Punya Masalah? Bercerminlah Pada Kisah Keramik
CIVILITA.COM – Sahabatku, hidup itu memang pilihan tapi kita tidak bisa memilih terbebas dari masalah, karena masalah dan hidup adalah dua sisi mata uang. Yang kita bisa pilih dan lakukan adalah menciptakan cara apa yang akan kita lakukan ketika menghadapi masalah. Ketika tertimpa masalah adakalanya akan membekaskan luka dalam batin kita. Yakinlah, Allah mau membentuk kita. Ketika masalah itu menerpa kita, mungkin kita sakit, galau, bingung dibuatnya. Yakinlah, Allah mau membentuk kita.
Ini bukan bentuk pemasrahan diri, bukan pula fatalisme. Tapi ini sebuah upaya menikmati masalah. Husnudzon kepada Allah. Siapa orangnya yang tidak sakit kalau terluka? InsyaAllah, semua akan merasakan sakit. Justru dari sakit dan luka, Allah akan membentuk kita.
Mari kita untai pelajaran dari bagaimana tembikar, kendi, celengan, atau keramik itu dibentuk. Mereka dibentuk melalui proses ‘luka’. Keramik dibuat dari tanah, bukan sembarang tanah, bukan tanah yang ada di permukaan. Dia berasal dari tanah liat terpilih. Setelah dikumpul, dia siap untuk ditempa untuk menjadi apa yang diingkan oleh si perupa. Mau jadi kendi, celengan, dll.
Inilah tempaan si keramik itu. Dia diinjak, dipukul, diulet sedemikian rupa. Setelah itu kemudian dijemur di tengah terik. Apa cukup sampai disitu penderitaan si keramik? Tidak, dia harus bersiap diri untuk dimasukkan ke dalam api, agar kuat dan memerah. Lalu dijemur lagi di tengah terik. Hasilnya? Kita bisa saksikan bersama. Dari seonggok tanah pilihan, dia telah menjadi ‘barang indah’ menyenangkan orang untuk memilikinya.
Nah, sahabatku. Itulah proses ‘luka’ dan ‘sakit’ yang dialami oleh si keramik, kendi, tembikar dan sejenisnya. Berkaca yuk, saksikanlah orang-orang disekitar kita, yang telah keluar dari ‘luka’, yang bisa ‘menikmati’ masalah. Mereka jadi luar biasa setelahnya. Subhanallah, Allah membentuk dan melatih kita melalui luka. Bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar kekuatan kesabaran kita untuk menjalani luka itu.
Masih ingatkan dengan hadits Rasul berikut ini? ‘Iman terbagi dua: separoh dalam sabar, separoh dalam syukur’. Jadi imbangkan sabar dan syukur. Di hadits lain “Sungguh menakjubkn urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan jika mendapat musibah bersabar dan itulah yang terbaik untuknya” (HR Muslim).
Sahabatku, hidup ini bukan hanya dilewati dengan pujian sanjungan. Hidup hakiki justru diuji dengan kesakitan dan luka. ‘Ohw Masalah kenapa kamu datang lagi?’ Itu teriakan yang tidak perlu, jika kita mau dan mampu menikmati masalah. Inilah ilustrasinya masalah yang datang kepada kita. Masalah itu ibarat segenggam garam dan hati kita adalah wadahnya. Jika wadah kita hanya sebuah gelas maka segenggam garam yang kita taruh dalam gelas berair, maka air itu akan asin. Masalah itu akan menyakitkan. Tapi jika ‘wadah‘ itu adalah telaga luas, maka segenggam garam yang kita tabur didalamnya, justru akan menambah ‘nikmat’ air telaga.
Luaskan hati seluas telaga, agar kita bisa menikmati masalah, agar tak mengutuk masalah, agar kita positif thinking sama Allah. Wallahu’alam. [LukyRouf]