Ini Alasan Pemerintah Belum Umumkan Perusahaan Pembakar Hutan

 Ini Alasan Pemerintah Belum Umumkan Perusahaan Pembakar Hutan

CIVILITA.COM – Meski sudah banyak pihak mendesak agar pemerintah secara terbuka mengumumkan perusahaan-perusahaan pelaku pembakaran hutan, namun karena alasan pertimbangan ekonomi hal itu urung dilakukan. Padahal dampak kerugian dari kebakaran hutan itu sendiri sudah mencapai sekitar 200 trilyun rupiah.

Seperti diberitakan BBC, Menko Polhukam Luhut Pandjaitan mengakui bahwa “pertimbangan ekonomi” membuat pemerintah belum ingin mengumumkan perusahaan-perusahaan besar yang menjadi tersangka pembakar hutan.

Dalam jumpa pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Luhut mengatakan bahwa pemerintah sungguh-sungguh melancarkan penegakkan hukum khususnya perusahaan perkebunan dan pengelolaan hutan.

“Yang ditersangkakan sudah cukup banyak. Angkanya tidak saya pegang, tapi itu sudah jalan,” ujar Luhut.

Luhut mengulangi paparan bahwa pemerintah akan mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang (terlibat dalam lahan) terbakar. Perusahaan yang tak memiliki sistem pemadaman sesuai ketentuan, juga akan diambil tindakan.

Namun siapa-siapa saja perusahaan itu, katanya, “kita belum ingin buka-buka ke publik.”

Ketika ditanya, mengapa pemerintah tidak mau segera membuka nama-nama perusahaan yang dituding terlibat pembakaran hutan itu, Luhut menjawab:

“Begini. Terus terang, jujur; kami ada pertimbangan-pertimbangan ekonomi. Karena kita tidak ingin menimbulkan distorsi yang akibatnya nanti menimbulkan lay off (pemecatan karyawan).”

Tak terlalu jelas, apa pertimbangan ekonomi yang dimaksud selain kecemasan akan munculnya pengangguran dari buruh-buruh perusahaan terkait. Yang jelas, kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan sejauh ini sudah mencapai Rp 200 triliun.

Ia juga mengaku, pemerintah keliru dalam memperkirakan dampak El Nino, yang ternyata jauh lebih parah dibandingkan tahun 1997.

El Nino ini memperpanjang kekeringan hingga lebih lama tiga bulan, dan membuat kebakaran hutan menjadi jauh lebih parah.

“Saya akui ramalan kami keliru, dan buahnya kita kerjakan sekarang,” tandasnya.[ah]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *