Tata Kelola Destinasi Wisata Ziarah di Indonesia
CIVILITA.COM – Pariwisata menjadi salah satu sumber devisa andalan yang lebih tahan banting di tengah penurunan nilai rupiah. Kepariwisataaan Indonesia tahun 2019 ditargetkan mencapai 20 juta wisatawan mancanegara dan 275 juta wisatawan Nusantara. Diharapkan potensi ini mampu menciptakan lapangan kerja bagi 13 juta orang dan menghasilkan devisa hingga 240 triliun.
Demikian mengemuka dalam Wokhshop Nasional “Tata Kelola Destinasi Wisata Ziarah” di Wisma Antara, Jakarta, yang diadakan Perum LKBN Antara bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata, belum lama ini.
Hadir Menteri Pariwisata Arief Yahya, Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah, Sultan Kasepuhan XIV Cirebon Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, Wakil Ketua Perhimpunan Pemangku Makam Aulia se-Jawa Drs. Ahmad Mundzir, dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota, dan para pegiat pariwista.
Beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran tren kepariwisataan, yaitu dari motivasi ‘bersenang-senang’ menjadi ‘mencari pengalaman baru’. Paradigm pariwisata pun bergeser dari ‘sun, sand and sea’ menjadi ‘serenity, sustaninability and spirituality’.
Berdasarkan penelitian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, terjadi kenaikan hingga 165% atas perjalanan wisata yang didasarkan pada keyakinan diri (faith based). UNWTO (2010) memperkirakan sekitar 330 juta wisatawan global atau kurang lebih 30% dari total keseluruhan wisatawan global melakukan kunjungan ke situs-situs religius penting di seluruh dunia, baik yang didasarkan pada motif spiritual maupun motif kognitif.
“Saat ini situs-situs wisata sejarah masih menjadi tujuan utama para wisatawan seluruh dunia, mengingat setiap tahun, sekitar 330-350 juta wisatawan dari berbagai agama dan kepercayaan mendatangi situs-situs ziarah di seluruh dunia,” ungkap ,” ujar Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Forum LKBN Antara, Hempi N. Prajudi.
Menangkap kecenderungan itu, Pemerintah Indonesia berupaya menjadikan destinasi wisata ziarah melalui penataan infrastruktur maupun promosi, menjadikan wisata ziarah sebagai sektor unggulan yang mampu mendorong kesejahteraan masyarakat.
Animo Wisata Ziarah
Berziarah merupakan kegiatan semua umat beragama dan berlangsung sejak lama. Dalam perkembangannya, tempat yang menjadi destinasi ziarah semakin ramai dan memunculkan layanan-layanan untuk menjamu para tamu yang datang. Sejak itu bermunculan biro perjalanan, penginapan, rumah makan, transportasi, buku sejarah hingga aneka cinderamata.
Menteri Pariwisata Arief Yahya bertekad mengembangkan destinasi wisata ziarah secara lebih serius, termasuk pengelolaan destinasi, pengemasan produk wisata, serta promosi dan pemasaran pada segmen wisata minat khusus.
“Sejumlah situs ziarah di Indonesia terbukti memiliki daya tarik yang luar biasa, seperti Situs Walisongo yang berada di delapan kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Termasuk situs megalitikum, situs agama Budha seperti Candi Borobudur, situs agama Hindu seperti candi Prambanan, serta Goa Maria Sendangsono pernah mendapatkan penghargaan The Aga Khan Award,” ungkap Arief Yahya.
Saat ini hampir 13 juta warga Indonesia melakukan wisata ziarah Walisongo. Selain berziarah ke makam wali-wali, daya tarik lainnya adalah perayaan haul atau peringatan keagamaan untuk mengenak jasa orang-orang yang dianggap penting dalam konteks agama dan bangsa. Perayaan haul Sunan Ampel di Surabaya dan haul Syech Nawawi al-bantani di Serang, mampu menarik belasan ribu pengunjung per harinya.
“Data yang diperoleh dari berbagai sumber memunculkan gambaran bahwa jumlah peziarah di sembilan makam Walisongo pada tahun 2014 mencapai 12,2 juta orang, dengan pengeluaran wisatawan hingga mencapai Rp.300 ribu per kunjungan atau total pengeluaran dalam setahun sebesar Rp. 3,6 triliun,” jelas Arief Yahya.
Kementerian Pariwisata memproyeksikan kunjungan wisatawan di Situs Walisongo pada tahun 2019 mampu mencapai 18 juta orang wisatawan nusantara atau sekitar 15% dari target wisatawan nusantara pada tahun 2019 dengan pengeluaran wisatawan per kunjungan rata-rata Rp. 400 ribu atau senilai Rp. 7,2 triliun dalam setahunnya.
Animo masyarakat yang besar ini harus diimbangi dengan kesiapan pengelola destinasi dan pemerintah daerah setempat, agar pelayanan terhadap para peziarah makin meningkat. Sektor pariwisata ini bukan hanya tanggungjawab Kementerian Pariwisata, tetapi banyak sektor lain yang bisa mendorong angka kunjungan wisatawan.
“Jalan menuju lokasi wisata ziarah yang masih menjadi tanggungjawab Pemda kabupaten/kota dan pemerintah provinsi, kemudian juga pengembangan Usaha Kecil Menengah seperti kuliner dan cinderamata menjadi tanggungjawab instansi lain. Demikian juga pelestarian benda sejarah di situs makam juga menjadi tanggungjawab bersama,” tukas Hempi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, ada tiga hal yang harus dipenuhi untuk mewujudkan pengembangan pariwisata berkelanjutan, termasuk untuk situs wisata ziarah, yaitu: lingkungan, ekonomi, dan komunitas. Wisata ziarah harus memperhatikan lingkungan dan dapat mensejahterakan masyarakat serta memperkuat komunitas-komunitas sekitarnya.
Arief menegaskan, pengelolaan wisata ziarah harus profesional. Pemerintah telah berkomitmen menyiapkan anggaran Rp 1 miliar untuk masing-masing situs Walisongo. Untuk situs wisata ziarah lainnya juga akan diberikan menyusul. (Desmoreno)