Ibu Cerdas Kunci Generasi Berkualitas   

 Ibu Cerdas Kunci Generasi Berkualitas   

Oleh: Anisa Rahmi

Tantangan zaman now bukan untuk para pengusaha yang bersaing dalam pekerjaan saja, bukan pula untuk para pejabat yang bersaing dalam kekuasaan atau kaum intelek yang “kejar-kejaran” dalam menggali ilmu pengetahuan. Tantangan zaman now juga berlaku untuk seorang ibu. Bahkan bisa dikatakan lebih berat. Karena tugas seorang ibu adalah mencetak generasi penerus bangsa. Peribahasa mengatakan “negara baik berkat ibu yang baik.”

Ibu di era modernisasi liberal

Tantangan ibu dikatakan berat karena saat ini dunia sudah memasuki era modernisasi. Di tengah kecanggihan teknologi yang semakin maju, ada hal-hal yang mempermudah aktivitas sehari-hari. Akan tetapi di balik itu terselip bahaya yang mengancam.

Sebut saja LGBT. Bahaya LGBT pada anak bukan main-main. LGBT bisa masuk dengan cepat melalui media sosial, tv, ataupun lingkungan. Berapa banyak akun-akun di media sosial yang menyusupkan virus yang merusak itu sehingga saat ini pelaku LGBT sudah bertebaran dimana-mana. Penulis buku Jakarta Undercover, Moammar Emka, menjelaskan, pesta semacam itu semakin populer setelah tahun 2012 ke atas. Kemudian, jumlah kaum gay juga terus bertambah. Moammar mengutip data Kementerian Kesehatan, jumlah gay di tahun 2012 saja ada 1 juta orang.  “Itu data Kemenkes. Gay di Indonesia setelah tahun 2012 ada 1 juta orang. Bahkan ada prediksi data di permukaan, jumlah gay itu ada 3 persen penduduk Indonesia. Itu baru prediksi ya, belum lagi yang tidak ketahuan,” ungkap Moammar.  Data itu naik dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah semakin terlihat setelah tahun 2006. Sejak saat itu, peningkatan jumlahnya bisa mencapai 400 ribu orang.  “Waria saja ada 28 ribu. Data ini kemudian naik terus,” tegasnya.  Keberadaan mereka tersebar secara sporadis meski dan paling banyak di kota-kota besar. (jawapos.com)

Sama halnya dengan narkoba. Merebaknya penyebaran narkoba bukan hanya terjadi di lingkungan orang-orang berduit, tapi sudah merambah luas ke lingkungan anak-anak. Cara penyebarannya begitu sangat apik. Disisipkan dalam permen, mainan, atau jajanan-jajanan yang dikemas cantik. Disebutkan oleh KPAI bahwa saat ini diperkirakan pengguna narkoba sebanyak 14 ribu orang dengan rentang usia 12-21 tahun. Sebagaimana disampaikan komjen Pol Budi Waseso kepala badan narkotika nasional (BNN), jumlah pengguna narkoba di Indonesia hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang.

“Indonesia sudah darurat bahaya narkoba dan hal itu sudah disampaikan oleh presiden. Sebelumnya pada bulan juni 205 tercatat 4,2 juta dan pada November meningkat signifikan hingga 5,9 juta,” ujarnya. (kompas.com) Sungguh miris.

Begitu pula dengan  pergaulan bebas. Budaya pergaulan bebas yang merebak di kalangan remaja saat ini sudah sangat memprihatinkan. Terlihat dari angka aborsi yang setiap tahun semakin naik.
Ind Police Watch (IPW) mencataat, selain kasus LGBT, masalah seks bebas di kalangan remaja Indonesia juga sangat mengkhawatirkan di sepanjang tahun 2017. Masalah seks bebas ini kian mengkhawatirkan karena makin banyak jumlah bayi yang baru dilahirkan dibuang di jalanan.

Ketua Presidium IPPW Neta S Pane, menyebut, di sepanjang 2017 ada 178 bayi yang baru dilahirkan dibuang di jalan. Jumlah ini naik 90 kasus dibanding tahun 2016, yang ada 88 bayi yang dibuang.

“Dari 178 bayi itu, sebanyak 79 bayi di antaranya ditemukan tewas dan 10 bayi (janin) yang belum masanya lahir dipaksakan untuk dikeluarkan atau digugurkan dan dibuang di jalanan. Sementara bayi yang hidup karena diselamatkan warga, aparat desa, puskesmas dan pihak kepolisian ada sebanyak 89 bayi,” kata Neta dalam siarang persnya di Jakarta, Senin (1/1/2018). (Harianterbit.com)

Termasuk kasus hamil sebelum menikah. Rasanya saat ini tidak aneh lagi ketika kita mendengar si A masih sekolah tapi buru-buru dinikahkan oleh orang tuanya, berselang 5-6 bulan berikutnya sudah melahirkan. Bukan hal yang aneh pula pacaran, hang out, nge-date, atau semisalnya di telinga kita. Malah kadangkala masyarakat menganggap hal yang aneh jika anak-anak remaja tidak punya pasangan. Tidak laku julukan bagi mereka yang malam minggu tidak keluar rumah bersama pacarnya. Ga gaul istilah abg-abg sekarang kalau belum pernah merasakan serunya hang out. Itu semua karena hal-hal tersebut memang sudah menjadi lumrah di masyarakat. Maksiat sudah biasa. Na’udzubillahi mindzalik.

Asal tantangan para ibu

Segala tantangan dan bahaya yang dialami kaum ibu itu tak lepas dari kondisi masyarakat saat ini. Masyarakat yang kini tergiring dalam kungkungan sistem demokrasi telah membentuk masyarakat yang hedonis matrelialistik. Gaya hidup seperti itu pada dasarnya berasal dari ketledoran sistem demokrasi yang memberi ruang pada paham kapitalisme untuk menjadi pemimpin dalam perekonomian bangsa. Apalah daya karena sebenarnya memang untuk itulah demokrasi dibuat. Untuk menjadi corong bagi paham-paham asing, sehingga masuk ke suatu bangsa dan legal atas nama demokrasi. Isme apa saja yang masuk? Semua isme. Kapitalisme, liberalisme, hedonisme, pluralisme, individualisme, dan sederet isme-isme lainnya.

Termasuk juga isu gender yang mulai menyeruak pada tahun 90 an. Penyamarataan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan dianggap sebuah angin segar bagi sebagian kaum. Dengan hadirnya ide ini kaum perempuan dianggap bisa lebih maju dan bisa ikut bersaing di ranah publik. Hingga akhirnya banyak para ibu yang memilih bekerja di luar sebagaimana suaminya. Sementara tanggungjawab pengasuhan anak diserahkan ke baby sitter. Sehingga anak kurang mendapat perhatian yang berimbas pergaulan tak sehat di luar rumah. Banyak pula yang berakibat retaknya mahligai rumah tangga. Karena kurang komunikasi antara suami dan istri, masing-masing sibuk dengan pekerjaannya. Akhirnya terjadi perceraian. Tak bisa dipungkiri angka perceraian semakin meningkat setiap tahunnya. Imbasnya lagi-lagi pada anak. Anak yang berasal dari keluarga brooken home pada umumnya terjebak dalam pergaulan bebas atau narkoba.

Biaya kebutuhan hidup yang melangit pun kerap menjadi alasan para ibu untuk ikut banting tulang mengumpulkan rupiah. Bagaimana tidak, setiap ibu berusaha menyekolahkan anaknya ke sekolah berkualitas. Namun tidak ada sekolah berkualitas yang murah, apalagi gratis. Setiap ibu ingin pula memastikan kesehatan anak-anaknya terjaga, saat sakit ingin agar mereka mendapat pengobatan terbaik. Namun, lagi-lagi tak ada fasilitas kesehatan terbaik yang murah apalagi gratis. Dan segunung persoalan kebutuhan hidup lainnya yang membutuhkan biaya tak sedikit. Sementara lapangan pekerjaan saja harus bersaing dengan orang asing.

Sehingga pada dasarnya akar masalah dari bahaya-bahaya yang harus dihadapi kaum ibu  khususnya adalah karena bercokolnya paham-paham asing tadi. Selama paham-paham tadi masih ada dalam benak masyarakat, dijadikan sistem pemerintahan, maka masalah-masalah tadi akan terus ada bahkan akan semakin rumit dan parah. Lalu sistem  apa yang akan menyelamatkan masyarakat khususnya kaum ibu dan generasi penerus bangsa.

Sistem yang menyelamatkan

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، اْلإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya…(HR al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw telah memberikan tuntunan tentang kewajiban seorang suami dan istri. Dalam islam tanggungjawab seorang suami adalah sebagai imam dan memberikan nafkah untuk keluarganya. Sementara istri adalah pengatur urusan rumah tangga.

Ibu merupakan madrasatul ula bagi anak-anaknya. Artinya ia bertanggungjawab untuk menyiapkan anak-anaknya dalam menghadapi berbagai serangan paham atau budaya luar yang salah. Ia pun –bersinergi dengan sang ayah– bertanggungjawab dalam mendidik mereka supaya tahu mana yang salah dan mana yang benar. Membimbing mereka supaya tetap berada pada jalan benar. Mengarahkan dan memantau setiap tumbuh kembang anak sehingga tidak terjerumus pada hal-hal yang menyalahi aturan.

Tidak ada perbedaan hak berkaitan dengan pendidikan dalam islam. Karena mencetak generasi cerdas tentu membutuhkan ibu yang cerdas. Sementara kecerdasan itu berasal dari pendidikan yang diperoleh. Maka islam mewajibkan ummatnya untuk menggali ilmu sampai akhir hayat baik laki-laki maupun perempuan.

Adapun ibu pekerja, islam memubahkan. Tapi dengan catatan, yaitu selama kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu tidak terlalaikan. Pembagian tugas antara ayah dan ibu dalam islam bukanlah bentuk pengekangan atau diskriminasi. Akan tetapi bentuk penetapan sesuai fitrah yang sudah Allah SWT berikan. Persepsi-persepsi tentang anggapan diskriminasi itu muncul dari paham jahiliyah bukan dari islam.

Islam dengan aturannya yang sempurna telah benar-benar menempatkannya di posisi terhormat. Islam memudahkan pelaksanaan kewajibannya dengan aturan ekonomi yg stabil, aturan sosial dan pergaulan yang tegas. Sebut saja bagaimana islam mencegah zina seperti yang ada dalam alqur’an surat alisro ayat 32 “janganlah kalian mendekati zina….”

Atau pemisahan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Mewajibkan makan makanan yang halal dan toyib. Mengharamkan khamr dan segala hal yang memabukkan. Di samping itu islam juga menindak tegas sesiapa yang melanggar tanpa pandang bulu. Kaya, miskin, pejabat, atau rakyat biasa jika ia terbukti bersalah maka akan dijatuhi hukuman yang setara.

Demikianlah islam menjadi peringan tugas seorang ibu. Ibu yang cerdas tentu akan terwujud jika islam diterapkan. Sehingga akan lahir generasi yang berkualitas dari tangan-tangan ibu yang cerdas tersebut. Duhai kaum ibu, inilah saatnya menjadi ibu yang cerdas, ikut serta dalam perjuangan penerapan sistem islam.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُوراً مُبِيناً* فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطاً مُسْتَقِيماً

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Alquran). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 174-175).

Wallohu’alam bishawab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *