Menggagas Sistem Pendidikan Islam

 Menggagas Sistem Pendidikan Islam

Ilustrasi: Mahasiswi Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

DUNIA PENDIDIKAN masih dalam sorotan. Masalah rendahnya kualitas output, degradasi moral pelajar, sarana prasarana yang belum memadai, bongkar pasang kurikulum, kompetensi pendidik yang terus dipertanyakan, dan lilitan masalah lainnya yang masih membelenggu. Segudang masalah pendidikan ini mengemuka pada headlines berbagai media dan menjadi pembicaraan publik.

Akhirnya banyak elemen masyarakat baik tataran awam maupun pakar, membandingkan antara sistem pendidikan dalam negeri dengan negara lain. Yaitu negara maju yang sistem pendidikannya terbaik di kancah internasional seperti Finlandia, Korea Selatan, Singapura, Amerika Serikat, Jepang dan sebagainya. Sekaligus menginginkan Indonesia yang tertinggal jauh berkiblat pada sistem pendidikan negara tersebut. Tapi jika menelisik lebih mendalam, ternyata negara-negara maju tersebut juga menyimpan masalah yang akut.

Degradasi Moral Akut, No!

Jepang menempati tingkat kedua tertinggi di dunia untuk jumlah angka bunuh diri. Disusul Korea Selatan di tingkat ketiganya. Singapura kasus bunuh diri kalangan lanjut usia mencapai rekor tertinggi pada tahun 2017.

Sedangkan negara yang tingkat depresi jiwa tertinggi dunia adalah Amerika Serikat. Jumlah penderita HIV AIDS Amerika Serikat menempati keenam tertinggi di dunia. Tak hanya itu di Amerika Serikat jumlah penduduknya yang atheis berada pada posisi ke tujuh tertinggi dunia.

Tingkat kedua tertinggi jumlah atheis ada di Jepang yaitu mencapai 65 % total populasinya, dan Korea Selatan menempati tingkat tertinggi kesembilan. Finlandia termasuk negara pengkonsumsi alkohol kelima belas tertinggi dunia dan tingkat kesepuluh kehidupan seks paling bebas di dunia.

Data di atas menunjukkan bahwa pendidikan negara-negara tersebut memang berhasil membangun akal (aqliyah) generasinya dalam sains, teknologi dan tsaqafah. Namun masih sangat rapuh membangun nafsiyahnya (seperti jiwa, emosi dan akhlaq). Artinya masih terjadi ketimpangan antara aqilyah dan nafsiyah dalam proses pendidikannya.

Aqliyah yang dibangun tak bersinergi dengan nafsiyahnya atau aqiliyahnya tak mempengaruhi nafsiyahnya. Hasil pendidikan yang seperti ini hakikatnya dapat dikatakan gagal. Karena pendidikan sejatinya bertujuan untuk membangun kepribadian (syakhsiyah) yang merupakan integrasi antara aqliyah dan nafsiyah.

Berdasarkan realitas ini, tak seharusnya Indonesia menjadikan sistem pendidikan negara-negara di atas sebagai kiblat. Karena tiada gunanya apabila di satu sisi generasi penerusnya intelek dalam sains teknologi, tapi di sisi lain pengidap seks bebas, miras, narkoba, depresi, bunuh diri dan hal negatif lainnya. Lantas negara mana yang layak menjadi pilot project pendidikan negeri ini?

Pendidikan Islam, Real Pilot Project

Sebenarnya masih ada negara yang dikenal dengan kegemilangan pendidikannya selama hampir 13 abad, tapi ditutupi sejarahnya. Bahkan Barat saat ini berutang peradaban pada negara tersebut. Negara tersebut adalah khilafah Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *