Kisah Sungai Nil dan Karamah Umar bin Khattab
UMAR bin Khattab merupakan salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad Saw dan Abu Bakar Ra. Peranan Umar bin Khattab dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena perluasan wilayahnya.
Futuhat (misi perluasan wilayah Islam) besar-besaran pada masa pemerintahan Umar menjadi fakta yang diakui oleh para sejarawan. Bahkan ada yang mengatakan, jika tidak karena penaklukan penaklukan yang dilakukan oleh Umar, Islam belum tentu bisa berkembang seperti sekarang ini.
Khalifah yang kedua ini telah berhasil melebarkan sayap Islam ke beberapa negara, seperti Syiria, Yerussalem/Baitul Maqdis, Persia (Iran) dan Mesir yang saat itu dikuasai Romawi.
Menjadi khalifah selama kurang lebih 9 tahun ada kisah-kisah yang tidak hanya sebatas penaklukan dan kebijakan-kebijakannya. Namun ada yang Allah berikan secara khusus kepada Umar bin Khattab sebagaimana terdapat dalam kitab Tarikh Khulafa Imam As-Suyuthi Rahimahullah Ta’ala. Membuat pasal khusus tentang karamah-karamah Umar bin Khattab.
Abu Syaikh berkata dalam kitab Al-Azhamah: Tatkala Mesir dibuka oleh oleh kaum Muslimin yang dipimpin oleh Amr bin Al-Ash. Suatu ketika penduduk Mesir datang menemui Amr bin Ash pada saat sudah masuk salah satu bulan yang dianggap sakral oleh penduduk setempat.
Orang-orang Mesir itu berkata, “Wahai Gubernur, sesungguhnya Nil ini memiliki kebiasaan dimana dia tidak akan mengalir kecuali dengan tradisi tersebut!
Amr bin Al-Ash berkata: “Tradisi apakah itu?”
“Jika masuk tanggal sebelas bulan ini, kami akan mencari seorang perawan ke rumah orang tua mereka. Lalu kami minta kedua orang tuanya untuk memberikan perawan itu kepada kami dengan suka rela. Kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang paling indah, kemudian kami lemparkan dia ke sungai Nil ini,” jawab penduduk.
Ini tidak mungkin dilakukan dalam Islam. Karena sesungguhnya Islam menghapus tradisi lama,” kata Amr bin Al-Ash.
Lalu mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh Amr bin Al-Ash. Ternyata sungai Nil itu kering dan tidak mengalirkan air sedikit pun. Hingga kebanyakan penduduk berencana untuk melakukan hijrah.
Tatakala melihat kondisi yang demikian, Amr bin Al-Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab yang berada di Madinah. Dalam surat itu dia menerangkan bahwa mereka ditimpa musibah akibat apa yang saya katakan. Dan sesungguhnya saya mengatakan kepada mereka bahwa Islam telah menghapus tradisi masa lalu.
Umar menulis kepada Amr bin Al-Ash yang di dalamnya ada nota kecil. Dalam surat itu Umar menulis: Sesungguhnya saya telah mengirim kepadamu dalam suratku satu nota kecil maka lemparlah nota kecil itu ke Sungai Nil.
Tatkala surat Umar sampai di tangan Amr bin Al-Ash, dia mengambil nota kecil itu dan membukanya. Ternyata di dalamnya berisi tulisan sebagai berikut.
Dari hamba Allah, Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Amma Ba’du.
Jika kau (sungai Nil) mengalir karena dirimu maka janganlah engkau mengalir. Namun jika yang mengalirkanmu adalah Allah, maka mintalah kepada Allah yang Mahakuasa untuk mengalirkanmu kembali.
Amr bi Al Ash kemudian melemparkan nota kecil itu ke Sungai Nil. Allah Subhanahu Wata’ala akhirnya mengalirkan air Sungai Nil dengan kadar enam belas dzira’ dalam satu malam. Dengan terjadinya peristiwa itu, Allah telah menghancurkan tradisi jahiliyah dari penduduk Mesir hingga sekarang. Allahu A’lam.*/ Mohammad Ramli