Jangan Ikuti Millah Yahudi dan Nasrani

 Jangan Ikuti Millah Yahudi dan Nasrani

Ilustrasi: Yahudi-Nasrani

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al Baqarah 120).

MENURUT “Tafsir Al Wajiz” firman Allah di atas turun berkenaan dengan perubahan kiblat.  Sebab orang-orang Yahudi dan Nasrani berharap bahwa Nabi Muhammad Saw kembali kepada agama mereka. Tatkala Allah mengubah kiblat ke Ka’bah, hal itu memukul mereka. Mereka berputus asa mengharapkan Muhammad Saw menyetujui agama mereka.
Ibnu Abbas r.a. dalam tafsirnya menerangkan bahwa orang-orang Yahudi kota Madinah dan Nasrani wilayah Najran tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama dan kiblat mereka. “Katakanlah hai Muhammad: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Petunjuk Allah adalah Al Islam dan kiblat Allah adalah Ka’bah. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka, yakni agama dan kiblat mereka, setelah pengetahuan datang kepadamu, yakni penjelasan bahwa dinullah itulah adalah Islam dan kiblat Allah adalah Ka’bah. Maka tidak ada pelindung dan penolong bagimu terhadap adzab Allah.
Lalu Allah menyebut orang-orang mumin dari kalangan ahli kitab yakni Abdullah bin Salam dan para sahabatnya dan Rahib Buhaira dan para sahabatnya serta Najasyi dan para sahabatnya. Allah SWT berfirman:
Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, orang-orang yang kami berikan kepada mereka ilmu Kitab Taurat, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka menggambarkan dengan gambaran yang benar, tidak mengubah-ubahnya. Artinya, mereka menerangkan yang halal dan yang haram, perintah dan larangannya kepada orang-orang yang bertanya kepada mereka, dan mereka mengamalkan ayat-ayat muhkamatnya serta mengimani ayat-ayat mutasyabihatnya. Mereka itu beriman kepadanya, yakni beriman kepada Muhammad dan Al-Qur’an,  dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, yakni kufur kepada Muhammad dan Al-Qur’an, maka mereka itulah orang-orang yang rugi, yakni tertipu dengan hilangnya dunia dan akhirat.  
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip ucapan Ibnu Jarir yang berkata tentang firman Allah: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” Hai Muhammad, orang-orang Yahudi dan Nasrani itu selamanya tidak akan ridha kepadamu. Maka tinggalkanlah permintaan apapun untuk membuat ridha dan setuju mereka.
Sedangkan firman-Nya: “Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”.
Menurut Ibnu Jarir maknanya, hai Muhammad, sesungguhnya petunjuk Allah yang aku diutus membawanya itulah petunjuk yang benar, yakni dialah din yang lurus, benar, sempurna, dan menyeluruh.
Sedangkan Qatadah berkata tentang firman Allah: “Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. Ini merupakan bentuk konfrontasi yang Allah ajarkan kepada Muhammad Sawdan para sahabatnya dimana dengannya mereka berkonfrontasi dengan para penganut kesesatan (ahlud dlolalah). Qatadah berkata: telah sampai riwayat kepada kami bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tidak henti-hentinya sekelompok orang di antara umatku yang berperang membela kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka siapa saja yang menentang mereka, hingga Allah SWT mendatangkan perintahnya”. 
Ibnu Katsir menerangkan firman Allah: “dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
Di dalam ayat terdapat acaman dan peringatan keras kepada umat islam agar jangan mengikuti metode-metode Yahudi dan Nasrani. Setelah mereka tahu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Na’udzubillahi min dzalik. Sebab khitab ayat ini kepada Rasulullah Saw sedangkan perintahnya ditujukan kepada umatnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *