Belajarlah Dari ‘Boyband’ Asal Mekah Ini

 Belajarlah Dari ‘Boyband’ Asal Mekah Ini

CIVILITA.COM – Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi, begitulah nama panjangnya. Mungkin kalau sekarang para gadis tergila-gila dengan boyband korea, maka Mushab bin Umair sudah mendahului dengan penampilannya. Sampai Rasulullah Saw menggambarkan “Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).

Tentu saja bukan kekayaan atau ketampanannya yang akan kita pelajari, tapi pengorbanan Mushab yang musti kita jadikan cermin. Ya, setelah menyatakan diri masuk Islam bersama Rasulullah Saw, maka keluarga besarnya terutama ibunya sangat menentang dan mengharuskan Mushab kembali ke agama nenek moyangnya, orang Quraisy saat itu. Namun, Musbab kekeuh dengan pendiriannya, menjadi muslim dan berjuang bersama Rasulullah Saw.

Benar saja, karena sikapnya tersebut fasilitas dari keluarganya tak didapatkan lagi. Hingga pada suatu kesempatan Ali bin Abi Thalib berkata, “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam) dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” (HR. Tirmidzi).

Saad bin Abi Waqqash radhiayallahu ‘anhu berkata, “Dahulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair adalah pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa yang kami alami (intimidasi), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah-pecah mengelupas dan ia merasa tertatih-taih karena hal itu sampai-sampai tidak mampu berjalan. Kami ulurkan busur-busur kami, lalu kami papah dia.” (Siyar Salafus Shaleh oleh Ismail Muhammad Ashbahani, Hal: 659).

Bagaimana bisa membayangkan pengorbanan Mush’ab bin Umair kan? Ternyata tidak cukup disitu pengorbanan beliau. Ketika Rasulullah Saw berhasil mendirikan institusi Daulah Khilafah di Madinah, Mus’ab masih menjadi pejuangnya. Bahkan sebelum kaum Muslimin dan Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, Mush’ab adalah pembuka pintu keberhasilan dakwah di Madinah, beliau adalah duta pertama yang diperintah Rasulullah Saw menyampaikan Islam kepada suku-suku di Madinah.

Setelah Daulah Madinah awal terbentuk sudah pasti akan mengalami intimidasi dari orang-orang kafir, terutama Quraisy. Maka peperangan tak terelakkan, dan disitulah Mushab bin Umair masih memerankan sebagai pengorban Islam yang tangguh dan gagah. Di perang Uhud, diceritakan Mush’ab bin Umair salah satu pembawa panji. Lalu datang penunggang kuda dari pasukan musyrik bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya, kemudian menyusul tangan kirinya, hingga panji itu didekap di dadanya, sampai akhirnya tubuh Mushab roboh diterjang anak panak. Mushab syahid di medan Uhud.

Rasulullah Saw, begitu usai perang Uhud, menjumpai jasad Mushab dan Beliau Saw pun menangis. Para sahabat pun kalau mengenang masa hidup hingga wafatnya Mush’ab bin Umair, mereka pasti nangis. Diriwayatkan dari Khabab berkata mengenang Mush’ab, “Ia terbunuh di Perang Uhud. Ia hanya meninggalkan pakaian wool bergaris-garis (untuk kafannya). Kalau kami tutupkan kain itu di kepalanya, maka kakinya terbuka. Jika kami tarik ke kakinya, maka kepalanya terbuka. Rasulullah pun memerintahkan kami agar menarik kain ke arah kepalanya dan menutupi kakinya dengan rumput idkhir…” (HR. Bukhari no.3897)

Subhanallah… begitulah pengorbanan yang tiada terperi dari seorang pemuda Mush’a bin Umair. Anak keturunan orang kaya, lebih mirip sebagai boyband seperti sekarang ini, tapi dia tinggalkan itu semua demi memperjuangkan Islam hingga jelang kematiannya, hanya sehelai kain yang tak cukup menutupi tubuhnya. Sungguh, kalau ada pemuda Islam tak tergetar hatinya membaca kisah beliau, maka itu sungguh TER-LA-LU!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *