para tokoh Ikhwanul Muslimin yang lain, Sayyid Sabiq pun pernah merasakan hidup di dalam penjara. Seperti yang dialaminya pada 1949-1950. Ia dipenjara setelah dinyatakan terlibat dalam perang di Palestina.

Bagi seorang pejuang seperti Sayyid Sabiq, di mana pun ia berada, maka di situlah ia berdakwah, termasuk di penjara. Selama di penjara ia banyak membina dan mengajak tahanan lainnya untuk berjuang menegakkan Islam. Dikisahkan bahwa ketika beliau dalam penjara,karena tubuh beliau kecil dan kurus, lalu beliau menyusun ember untuk dijadikan pijakan. Beliau dengan lantang dan bersemangat menerangkan hukum fikih dan agama terhadap tahanan-tahanan lainnya. Sipir penjara dan tentara yang mengawal mereka turut mengikuti kuliah tidak resmi beliau dari balik jeruji besi penjara.

Sayyid Sabiq boleh disebut sebagai ulama multinasional. Ia menyebarkan dakwah Islam tak hanya di tanah kelahirannya saja, melainkan juga di berbagai negara, seperti Indonesia, Inggris, negara jazirah Arab, dan negara-negara pecahan Uni Soviet. Semasa hidupnya, Syaikh Sayyid Sabiq juga banyak membuka majlis-majlis ilmu di rumahnya. Dalam majlis itu, beliau banyak memberi fatwa dan menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul ditengah umat Islam. Banyak murid dari negara lain mengikuti majelis beliau.

Selain piawai berdakwah melalui lisan, Syaikh Sayyid juga piawai berdakwah melalui tulisan. Tulisan-tulisannya seringkali menghiasi beberapa majalah termasuk majalah mingguan milik gerakan Ikhwanul Muslimin. Di majalah ini, ia menulis artikel ringkas mengenai Fikih Thaharah. Dalam penyajiannya beliau berpedoman pada buku-buku fikih hadits yang menitikberatkan pada masalah hukum seperti kitab Subulussalam karya ash-Shan’ani, Syarah Bulughul Maram karya Ibn Hajar dan Nailul Awthar karya asy-Syaukani.

Dalam tulisan-tulisannya, Syaikh Sayyid menggunakan metode yang membuang jauh-jauh fanatisme madzhab tetapi tidak menjelek-jelekkannya. Ia berpegang kepada dalil-dalil dari al-Qur`an, as-Sunnah, dan ijma’. Gaya tulisannya juga mudah difahami pembaca, menghindari penggunaan istilah-istilah asing , tidak memperlebar dalam mengemukakan ta’lil (alasan-alasan hukum). Itu semua ia lakukan demi kepentingan umat agar mereka menerima dan mengerjakan yang disampaikannya.

Menulis Fikih Sunnah
Berbekal kemampuan menulis serta keahlian dalam bidang fikih membuatnya kemudian menulis Kitab Fikih Sunnah. Juz pertama dari Kitab Fikih Sunnah diterbitkan sekitar tahun 1940-an. Juz itu merupakan sebuah risalah dalam ukuran kecil dan hanya memuat fikih taharah. Hasan al-Banna dalam mukaddimah kitab itu memuji manhaj (metode) Sayyid Sabiq dalam penulisan, cara penyajian yang bagus dan upayanya agar orang mencintai bukunya.

Setelah itu, Sayyid Sabiq terus menulis dan dalam kurun waktu tertentu mengeluarkan juz yang sama ukurannya dengan yang pertama sebagai kelanjutan dari buku sebelumnya hingga akhirnya berhasil diterbitkan 14 juz. Kemudian semua juz tersebut dijilid menjadi 3 juz besar.
Selain Hassan al-Banna sejumlah ulama juga memuji kitab karangan beliau ini yang dinilai telah memenuhi hajat perpustakaan Islam. Karena itu, mayoritas kalangan intelektual yang belum memiliki komitmen pada madzhab tertentu atau fanatik terhadapnya begitu antusias untuk membacanya. Jadilah kitabnya tersebut sebagai sumber yang memudahkan mereka dalam merujuknya setiap mengalami kebuntuan dalam beberapa permasalahan fikih.

