Spirit Haji di Tanah Suci untuk Persatuan Negeri-Negeri Islam

 Spirit Haji di Tanah Suci untuk Persatuan Negeri-Negeri Islam

ilustrasi: Wukuf di Arafah.

SPIRIT ibadah haji seharusnya menjadi titik tolak untuk mewujudkan persatuan di dunia Islam. Bukan sekadar ritual ibadah yang dilaksanakan sekali dalam setahun.

Bulan Dzulhijjah adalah bulan haji, pada bulan ini tanah suci menjadi tempat berkumpulnya umat Islam dari berbagai penjuru negeri. Perbedaan ras, bahasa dan warna kulit tidak lagi menjadi alasan bagi umat Islam untuk tidak bersama dalam pelaksanaan ibadah haji. Umat Islam dari berbagai suku bangsa melebur menjadi satu dalam khusuknya pelaksanaan ibadah.

Sudah selayaknya ibadah haji menjadi momentum persatuan umat dalam upaya mewujudkan tujuan bersama yaitu menaati perintah Allah SWT. Memaknai ibadah haji tidak cukup sebatas ritual ibadah tahunan yang semangatnya tertinggal di tanah suci tanpa pernah dibawa ketika umat Islam kembali ke negeri masing-masing.

Kedudukan ibadah haji sebagai bentuk ketaatan tertinggi, sehingga secara langsung Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji ke baitullah. Allah SWT berfirman:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

“(Di antara) kewajiban manusia kepada Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu melakukan perjalanan ke sana.” (QS Ali-Imran: 97).

Sebagai balasan dari kewajiban yang Allah tetapkan, Allah SWT telah menjanjikan pahala khusus bagi haji yang mabrur yaitu surga. Ini menunjukkan keutamaan ibadah haji sebagai puncak ketaatan kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Haji yang mabrur itu tidak ada balasan selain surga.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sebagai momentum persatuan, semangat ibadah haji semestinya dibawa ke seluruh penjuru negeri Muslim sekembalinya jamaah haji dari tanah suci. Kemudian diwujudkan dalam kehidupan nyata sebagai kesatuan ideologis. Yaitu kesatuan yang menjadikan aqidah Islam sebagai satu-satunya ikatan, menggantikan ikatan-ikatan kelompok, kesukuan, kebangsaan atau nasionalisme dan ikatan-ikatan jahiliyah lainnya. Karena semua ikatan selain ikatan aqidah bisa menjerumuskan umat kepada ashabiyah (sikap fanatik buta terhadap kelompok).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *