Lima Ulama Tunanetra Fenomenal
CIVILITA.COM – Tegaknya Islam di muka bumi ini tak lepas dari peran ulama. Di antara mereka bahkan ada yang menyandang tunanetra. Kendati hidup dalam kondisi tak dapat melihat tapi mereka tak surut semangat untuk belajar berbagai disiplin ilmu demi kejayaan Islam. Siapa saja mereka? Berikut di antaranya.
1. Al-Amidi
Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Ahmed Ibnu Yusuf Ibnu Al-Khizr Al-Amidi. Ia merupakan seorang ilmuwan asal Suriah. Sejak lahir Al-Amidi sudah dalam kondisi buta. Meski tak dapat melihat, ia tak patah arang untuk mengaji berbagai ilmu. Dengan kondisi yang terbatas ini, justru ia berhasil menciptakan sebuah sistem penulisan untuk kaum tunanetra.
Saat ini dunia modern lebih mengenal Louis Braille sebagai satu-satunya penemu sistem penulisan bagi kalangan tunanetra. Padahal Al-Amidi menemukan sistem itu 600 tahun sebelum Braille. Penemuannya ini membuat Al-Amidi dan kalangan tunanetra dengan mudah melahap berbagai ilmu melalui buku.
Sayangnya, sejarah seakan melupakan kontribusi tak ternilai yang telah diberikan ilmuwan Muslim yang wafat pada 1314 M itu. Nama dan sosok Al-Amidi juga nyaris tak pernah disebut-sebut dalam sejarah panjang peradaban Islam.
2. Syaikh Ahmad Yasin
Syaikh Ahmad Yasin lahir tahun 1936 di Desa El-Gorah sekitar 20 kilometer dari Jalur Gaza. Ahmad Yasin mengalami kelumpuhan total sejak muda akibat kecelakaan dalam sebuah aktivitas olah raga. Ia pernah bekerja sebagai guru bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyah, kemudian bertugas sebagai khatib dan guru di masjid-masjid Gaza. Dalam masa penjajahan, dia terkenal sebagai khatib yang memiliki kekuatan argumen dan keberanian menyuarakan kebenaran.
Pada 17 November 1987, gerakan Islam di bawah kepemimpinannya mengeluarkan keputusan untuk memulai aksi perlawanan militer terhadap tentara Israel. Selang beberapa pekan atau tepatnya 8 Desember 1987, meletuslah aksi Intifadhah. Beliau berperan sebagai motor penggeraknya dan 14 Desember di tahun yang sama dideklarasikan pula Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).
Dengan aktivitas ini, Ahmad Yasin menjadi orang yang dicari-cari tentara Israel. Pada tanggal 16 Oktober 1991, mahkamah militer Israel mengeluarkan keputusan dengan memvonis Syaikh Ahmad Yasin menjalani hukuman penjara seumur hidup dengan berbagai tuduhan. Syaikh Ahmad Yasin juga mengalami kebutaan di mata kirinya dan lemah pandangan di mata kanannya akibat penyiksaan yang beliau alami saat menjalani penyidikan.
Rabu pagi, tanggal 1 Oktober 1997, Syaikh Ahmad Yasin dibebaskan berkat perjanjian yang berlangsung antara Yordania dan rezim Imperialis Israel. Perjanjian itu berupa kompensasi penyerahan dua agen Zionis yang tertangkap di Yordania setelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap Khalid Misy’al, Kepala Biro Politik Hamas di Amman. Perlawanan Ahmad Yasin terhadap penjajah Israel semakin keras.
Senin Shubuh 22 Maret 2004, adalah hari kebahagiaannya. Syaikh Ahmad Yasin menjemput syahid setelah tiga rudal yang dilepaskan melalui helikopter Apache milik tentara Israel menghantam tubuhnya.
3. Abu ‘Isa Muhammad
Pemilik nama lengkap Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dhahhak al-Sulami al-Dharir al-Bughi al-Tirmidzi ini dilahirkan tahun 209 H di Desa Tirmidz, sebelah utara Iran. Abu ‘Isa lebih populer dengan sebutan Imam Tirmidzi. Ia adalah seorang ahli Hadits sekaligus murid Imam Bukhari.
Terjadi silang pendapat tentang kapan terjadinya kebutaan pada kedua mata Imam Tirmidzi. Sebagian mengatakan beliau buta sejak lahir, tapi ulama lain menyatakan ketika usianya mulai senja. Namun, mayoritas ulama sepakat, beliau tidak buta sejak lahir. Yusuf bin Ahmad al-Baghdadi menuturkan, “Abu ‘Isa mengalami kebutaan pada masa menjelang akhir usianya.”
Sejak usia dini, Tirmidzi sudah gemar mempelajari dan mengaji berbagai disiplin ilmu keislaman, baik Fikih maupun Hadits. Dalam rangka mempelajari dan mengkaji ilmu-ilmu inilah, beliau harus mengembara ke berbagai wilayah Islam. Tirmidzi tercatat pernah mengembara ke Khurasan, Iraq, dan Hijaz. Dalam lawatannya itu, Tirmidzi mengunjungi ulama-ulama besar untuk mendengar Hadits yang kemudian dihafal dan dicatat untuk kemudian dikumpulkan dalam sebuah kitab yang tersusun secara sistematis.
Abu ‘Isa wafat di Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H atau 8 Oktober 892 dalam usia 70 tahun.
4. ‘Abdullah Ibnu ‘Ummu Maktum
‘Abdullah Ibnu ‘Ummu Maktum adalah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW) yang menyandang tunanetra. Keterbatasan penglihatannya tak menyurutkan daya juang untuk membela dan menyebarkan Islam. ‘Abdullah berasal dari suku Quraisy yang masih memiliki hubungan saudara dengan Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW.
Ayahnya bernama Qays ibnu Za’id dan ibunya Atikah binti ‘Abdullah. Atikah dijuluki ‘Ummu Maktum karena ia melahirkan seorang anak yang buta bernama ‘Abdullah. ‘Abdullah merupakan salah seorang sahabat yang terbilang paling awal menerima kebenaran ajaran Islam. Ia menyaksikan bagaimana Islam berkembang pesat di Makkah dan Madinah.
Meski pada awalnya mendapat tekanan dan siksaan dari kaum Quraisy, ‘Abdullah yang tunanetra tetap memegang keyakinannya sebagai seorang Muslim. Ia juga tetap berada di belakang Rasulullah SAW untuk membela agama Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT). Ia termasuk sahabat yang bertugas sebagai penghafal al-Qur’an.
Meskipun ‘Abdullah termasuk orang-orang yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT untuk berjihad tetapi ia memiliki tekad untuk turut berperang. Saat berkecamuk Perang Qadisiyyah, Abdullah diperkenankan untuk ikut pertemuran di bawah komando Sa’ad bin Abi Waqqas. Peperangan selama tiga hari itu dimenangkan kaum Muslimin. Namun, kemenangan ini harus dibayar dengan darah ratusan jiwa para syuhada. Di antara mereka yang syahid itu terdapat ‘Abdullah bin ‘Ummu Maktum. Ia ditemukan terkapar di medan tempur berlumuran darah, sambil memeluk bendera kaum Muslimin.
5. Syaikh Abdul Hamid Kisyik
‘Abdul Hamid bin ‘Abdul ‘Aziz Kisyik lahir tahun 1933 di Sybrakhit kawasan al-Bukhairah, Mesir. Setelah menamatkan sekolah dasar, ia menderita sakit mata dan akhirnya mengalami kebutaan. Di usianya yang ke delapan tahun Kisyik telah mampu menghafal al-Qur’an.
Hilangnya fungsi penglihatan tak mematahkan semangat untuk terus menuntut ilmu. Kisyik sukses lulus kuliah di Universitas Al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Kisyik merupakan salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin yang cukup disegani. Ia penasehat ulung yang pandai mempengaruhi umat dengan gaya retorikanya yang khas yang dapat membuat air mata umat yang mendengarkan khutbahnya bercucuran. Kaset-kasetnya menyebar di mana-mana, di toko-toko, taksi-taksi, rumah-rumah, bahkan sampai di penampungan-penampungan gelandangan.
Kisyik dikenal dengan kritik-kritiknya yang tajam terhadap pemerintah Mesir. Itu sebabnya, bersama Syaikh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, seorang tokoh relijius Mesir yang terkenal, Kisyik pernah dijebloskan ke dalam penjara pada rezim Jamal Abdul Nasser dan Anwar Sadat. [Muis/Sahid]