Kitab Fikih Sunnah telah menjadi warisan besar bagi para ahli yang mendalami fikih kontemporer. Bahkan pada era komunis Uni Soviet, kitab tersebut menjadi salah satu buku agama yang paling banyak dipelajari di berbagai pelosok daerah di wilayah Asia Tengah.

Selain itu, Sayyid Sabiq juga menulis beberapa kitab, seperti kitab “Unsur-unsur Kekuatan dalam Islam”, “Islam Kita”, dan sebuah risalah kecil mengenai riba.

Raih Berbagai Penghargaan

Syaikh Sayyid Sabiq dilahirkan pada 1915 di desa Istanha yang terletak lembah sungai Nil, Mesir. Kecerdasan dan bakat agamanya telah terlihat sejak kecil, bahkan pada umur 9 tahun ia telah hafidz al-Qur`an. Ia menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1951, Sayyid Sabiq bekerja di Kementerian Awqaf Mesir. Kefasihan ilmunya mulai tampak. Beliau dinaikkan pangkat hingga menjadi Wakil Kementerian Awqaf Mesir. Pada tahun 1964, beliau berhijrah ke Yaman, kemudian menetap di Arab Saudi serta menjadi dosen mata kuliah dakwah dan ushuluddin Universitas Ummul-Qura selama lebih dari 20 tahun.

Selain sebagai ahli fikih, Sayyid Sabiq juga memiliki peranan besar dalam mendongkrak semangat para pejuang muslim yang berusaha melepaskan Palestina dari penjajahan Israel pada tahun 1948. Peran yang sama ia lakukan pula pada saat kaum muslim berusaha membebaskan Terusan Suez dari kolonialisasi Inggris pada tahun 50-an.

Berkat dedikasi dalam bidang ilmu fikih dan dakwah Islam, Syaikh Sayyid Sabiq banyak menerima anugrah dan penghargaan dari berbagai pihak. Seperti Piagam Penghargaan Mesir yang dianugerahkan oleh Presiden Mesir, Mohammad Husni Mubarak pada tanggal 5 Maret 1988. Di tingkat regional, Syaikh Sayyid Sabiq mendapat penghargaan Jaaizah al-Malik Faisal al-Alamiah pada tahun 1994 oleh Kerajaan Arab Saudi atas usahanya menyebarkan dakwah Islam.

Ulama Rujukan

Syaikh Sayyid Sabiq adalah ulama yang patut menjadi contoh dalam kepribadian dan akhlak. Beliau bukan saja berilmu, melainkan juga memiliki budi pekerti yang mulia dan pandai menjaga hubungan yang baik sesama manusia. Sifatnya yang humoris, lemah lembut, dan menghormati orang lain walaupun dengan kanak-kanak membuat beliau disenangi oleh segenap lapisan masyarakat.

Terkait sifat humoris, pernah suatu ketika Sayyid Sabiq diinterogasi oleh dinas intelijen Mesir. Dalam interogasi tersebut, ia ditanyai apakah ia mengenal seorang yang bernama Malik, yang dimaksud adalah serong yang diincar oleh Pemerintah Mesir waktu itu. Maka Sayyid Sabiq pun menjawab dengan penuh humor, “Oh tentu. Ia adalah ulama besar dan imam masjid Madinah, tempat Rasulullah berhijrah.” Maka sang interogator pun dengan nada tinggi mengatakan “Yang aku maksud adalah Malik sang teroris”. Maka Sayyid Sabiq-pun menjawab “Aku adalah seorang pelajar ilmu keislaman, yang aku kenal adalah ulama bukan teroris.”.

Syaikh Sayyid Sabiq adalah seorang ulama yang mumpuni dalam ilmu dan mempunyai pemahaman yang luas tentang Islam. Hal ini ini yang menjadikan Syaikh Muhammad al-Ghazali menjuluki Syaikh Sayid Sabiq sebagai orang yang paling faqih di abad ini. Beliau menjadi tempat rujukan ulama-ulama besar termasuk Syaikh Sya’rowi.

Tanggal 28 Februari 2000, Syaikh Sayyid Sabiq wafat diusianya yang ke 85 tahun. Ribuan orang ikut mensalatkan dan mengantarkan jenazah Sayyid Sabiq ke pemakaman. Syaikh Sayyid meninggalkan ribuan muridnya yang tersebar di berbagai negara. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Syaikh Yusuf al-Qardhawi. [Muis/Sahid]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *