Pernyataan Sepihak Trump Membangunkan Singa Tidur

 Pernyataan Sepihak Trump Membangunkan Singa Tidur

 

Oleh:  Mega Sylvia (Aktivis Muslimah Jakarta)

Yerusalem adalah sebuah Ibukota Palestina yang secara sengaja diakui oleh Amerika Serikat sebagai Ibukota Israel. Apa yang terjadi saat ini pada Yerusalem sangat bertolak belakang dengan arti namanya damai dan selamat. Beberapa hari lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) menyatakan putusan secara sepihak, yaitu mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel. Pada hari Rabu, 6 Desember 2017, tepatnya di gedung putih, dalam pidatonya Donal Trump mengatakan bahwa ‘sudah saatnya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai Ibukota Israel’.

Bak ledakan bom, pernyataannya itu langsung menggegerkan seluruh ummat Islam di dunia. Tak sedikit pihak yang menolak dan kontra atas putusan yang tak resmi itu.  Korea Utara misalnya, Korut mengatakan bahwa Presiden Trump sudah ‘umumkan pernyataan perang’. (BBC Indonesia, bbc.com) Presiden Turki, Erdogan ancam putuskan hubungan dengan Israel jika AS akui Yerusalem sebagai Ibukota. (voaindonesia.com) . Bahkan Republik Indonesia mengecam pengakuan sepihak AS atas Yerusalem (Kompas.com)

Tetapi ada pula pihak pihak yang pro atau setuju dengan pernyataan yang menentang perdamaian dunia tersebut. Menurut Rabbi Ben, ada bukti sejarah keberadaan Kerajaan Daud, berupa reruntuhan dan kuburan Raja Daud di Yerusalem. “Jadi wajar dari sisi kitab suci, jelas bahwa tanah perjanjian itu adalah milik bani Israel,” kata dia. Sementara itu Monique Rijkers dari Hadassah of Indonesia, organisasi yang bergerak di bidang edukasi isu-isu Yahudi dan Israel, mengatakan sejatinya Yerusalem sebagai ibu kota Israel sudah sesuai dengan sejarah. “Dulu ibu kota kerajaan sekarang (seharusnya) jadi ibu kota negara,” katanya. (BBC Indonesia, bbc.com)

Padahal kita semua tahu bahwa Yerusalem atau juga dikenal dengan sebutan Al Quds itu adalah Ibukota suci bagi tiga agama, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi. Bagi ummat Islam, Yerusalem atau Al Quds adalah tempat berdirinya Masjid Al Aqsha yang berperan penting dalam peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw dan merupakan kiblat pertama ummat islam.

Bagi kaum Nasrani, Yerusalem adalah tempat Yesus hidup dan disalib, dan merupakan tempat peribadatan utama bagi kaum nasrani sedunia. Bagi kaum Yahudi, Yerusalem adalah tempat dimana Nabi Daud mendirikan kerajaan Yahudi.

Maka wajar saja jika dari dulu hingga sekarang Yerusalem atau Al Quds selalu menjadi rebutan, dan merupakan alasan terjadinya konflik di Timur Tengah. Namun pernyataan sepihak Presiden Trump itu sama sekali tidak membantu apapun atas konflik yang terjadi bahkan dengan adanya putusan sepihak itu hanya memperburuk keadaan dan memperkeruh suasana. Bukannya meredam konflik malah membangunkan singa yang sedang tertidur. Akibatnya Ummat  Islam sedunia melakukan aksi di masing-masing negaranya untuk membela Palestina dan menunjukkan bahwa semuanya berada di pihak Palestina. Dan dengan jelas semuanya sangat kontra terhadap pernyataan sepihak Presiden Trump. Sekarang tak sedikit orang yang sudah memboikot AS dan Israel, walaupun sebenarnya itu juga bukan solusi yang tepat untuk digunakan saat ini.

Sepanjang tahun dari puluhan tahun yang lalu Palestina selalu ada dalam kondisi konflik. Usaha Israel untuk menguasai Palestina sebenarnya sudah terjadi sejak runtuhnya daulah utsmaniy. Karena sejak runtuhnya daulah Turki Utsmaniyah tidak ada lagi kekuatan yang dapat mempersatukan dan melindungi umat Islam secara menyeluruh. Zionis Israel mulai berani menampakkan gigi ketika tidak ada lagi negara super power yang sangat mereka takuti. Ibarat kanker yang ada di dalam tubuh. Perlahan demi perlahan Israel terus menggerogoti bagian tubuh Palestina. Hingga saat ini kondisi Palestina seperti puing puing pesawat yang jatuh berserakan dimana mana. Hancur tak terkondisikan. Mereka ditembaki, ditindas, dianiaya, diperkosa, anak anak kecil tak berdosa pun ikut menjadi korbannya. Namun belum ada pihak manapun yang bisa membantu secara total.

Selama ini upaya penyelesaian penindasan negeri Palestina hanya sekedar diplomasi, perjanjian damai dan dialog-dialog penuh kompromi. Pada akhirnya yang menjadi solusi bagi dunia adalah two state. Pembagian negeri Palestina menjadi  2. Dengan separuh bagiannya diserahkan kepada Israel. Padahal mata dunia menyaksikan dengan jelas bahwa Israel dengan bantuan AS menjajah dan menduduki Palestina. Lantas mengapa bukan Palestina yang dibela tapi malah Israel yang dilegalkan penjajahannya. Inilah bukti bahwa lembaga-lembaga Internasional tidak bisa menjadi penengah dan menyelesaikan masalah yang menimpa negeri kaum muslimin. OKI, HAM, PBB semua berpihak pada AS. Sekarang saat yerusalem diakui secara sepihak sebagai ibukota Israel oleh AS, masihkah kita berharap pada mereka?

Seharusnya sekarang ummat mulai menyadari bahwa solusi tuntas dari permasalahan Palestina bukan pada lembaga-lembaga Internasional. Solusi tuntasnya adalah bersatunya kaum muslimin di bawah naungan khilafah. Karena khilafah, sistem sekaligus solusi yang mengakar dan akan menyelesaikan berbagai konflik di Timur Tengah. Hanya dengan mengembalikan Daulah Khilafah Islam dan mengganti rezim-rezim sekular boneka barat, satu-satunya cara yang bisa menghalangi dan menghentikan penjajahan negara-negara imperialis di tubuh umat islam. Kaum muslimin akan kembali mempunyai wibawanya di kancah dunia. Dengan hadirnya khilafah, benteng kekuatan yang dulu dirobohkan inggris lewat tangan kanannya, Mustafa Kemal At Tathruk akan kembali tegak berdiri kokoh. Oleh karena itu kini saatnya kita bersatu. Kini saatnya singa itu bangun dari tidur panjangnya dan menunjukkan taringnya pada dunia.

Wallahu’alam bishawab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *