Wahai Muslimah Bukan Sekadar Follower Yang Kau Cari

 Wahai Muslimah Bukan Sekadar Follower Yang Kau Cari

CIVILITA.COM – Di tengah banyaknya kaum hawa yang tidak mengenakan pakaian muslimah, tapi tidak sedikit yang dengan berani menunjukkan diri sebagai muslimah, lengkap dengan kerudung dan jilbabnya. Beberapa teman kita juga kelihatan begitu bersemangat membela rohis, saat tuduhan miring ditujukan kepada rohis sebagai sarang teroris.

Dan kalau mau ‘lebih dalam’ lagi menyaksikan ‘semangat kebangkitan’ itu bisa dibuktikan dengan makin gencarnya pengajian yang dilaksanakan, di kampus, sekolah, hingga perkantoran. Semoga saja semangat itu terus menyala, setiap saat.

Tapi tunggu, Benarkah ini tanda kebangkitan? Atau hanya perilaku para penikmat Islam. Bukan apa-apa, dan bukan bermaksud su’udzon kepada mereka yang ghirahnya lagi tinggi. Tapi ini sebagai bentuk koreksian kita bersama, bukankah muhasabah itu perlu dan penting?

Nah, coba kita cek lebih dalam lagi, fenomena ‘semangat’ teman-teman kita itu, bisa konsis, bisa tahan lama atau tidak? Sekali lagi ya, bukan bermaksud mengolok-olok, sebab kalau ‘semangat’ itu hanya bertahan sebentar, tidak ‘tahan banting’, maka bisa jadi fenomena tersebut.

Pertama, bisa jadi ‘semangat’ yang dimiliki teman-teman kita itu sekedar ikut trend. Persis seperti teman-teman kita yang gandrung dengan musik korea, k-pop, maka menular ke teman yang lain, lalu jadilah demam k-pop. Ya, kira-kira seperti itulah keadaannya jika Islam dijadikan hanya sekedar trend. Kalau lagi semangat, maka berbondong-bondong ikuti trend. Giliran trendnya berganti, maka nanti ikut ganti, begitu seterusnya, jadi Islam hanya diikuti karena trendnya begitu.

Kedua, boleh jadi, apa yang sekarang dikenakan, diperjuangkan tentang Islam, itu hanya sekedar simbol. Fakta ini bukan asal-asalan, coba saja saksikan dengan cuma bermodal semangat, teman-teman wanita kita, mengenakan penutup aurat sekenanya saja. Mereka tidak paham dan suka tertukar istilah, menyebut jilbab itu yang ada di kepala, padahal yang di kepala itu namanya kerudung. Sedang jilbab adalah pakaiannya (baju). Karena hanya modal semangat saja, akhirnya jilbab dan kerudung pun, tidak sesuai tuntutan Islam. Ada yang sekenanya pakai jilbab ketat, dipadu dengan legging, sementara kerudungnya pun dimodif jadi kerudung punuk onta. Maka tidak salah jika kita boleh bilang, mereka hanya modal semangat dan mengenakannya sekedar simbol.

Ketiga, mungkin semangat yang dimiliki oleh teman-teman kita itu lebih karena sekadar follower. Iya, hal itu bisa sedikit terdeteksi dari pengamatan di dunia maya, khususnya jejaring sosial. Di facebook, twitter, instagram banyak sekali yang nge-add atau nge-follow akun-akun yang mungkin terbukti ‘islami’ dan ‘menyejukkan’.

Setelah selidik punya selidik, mereka meng-add atau mem-follow, salah satunya direkomendasikan oleh teman-temanya. Dan fenomena itu sepertinya tidak hanya berlaku di dunia maya, di dunia nyata juga tidak jauh beda, kalau pertemanan itu bisa menumbuhkan ‘semangat’ keberislaman. Entah di kantor, sekolah atau lingkungan kampungnya.

Nah, setidaknya dari analisa kecil-kecilan di atas, sangat pantas kalau kita bisa kasih sebutan ‘semangat’ teman-teman kita itu sebagai semangat “para penikmat Islam”. Iya, mereka lebih ngikutin Islam karena bermodal semangat, ngikutin trend, simbolnya saja yang diambil dan kebetulan followernya juga banyak. Sebagai awalan bagus saja, tapi baiknya semangat itu diterusin sampai paham akan Islam itu sendiri. Jadi jangan hanya pakai Islam yang ‘enak’, ‘nyaman’, ‘sejuk’, ‘nikmat’ saja, tapi Islam yang kaafah. [lukyrouf]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *