Muhammdiyah Jakarta Luncurkan Buku Sejarah Muhammadiyah
CIVILITA.COM – Buku sejarah “Muhammadiyah Jakarta Dari Tanah Betawi Hingga Megapolitan” sukses diluncurkan. Buku ini diterbitkan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta yang merupakan Kado dari PWM DKI Jakarta 2010-2015.
Buku yang diedit oleh Drs. H.M. Sudar Siandes, MM., tersebut merupakan amanat dari PP Muhammadiyah tentang sejarah Muhammadiyah yang pernah dibahas dalam Rakernas MPI PP di Yogyakarta.
Buku ini diluncurkan di kampus FKIP UHAMKA Jakarta Sabtu, (12/12) kemarin dengan menghadirkan narasumber Ridwan Saidi, budayawan Betawi dan Adhyaksa Dault, mantan Menpora.
Ridwan Saidi menyampaikan bahwa Muhammadiyah di Betawi dulu dikenal sebagai “Kaum Muda” yang pada tahun 1929 memulai sembahyang di lapangan karena pada waktu itulah baru dapat ijin dari penjajah Belanda.
Masa itu shalat di lapangan belum lazim karena katanya di lapangan ada kotoran kucing, apalagi ketika tahun 1942 yang Idul Fitri bertepatan khatib naik mimbar turun hujan deras, orang bertepuk melihat kejadian itu namun umat yang beribadah tidak kendur hatinya tetap teguh meski berhujan di lapangan. Setelah masa PRRI banyak migran dari Sumatera Barat maka Muhammadiyah Jakarta semakin berkembang.
Sementara Adhyaksa mengatakan bahwa Muhammadiyah DKI Jakarta dikenal dari amal usaha bidang pendidikan dan kesehatan. Sehingga semestinya Jakarta adalah wilayah strategis sebagai pusat kegiatan Muhammadiyah.
Lebih lanjut, Pengurus Ranting Muhammadiyah Setia Budi Jakarta Selatan yang pernah menjabat Menpora pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini mengatakan bahwa banyak hal yang bisa dikembangkan bagi Muhammadiyah di Jakarta, Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
“Jakarta adalah pusatnya desa dan Jakarta juga desanya pusat, kita setuju semua agama baik namun tidak semua benar,” kata Adhyaksa seperti dikutip situs resmi Muhammadiyah.
Buku Sejarah “Muhammadiyah Jakarta Dari Tanah Betawi Hingga Megapolitan” ini diharapkan ada kelanjutannya, masih banyak hal dalam Pergerakan Muhammadiyah di Betawi yang belum diangkat. Namun upaya ini adalah suatu langkah baik untuk memajukan Muhammadiyah dalam gerakan dakwah pencerahan menuju Jakarta yang beradab dan bermartabat. [muis]