Kemenkes Palestina: Korban Jiwa Akibat Serangan Israel di Gaza Jadi 28.858 Orang
Ilustrasi: Korban meninggal akibat serangan Zionis Israel di Gaza. [foto: BBC]
Jakarta (MediaIslam.id) – Jumlah korban yang meninggal akibat serangan biadab Zionis Israel di Jalur Gaza bertambah menjadi 28.858 orang.
Tak hanya itu, seperti disampaikan Kementerian Kesehatan Palestina pada Sabtu (17/02) waktu setempat, lebih dari 68.600 orang lainnya terluka.
“Jumlah korban agresi Israel naik menjadi 28.858 sejak 7 Oktober, sementara 68.667 orang lainnya terluka,” demikian dinyatakan Kementerian Kesehatan.
Sementara itu, negara-negara Kelompok Tujuh (G7) mendukung pendirian negara Palestina dan menekankan bahwa proses ke arah itu harus dimulai dengan dihentikannya pertempuran di Gaza.
Baca juga: AS dan Sejumlah Negara Arab Disebut Susun Rencana Pendirian Negara Palestina
“Dokumen G7 berbicara tentang keinginan mencapai tujuan dua bangsa, dua negara, melalui penghentian atas konflik saat ini, yang akan memfasilitasi pembebasan sandera Israel tanpa syarat dan membantu penduduk sipil Palestina yang membutuhkan bantuan kemanusiaan,” kata kata Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani pada Sabtu (17/02), usai mengikuti pertemuan dengan para menteri luar negeri anggota di G7 pada Konferensi Keamanan Munich di Jerman.
“Setelah (penghentian konflik) itu, perundingan akan dimulai dan saya harap akan mengarah pada terciptanya perdamaian,” katanya.
Anehnya, meski mendukung negara Palestina, para Menlu G7 disebut mengutuk kelompok pejuang Palestina Hamas dan mengesampingkan peran politik mereka di Gaza jika perang berakhir.
Sebaliknya, G7 malah mendukung Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel. Tetapi, kata Tajani, badan tersebut harus dirombak agar dapat menjadi “protagonis” di Gaza.
“Posisi kami adalah, untuk menjamin keamanan Israel, kami minta agar para sandera segera dibebaskan dan mengupayakan deeskalasi untuk membantu warga sipil di Gaza,” kata Tajani.
Dia menambahkan bahwa para menlu G7 mengutuk aksi kekerasan para pemukim Israel terhadap warga Palestina yang telah meningkat sejak 7 Oktober di wilayah pendudukan Tepi Barat.
