Kedermawanan para Sahabat
SAHABAT adalah generasi hasil binaan dan tempaan langsung oleh Rasulullah Saw. Para Sahabat mendapatkan didikan dari seorang guru dan teladan terbaik di muka bumi ini. Alhasil, sifat dermawan yang ada pada diri Rasulullah, juga ditiru oleh para Sahabat.
Baca juga: Kedermawanan Rasulullah Saw
Abdurrahmah bin Auf mendengar Rasulullah Saw berkata kepadanya suatu hari: “Hai Ibnu Auf sesungguhnya engkau termasuk golongan orang kaya dan engkau akan memasuki surga dengan merangkak. Berilah pinjaman kepada Allah, niscaya Allah menolongmu membuat kedua kakimu berguna (sehingga engkau masuk surga dengan berlari kencang)”. (HR. Imam Ahmad)
Sejak mendengar hal itu Abdurrahaman memberi pinjaman kepada Rabbnya dengan pinjaman yang lebih baik (qardhan hasanan).
Suatu hari dia membeli tanah seharga 40.000 dinar (jika 1 dinar senilai Rp3,330,420, sekarang senilai Rp133.216.800.000) kemudian membagikan semuanya kepada keluarganya dari Bani Zahra, kepada isteri-isteri Rasulullah Saw (ummahatul mukminin), dan kaum muslimin yang fakir. Suatu hari dia menyediakan 500 ekor kuda untuk jihad fisabilillah dan suatu hari lain ia menyerahkan 1.500 ekor kuda. Pada saat meninggalnya, dia mewasiatkan 50.000 dinar (Rp166.521.000.000.-) dan mewasiatkan pula agar para pejuang Badar yang masih hidup masing-masing diberi 400 dinar, sampai-sampai Utsman bin Affan pun mengambil bagiannya meskipun dia kaya. Utsman berkata: “Sesungguhnya harta Abdurrahman halal dan suci, dan makan dari harta itu sehat dan barakah”.
Abdullah bin Amir membeli rumah Khalid bin Uqbah yang ada di pasar seharga 90.000 dirham (jika 1 dirham Rp62.725, maka nilai rumah itu Rp5.645.250.000). Pada malam harinya ia mendengar tangis keluarga Khalid. Dia bertanya kepada keluarganya, ada apa ini? Mereka menjawab: “Mereka menangisi rumah mereka itu”. Kata Abdullah: “Wahai anak, datanglah kepada mereka dan kabarkan bahwa rumah dan uang itu untuk mereka semua”.
Tatkala Qais bin Sa’ad bin Ubadah sakit, saudara-saudaranya menjenguknya. Ada yang mengatakan kepadanya: “Mereka malu karena utang-utang mereka kepada Anda.” Dia berkata: “Allah akan menggunakan harta yang mencegah saudara-saudara dari ziarah”. Lalu dia menyuruh seseorang untuk mengumumkan, “Siapa saja yang ada tanggungan utang kepada Qais, sekarang ia telah membebaskannya”. Cerita selanjutnya, tangga rumah Qais pecah karena banyaknya orang yang menjenguknya.
Uniknya, sifat pemurah yang menjadi ciri khas kaum muslimin dan tabiat mereka yang asli ini tidak dimiliki terbatas pada orang kaya dan banyak harta di tangannya.
Nabi Saw bersabda: “Satu dirham mendahului 100.000 dirham.” Lalu seseorang bertanya kepada beliau: “Bagaimana itu terjadi ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Seseorang yang punya harta banyak, dan mengambil darinya 100.000 dirham lalu ia sedekahkan. Dan seorang yang hanya mempunyai dua dirham mengambil satu dirham lalu ia sedekahkan.” (HR. Imam Ahmad)
Derajat sifat pemurah (sakha’) yang paling tinggi adalah mengutamakan orang lain (itsar). Tak ada yang melebihinya dalam derajat kepemurahan. Allah telah memuji sikap mengutamakan orang lain yang dimiliki para sahabat Rasulullah Saw.