Cara Mencharger Cinta Suami-Istri
CIVILITA.COM
“Dlm hdp, aq bljar… Bljar tuk mncintai. Tuk gembira, Tuk menjadi dewasa, Tuk mngrti arti khidupan.
Tp q tak prnah blajar, Bljar tuk mlupakanmu”- SMS istri kepada suaminya-
Untuk mengawali pembahasan ini, saya mengutip sebuah kisah, tapi kisah ini dialami oleh sepasang suami-isteri. Seperti ini ceritanya, ada seorang suami harus lembur kerja dan belum bisa pulang hingga waktu makan malam tiba. Tiba-tiba, tuutt…tutt..tuut, nada dering sms di inbox handphone sang suami berbunyi, dengan cekatan sang suami meraih HP di atas meja kantornya dan dibacanya, ternyata dari sang isteri tercinta, bunyinya cukup singkat “I lov u, dah mkn lum?”.
Karena saking sibuknya, sang suami mengabaikan sms pertanyaan dari isterinya tersebut. Dan kejadian itu terjadi bukan hanya sekali di hari itu saja, tapi di lain waktu, lain hari, sang suami masih juga tidak paham dengan sms isterinya semacam itu. Padahal, andai saja, sang suami bisa memahami bahwa wanita ingin dimengerti.
Sahabat, sesungguhnya suami istri secara bersama-sama memiliki saham dalam keberhasilan dan kebahagiaan keluarganya. Sehingga sangat tergantung bagaimana awalnya kita membangun pondasi keluarga itu dan yang nggak kalah penting adalah merawat bangunan rumah tangga yang sudah terbentuk tersebut.
Di coretan singkat kali ini, kita fokus pada masalah “pemeliharaan”. Ya, meskipun hanya sekedar SMS, bagi sebagian orang tidaklah penting, tapi coba kita merenung sejenak kisah yang saya penggal di atas. Bagaimana kalau keadaan diatas (pengabaian sms) itu terjadi berulang-ulang? Pada pelajaran sebuah training yang saya dapatkan, bahwa menjawab sms itu hukumnya wajib (baca: harus), meskipun hanya dengan jawaban “Ya, Tidak, Ok, Baiklah, dan sebagainya”. Agar pengirim sms benar-benar yakin bahwa sms yang dikirim sampai ke yang dikirim.
Maaf, bukan promo operator selular, tapi seberapa berat membalas sms dari suami-istri kita? Saya bisa katakan alasan “basi”, kalau ada yang beralasan “lagi tidak punya pulsa”. Sekarang pulsa sms murah sekali, seharga krupuk, apalagi kalau sesama operator. Kalau pun kita pas lagi benar-benar bokek, maka sebagai manusia cerdas, kita harus cari akal agar sms itu terbalas.
Sahabat, ada 3 kata “magic” harusnya jadi kebiasaan suami-istri, karena memang kehidupan suami-istri adalah kehidupan persahabatan. Apa 3 kata itu? Kata “Maaf”, “Terimakasih”, “Tolong”. Seberapa sering kita mengatakan itu pada suami-istri kita? “Maaf istriku, aku malam ini pulang terlambat, karena masih ada rapat…..”, “Terimakasih, istriku hari ini kau telah menjaga anak2 ku…”, “Maaf Pah, Tolong ya, ntar klo pulang skalian mampir …. Trimakasih suamiku”. Coba indah sekali bukan? Bagaimana kalau kata-kata yang luar biasa dahsyatnya itu, berlalu begitu saja? Bagaimana kalau tidak pernah ada yang memulai untuk menyampaikannya, ataupun tidak pernah ada yang berusaha membalasnya?
Sahabat, apakah kita termasuk yang menyepelekan suatu hal yang kecil? Jika Ya, jawaban kita, maka mulai saat ini, hendaknya kita “taubat” menyepelekan hal kecil. Bukankah kalau itu sebuah dosa kecil yang selalu kita sepelekan, maka akan berkembang menjadi noktah, dari noktah menjadi gumpalan, setelah menjadi gumpalan, kita tidak pernah tahu lagi, mana dosa kecil itu.
Demikian pula, kalau menyepelekan kebaikan kecil yang kita lakukan artinya kita tidak pernah berpikir untuk melakukan kebaikan meskipun itu kecil. Hakekatnya seorang muslim adalah pembuat kebaikan (ihsanul amalah) dan selalu menyampaikan kebaikan (dakwah ilal haq).
Sahabat, hari ini kita belajar dari sebuah SMS. Jika kita masih meremehkan kebaikan atau keburukan yang kecil, sebaiknya kita simak firman Allah SWT:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)-nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS Al Zalzalah 7-8). [lukyrouf]