Pelapor Khusus PBB Rilis Daftar Perusahaan Terlibat Genosida Israel di Gaza
Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese. [reuters]
Keuntungan?
Masih mengutip laman yang sama, laporan tersebut menyatakan bahwa “upaya kolonial dan genosida yang terkait dengannya secara historis didorong dan dimungkinkan oleh sektor korporasi”. Ekspansi Israel di tanah Palestina adalah contoh dari “kapitalisme rasial kolonial”, di mana entitas korporasi mendapat untung dari pendudukan ilegal.
Bagi perusahaan-perusahaan senjata asing, perang telah menjadi usaha yang menguntungkan. Pengeluaran militer Israel dari tahun 2023 hingga 2024 melonjak 65%, yang berjumlah US$46,5 miliar (sekitar Rp 755 triliun), menjadi salah satu yang tertinggi per kapita di seluruh dunia.
Beberapa entitas yang terdaftar di bursa saham, khususnya di sektor persenjataan, teknologi, dan infrastruktur, telah mengalami peningkatan laba sejak Oktober 2023. Bursa Efek Tel Aviv juga mengalami kenaikan yang belum pernah terjadi sebelumnya sebesar 179%, sehingga menambah nilai pasar sebesar US$157,9 miliar.
Perusahaan asuransi global, termasuk Allianz dan AXA, menginvestasikan sejumlah besar saham dan obligasi yang terkait dengan pendudukan Israel, menurut laporan tersebut. Sebagian sebagai cadangan modal tetapi terutama untuk menghasilkan laba.
Booking dan Airbnb juga terus memperoleh keuntungan dari penyewaan di tanah yang diduduki Israel. Airbnb sempat menghapus properti di pemukiman ilegal pada tahun 2018 tetapi kemudian kembali menyumbangkan laba dari daftar tersebut untuk tujuan kemanusiaan, sebuah praktik yang disebut laporan tersebut sebagai “humanitarian-washing”.
Padahal, menurut laporan Albanese, entitas korporat berkewajiban untuk menghindari pelanggaran hak asasi manusia (HAM) melalui tindakan langsung atau dalam kemitraan bisnis mereka. Negara memiliki tanggung jawab utama untuk memastikan bahwa badan usaha menghormati HAM dan harus mencegah, menyelidiki, dan menghukum pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku swasta. [CNBCIndonesia]
