Kecerdikan Jawaban Muawiyah bin Abu Sofyan

Ilustrasi: Muawiyah
UMAR BIN Khaththab radhiyallahu ‘anhu selalu mengirim utusannya untuk mencari tahu tentang perilaku dan keadaan para pejabatnya yang ditugasi di berbagai negeri. Bahkan Umar sendiri sering terjun mengadakan inspeksi terhadap mereka. Seperti yang ia lakukan ke negeri Syam (Siria).
Ketika ia berkunjung ke negeri tersebut, ia berjumpa dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang saat itu menjabat sebagai gubernur Syam.
Ketika melihat Muawiyah diiringi sejumlah pengawal, Umar bertanya, “Engkau punya pengawal sebanyak ini?” Muawiyah menjawab, “Ya, wahai Amirul Mukminin.”
Umar berkata, “Begini caramu menjadi pemimpin? Padahal aku mendengar berita bahwa orang-orang miskin dan mereka yang punya kebutuhan lama antri di depan rumahmu menanti giliran mendapat bantuan?”
“Ya, seperti itulah,” jawab Muawiyah. “Lalu, mengapa engkau lakukan ini? Sungguh aku berniat memerintahkanmu berjalan kaki ke negeri Hijaz tanpa alas kaki,” kata Umar.
Muawiyah berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kami tinggal di negeri yang memiliki banyak mata-mata musuh. Maka kita harus memperlihatkan kepada mereka kekuatan dan keperkasaan kita demi Islam dan pengikutnya supaya mereka takut kepada kita. Terserah engkau, aku siap menjalankan perintahmu.”
Khalifah Umar menukas, “Hai Muawiyah. Tidaklah aku menanyakan sesuatu kepadamu melainkan engkau meninggalkan aku pada sesuatu seperti bagian dalam ruas tangan. Jika apa yang engkau katakan adalah benar, maka itu adalah pendapatmu. Tetapi kalau salah, berarti engkau melakukan suatu penipuan.”
Muawiyah berkata, “Sekarang, apa perintahmu, aku siap menjalankan, wahai Amirul Mukminin.”
“Aku tidak menyuruhmu juga tidak melarangmu,” sahut Umar.
Seorang laki-laki berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bagus sekali jawaban orang ini dari pertanyaan yang engkau ajukan?” Umar berkata, “Itu karena dia berasal dari tempat dan keturunan yang bagus. Karena itulah, dia kami beri tugas seperti sekarang.”
Maka dengan kecerdasannya, Muawiyah tidak diberhentikan oleh Umar dari jabatannya sebagai gubernur negeri Syam.”[]
Sumber: Syekh Muhammad Khubairi. Kecerdasan Fuqaha dan Kecerdasan Khulafa (terjemah). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.