Mr Kasman Singodimedjo: Hidup itu Berjuang, Beribadah dan Beramal
LELAKI bernama lengkap Prof. Dr.H. Kasman Singodimedjo, SH., ini adalah salah seorang founding fathers dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Selain itu ia adalah seorang santri dan juga tokoh Islam.
Di awal pendirian negara ini, Kasman adalah orang yang pernah menempati sejumlah posisi penting. Sebelum kemerdekaan, Mr. Kasman adalah Daidancho (Komandan Batalyon) PETA di Jakarta. Saat menjelang kemerdekaan Mr. Kasman dimasukkan sebagai Anggota PPKI, yang di sanalah kemudian terjadi dinamika soal dasar negara. Usai proklamasi kemerdekaan beliau menjabat berbagai posisi penting: Ketua KNIP, Jaksa Agung RI, Menteri Muda Kehakiman RI, dan Penasihat Delegasi RI di KMB. Di luar itu ia juga pengurus pusat Partai Masyumi.
Kelahiran, Keluarga dan Pendidikan
Kasman lahir pada Senin Wage, 25 Februari 1904 M atau 8 Muharam 1403 H di Dusun Clapar (Kalirejo), Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Ia terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya bernama Singodimedjo, ibunya bernama Kartini.
Ayah Kasman adalah seorang “Modin” atau Lebai, yang bertugas melakukan tugas-tugas sosial keagamaan, mengurus orang-orang sakit atau meninggal dunia dan lain sebagainya. Sebelum menjadi Lebai, Singodimedjo pernah menjadi Sekretaris Desa (Carik). Sebelumnya juga pernah menjadi menjadi ambtenaar (pegawai negeri), yaitu sebagai “gewapende politiedienaar” (pegawai polisi yang dipersenjatai) di Tabanan, Bali, dan kemudian di Gunung Sugih, Lampung Tengah.
Selain menjabat sebagai Lebai, Singodimedjo juga memiliki sawah, tegalan dan tanah-tanah pekarangan, yang digunakan untuk bertani. Tetapi istrinyalah yang lebih banyak mencari nafkah setiap hari dengan berjualan kain dari pasar ke pasar. Dalam kondisi saat itu, keluarga ini tidak mampu membiayai anak-anaknya bersekolah, apalagi sampai ke sekolah tinggi.
Meski berangkat dari keluarga yang sederhana, dengan perjuangan yang ulet dan gigih, Kasman akhirnya berhasil memasuki sekolah-sekolah bergengsi mulai dari HIS (Hollandsch Inlandsche School), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) dan akhirnya masuk ke RHS (Rechts Hoge School) dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Mr) atau yang sekarang disebut Sarjana Hukum.
Gelar Meester in de Rechten (Mr) saat itu adalah gelar yang sangat bergengsi. Mantan Perdana Menteri Mohammad Natsir mengatakan, orang yang bergelar Mr adalah seorang yang luar biasa. Karena itu, Natsir pun pernah bercita-cita menjadi Meester. Hal yang sama juga diakui oleh Buya Hamka dalam tulisannya berjudul “Prof. Dr. Raden Kasman Singodimedjo Al Haj, Kenangan Setelah Usianya Mencapai 75 Tahun.”
Mengenai pendidikan Islam, Kasman memperoleh pengajaran Islam pertama dari sang ayah, Pak Singodimedjo. Saat sekolah di HIS Kutoarjo ia belajar agama Islam pada seorang Modin (Lebai) di Desa Sanepo. Kemudian, saat sekolah di MULO ia mendapatkan pengajaran dari pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan tokoh Muhammadiyah KH Abdul Azis yang datang dari Yogyakarta.
Bukan hanya itu, sejak 1926, ketika sudah aktif di JIB, Kasman juga berinteraksi dengan seorang ulama terkenal sekaligus pendiri Al Irsyad Al Islamiyyah, Syekh Ahmad Surkati. Bukan hanya belajar agama, sebagai aktivis pergerakan, perbincangan antara Kasman dengan Syekh Ahmad Surkati juga mencakup urusan politik. Bahkan, agar hubungan keduanya tidak tercium oleh polisi mata-mata penjajah, Syekh Ahmad Surkati meminta Kasman untuk mengajar kepanduan di Sekolah Al Irsyad. Maka didirikanlah Cabang Natipij (Nationale Islamitische Padvindrij) di sekolah tersebut.