Thailand Bertekad Jadi Produsen Halal Nomor Satu di ASEAN
CIVILITA.COM – Bertekad menjadi produsen halal nomor satu di ASEAN, Thailand kini tengah berupaya menyiapkan aneka kebijakan dan fasilitas untuk itu. Hingga kini, sudah ada setidaknya 100 ribu produk makanan, kosmetik, hotel dan restoran yang disertifikasi halal.
Sekretaris Jenderal Badan Pengembangan Sosial dan Ekonomi Thailand (NESDB) Porametee Vimolsiri menyampaikan, Thailand punya mekanisme sertifikasi halal di Pusat Dewan Islam Thailand (CICOT).
Kemajuan sains dan teknologi juga menjadi keuntungan tersendiri bagi Thailand. Keberadaan Halal Science Center Chulalongkorn University pun tak kalah penting untuk mencetak para pakar dan menguatkan infrastruktur dasar industri halal.
Pemerintah Thailand akan mulai mengimplementasikan Program Pembangunan 12 pada tahun depan, dimana integrasi indutri halal masuk di dalamnya.
“Dengan potensi dan kapasitas yang dimiliki, Thailand ingin menjadi produsen halal nomor satu di regional dengan menguatkan produksi dan promosi berkelanjutan,” kata Porametee sebagaimana dilansir ROL.
Dengan demikian, sertifikasi halal jadi lebih maju dan produk ekspor Thailand jadi lebih dipercaya publik. Proses sertifikasi pun terus diperbaiki demi memudahkan produsen. Misalnya waktu sertifikasi yang hanya satu bulan dan masa berlaku sertifikat yang berlaku hingga dua tahun.
Upaya lain yang dilakukan ialah pemenuhan ketentuan hukum agama dan legal. Usaha ini juga diiringi peningkatan kapasitas pelaku industri.
NESDB berkolaborasi dengan berbagai lembaga domestik dan internasional terutama dengan mitra segitiga pertumbuhan industri halal, yakni Malaysia dan Indonesia.
Demi mewujudkan Program Pembangunan untuk industri halal ini, kementerian lintas bidang pun dilibatkan. Pemerintah Thailand juga rutin mengalokasikan dana APBN untuk implementasi strategi industri halal yang diprediksi akan mencapai delapan miliar baht.
“Produk halal ekspor Thailand difokuskan ke negara tetangga karena pasarnya tergolong besar. Segitiga emas ASEAN, Thailand, Malaysia dan Indonesia saja sangat menjanjikan,” ujar Pomaratee.
Dalam kelompok kerja industri halal yang saat ini diketuai Indonesia, kerja lintas batas sangat dibutuhkan agar biaya bisa ditekan, termasuk pengakuan sertifikat halal. Ke depan, citra dan merek tunggal Indonesia, Malaysia, dan Thailand (IMT) akan digulirkan dan dikedepankan, termasuk untuk bahan baku, informasi bisnis, kanal teknologi informasi, dan sistem barcode.
Direktur HSC Chulangkorn University Winai Dahlan mengatakan, HSC sudah membuat rute halal ke arah perbatasan dengan Malaysia, Laos dan Myanmar. Dengan aplikasi seluler, siapapun yang mencari makanan halal dan tempat shalat di jalur itu, bisa menemukannya.
“MEA di awal 2016 jadi waktu yang tepat untuk memperdalam pasar,” ungkap cucu pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, itu. [MSR]