Jangan Atas Namakan Cinta Jika Dalam Diam

 Jangan Atas Namakan Cinta Jika Dalam Diam

CIVILITA.COM – Sahabatku, ini pelajaran tentang sebuah kekaguman, saksikan rupawan, hartawan, dermawan, atau apapun itu. Be careful, ini bisa melenakan. Kekaguman diperkenankan dalam syara’. Boleh, karena naluriah manusiawi yang semua tak bisa menolaknya.

Namun ada yang membuat keterlenaan. Ketika keterkaguman diukur dengan ukuran duniawi, lenyaplah standar ukhrawi. Jika dia belum dan bukan mahram kita, mencintai dia dalam diam bukan lagi keterlenaan, melainkan pelanggaran.

Sahabatku, ini soal rasa. Perasaan itu halus, bisiknya kadang tak terdengar. Biarlah nanti hati yang akan mendengar bisiknya. Bisikkan saja pada Rabb kita, bahwa kita menginginkan yang serupa dia. Laporkan padaNya kita tak ingin terlenakan. Jika kita sangat menginginkannya, berlarilah pada Rabb kita. Mintalah dengan sangat agar kita terlindungi dari godaan. Ini bukan soal mencintai dalam diam. Ini soal mencintai yang diboleh dan dihalalkan. Itulah standar ukhrawi.

Sahabatku, sebagaimana jaga mata, kaki, tangan, mulut, telinga, maka jagalah hati dari tergelincir zina hati. Mencintai bukan yang halal, hanya menghasilkan ketertawanan pada nafsu. Saat itulah syetan jadi sahabat, yang rupawan jadi hebat, yang hartawan jadi mengkilat, yang dermawan jadi memikat. Itulah perangkap syetan terlaknat.

Sadari itu sekarang sahabatku. Permainan syetan telah membelenggu rasa kita. Allah telah lenyap di hati. Jagalah hati dengan menjaga perasaan yang halus itu. Mengikatkannya pada simpul syariat dan idraq sillah billah.

Sahabatku, ini memang tidak mudah, tapi yakin jika kita mau, pasti kita bisa. Jika kita tak jauh dari Allah. Keterlenaan itu bikin kita jauh dari Allah. Saatnya kembali berlari kepadaNya. Mintalah ampunanNya atas keterlenaan ini. Seraya panjatkan doa, berikut:

“Duhai Rabb, cinta yang Kau titipkan, hanya ingin kutumpahkan pada yang halal. Wahai Rabb, rasa itu halus, hanya Kau yang sanggup mendengarnya, tolong bisikkan hanya pada yang halal.

Rabb, cinta ini masih perawan dan ku mohon, Kau berikan cinta ini kepada yang halal untukku. Duhai Rabb, jika aku memang sedang jatuh cinta, aku hanya ingin cinta itu tak lebih dari aku mencintaimu, ya Rabb.

Duh Rabb, aku memohon jika aku jatuh hati, maka jatuhkanlah hati hanya kepada yang terbaik dari sisi-Mu, Rabb. Ya Rabb, Kaulah pelindung hati ini, jika engkau ridha, aku hanya mohon berikan hatiku kepada yang halal bagiku.

Rabbku, pintaku berikan yang terbaik yang Kau ridhai agamanya | Bantu aku menjaganya hingga halal. “

Sahabatku, ini bicara tentang kekaguman terhadap lawan jenis yang mungkin mempesona hati kita. Bisa jadi kita terpedaya oleh sikapnya, penampilannya dan seterusnya. Tapi hati-hati dengan semua itu sahabatku. Hati kita ini hanya berjumlah satu, dan kita sudah membaginya untuk diri kita, orang di sekitar kita, dan kadang yang terlupa, hati kita juga harusnya untuk Rabb kita.

Jangan sampai hati yang jumlahnya hanya satu ini, tercuri perhatian pada seseorang yang bukan dan belum halal bagi kita. Hati ini seperti nyawa kita, dia hanya pinjaman dari Allah, dan Allah hanya ridha jika hati ini tertumpahkan pada yang halal.

Hati ini tempatnya jatuh cinta dan mungkin memendam rasa. Jika kita jatuh cinta bukan pada yang halal, maka sebaiknya pendam saja rasa itu, laporkan pada Allah, bahwa kita hanya ingin mencintai yang halal. Keterkaguman kita pada seseorang hanya cukup pada sikap dan akhlaknya saja, tak perlu mempertaruhkan hati ikut didalamnya.

Apalagi sampai memposisikan diri untuk mencintainya dalam diam, itu tidak perlu. Keterkaguman Fatimah kepada Ali r.a., bisa menjadi ibrah kita semua. Seorang Fatimah hanya menunggu waktu yang tepat yang dipilihkan oleh Allah untuk bersua dengan orang yang dikaguminya, Ali bin Abi Thalib. Dan Fatimah, bisa menungguinya hingga kehalalan itu datang. Seandainya Fatimah tak jadi berjodoh dengan Ali, maka Fatimah bisa memahami maksud Tuhannya, karena Fatimah tak pernah menyerahkan hatinya kepada Ali, tapi kepada Rabbnya.

Pun dengan kisah bunda Khadijah yang juga kagum dengan kepribadian Rasulullah Saw. Khadijah menunggu waktu yang tepat untuk dihalalkan oleh Allah. Maka Khadijah memilih untuk menghalalkan dirinya bersama Rasulullah Saw, dengan memintanya (khitbah) lewat tangan pamannya.

Itulah kisah percintaan dan keterkaguman seseorang kepada lawan jenisnya yang belum halal bagi dirinya. Mereka lebih memilih menaruh hatinya kepada Rabbnya, meski mereka takjub pada seseorang yang dikaguminya. Mereka memfokuskan perhatiannya kepada Rabbnya, seraya memohon agar dilindungi dari keterlenaan hati. Ya, itulah pinta seorang secret admirer. [lukyrouf]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *