HUKUM, HIKMAH DAN KEUTAMAAN QURBAN BERDASARKAN AL-QUR’AN DAN SUNNAH

 HUKUM, HIKMAH DAN KEUTAMAAN QURBAN BERDASARKAN AL-QUR’AN DAN SUNNAH

Jakarta, Mediaislam.id- Secara bahasa, kata ‘qurbān’ merupakan bentuk masdar dari kata ‘qariba’ قَرِبَ yang berarti dekat. Maksudnya adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (mā yutaqarrabu bih).

Istilah lain yang biasa digunakan adalah Uḍḥiyah أُضْحِيَةٌ(hewan sembelihan) atau Dhabīḥah ذَبِيْحَةٌ (hewan sembelihan). Dalam Fiqh, biasa menggunakan istilah Uḍḥiyah أُضْحِيَةٌ (hewan sembelihan), Aḍḥā أَضْحَى (hewan sembelihan), Ḍaḥiyyah ضَحِيَّةٌ (hewan sembelihan), Naḥīrah نَحِيْرَةٌ (hewan sembelihan), ataupun تَضْحِيَةٌ Taḍḥiyah (pengorbanan/penyembelihan).

Imam Zakariyyā al-Anṣāry dalam Fatḥ al-Wahhāb bi Sharh al-Minhāj mengatakan, “Uḍḥiyah adalah hewan ternak yang disembelih dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Dilakukan mulai hari ‘Īd al-Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) sampai akhir hari Tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah).” Dari pengertian ini, maka hewan kurban hanya disembelih dalam rentang waktu tersebut, yaitu pada tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Sebab, pada hari-hari tersebut umat Islam bersuka-cita dan bergembira dengan melakukan hidangan daging, yang diutamakan bagi fakir dan miskin. Sehingga, apabila terdapat penyembelihan hewan di luar hari-hari tersebut maka terhitung sebagai sedekah, bukan kurban.

Perintah berkurban termaktub dalam kitab suci al-Qur’an. Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَۙ

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS. Al Hajj [22]: 34)

Hukum Qurban adalah sunnah mu’akkadah dan bagian dari syi’ar Islam. Namun sebagian ulama mengatakan bahwa, Qurban hukumnya wajib bagi yang mampu. Di antara ulama yang mewajibkan Qurban bagi orang kaya adalah Rabi’iah, al-Laits bin Sa’ad, Abū Hanifah dan al-Auza’i.

Di antara dalil para ulama dalam mewajibkan Qurban bagi Muslim yang mampu adalah hadis berikut ini:
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، أنبأ الْحَسَنُ بْنُ يَعْقُوبَ الْعَدْلُ، ثنا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، ثنا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَيَّاشٍ الْمِصْرِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ وَجَدَ سَعَةً لِأَنْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَحْضُرْ مُصَلَّانَا “

Abū Abdillāh telah mengabarkan kami bahwa, al-Ḥasan bin Ya’kūb al-‘Adl menyampaikan bahwa, Yaḥya bin Abū Ṭālib menceritakan bahwa, Zayd bin al-Ḥubāb menceritakan dari ‘Abdullāh bin ‘Ayyāsh al-Miṣry dari ‘Abdurraḥmān al-A’raj dari Abū Ḥurairah berkata bahwa, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang memiliki kemampuan, tetapi ia tidak mau berqurban, maka sekali-kali janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Bayhaqy dalam al-Sunan al-Kubra 9/437 no. 19012)

Menyembelih hewan qurban adalah akhlak Rasulullah SAW yang sarat dengan berbagai hikmah dan keutamaan. Hal ini berdasarkan beberapa hadits Nabi SAW, di antaranya adalah:

1. Ibadah yang paling dicintai Allah pada hari itu

حَدَّثَنَا أَبُوْ عَمْرٍو مُسْلِمُ بْنُ عَمْرٍو الْحَذَّاءُ الْمَدَنِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ نَافِعٍ الصَّابِغُ أَبُوْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِي الْمُثَنَّى عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْه عَنْ عَائِشَةَ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمٍ اِنَّهَا لَتَأْتِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وأَشْعَارِهَا وَاَظْلاَفِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ مِنَ اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا

Telah menceritakan kepada kami Abū ‘Amr Muslim bin ‘Amr al-Ḥadhdhā` al-Madani, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullāh bin Nafi’ al-Ṣābigh Abū Muḥammad, dari Abū al-Muthanna, dari Hisyam bin Urwah, dari bapaknya, dari ‘Aisyah bahwa, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha lebih dicintai Allah daripada menyembelih binatang. Karena binatang itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah binatang itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Oleh sebab itu, berkurbanlah dengan senang hati.” (HR. al-Tirmidzi dengan kualitas hasan)

Menurut Zayn al-‘Arab, ibadah yang paling utama pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih binatang untuk dikurbankan, karena mengharapkan ridha Allah. Sebab pada hari kiamat nanti, binatang itu akan mendatangi orang yang menyembelihnya dalam keadaan utuh seperti di dunia, setiap anggotanya tidak ada yang kurang sedikit pun dan semuanya akan menjadi nilai pahala baginya. Kemudian binatang itu akan menjadi kendaraannya untuk berjalan melewati shirath. Demikian ini merupakan balasan dan bukti keridhaan Allah kepadanya. (Abul Ala al-Mubarakfuri: tt: V/62)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَا أُنْفِقَتِ الْوَرِقُ فِي شَيْءٍ أَفْضَلَ مِنْ نَحِيرَةٍ فِي يَوْمِ عِيدٍ. “

Dari Ibnu ‘Abbās berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada uang yang dibelanjakan yang lebih baik daripada belanja hewan qurban di hari ‘Id.” (HR. al-Daraquṭny dalam Sunannya)

2. Sebagai Kendaraan Orang yang Berkurban Saat Melintasi Ṣirat di Akhirat

وَذَكَرَ الرَّافِعِيُّ وَابْنُ الرِّفْعَةِ حَدِيْثَ عَظِّمُوْا ضَحَايَاكُم فَإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ

Imam Rafi’i dan Imam Ibnu al-Rif’ah menyebutkan hadis yang berbunyi: “Besarkanlah hewan-hewan kurban kalian, karena sesungguhnya hewan itu akan menjadi tunggangan kalian di Ṣiraṭ (jembatan). (HR. al-Daylamy dalam Musnad al-Firdaus no. 268)
‘Abd al-Raūf al-Munāwy pengarang kitab Faiḍ al-Qadīr menjelaskan arti dari kata Maṭāyākum مَطَايَاكُمْ dalam hadis tersebut sebagai berikut:

( فإنها مطاياكم ) جمع مطية وهي الناقة التي يركب مطاها أي ظهرها ( على الصراط ) أي فإن المضحي يركبها ويمر بها على الصراط ويستمر عليها حتى توصله إلى الجنة فإذا كانت سريعة مرت على الصراط بخفة ونشاط وسرعة

Kata maṭāyā adalah bentuk plural dari kata maṭiyyah, yaitu unta yang punggungnya ditunggangi saat melintasi Ṣirāṭ (jembatan). Jelasnya, seorang pengurban akan mengendarainya dan lewat dengannya di atas Ṣirāṭ. Berlanjut di atas kendaraan tersebut hingga sampai ke surga. Jika kendaraannya cepat (bagus), maka kendaraan tersebut akan lewat di atas Ṣirāṭ dengan ringan, semangat dan cepat.

3. Mendapatkan Kebaikan dari Setiap Tetes Darah dan Helai Bulu Qurban

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ : عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدَانَ أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَلِيٍّ اَلسِّيرَافِيُّ حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا سَلَّامُ بْنُ مِسْكِيْنٍ عَنْ عَائِذِ اللهِ عَنْ أَبِيْ دَاوُدَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُمْ قَالُوْا لِرَسُولِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- : مَا هَذِهِ الأَضَاحِيُّ؟ قَالَ :« سُنَّةُ أَبِيْكُمْ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ». قَالُوْا : مَا لَنَا فِيْهَا مِنَ الأَجْرِ؟ قَالَ :« بِكُلِّ قَطْرَةٍ حَسَنَةٌ ».

Telah mengabarkan kepada kami Abū al-Ḥasan ‘Aly bin Aḥmad bin ‘Abdan, telah mengkabarkan kepada kami Aḥmad bin ‘Ubayd, telah menceritakan kepada kami Hishām bin ‘Aly al-Sīrafy, telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khālid, telah menceritakan kepada kami Sallām bin Miskīn, dari ‘Ā`idzillāh, dari Abū Dāwud, dari Zayd bin Arqam RA, bahwasanya para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kurban-kurban ini? Beliau menjawab: “Sunnah bapak kamu sekalian, Ibrahim AS.” Para Sahabat bertanya: “Pahala apa yang kami dapatkan darinya? Rasulullah menjawab: “Setiap tetes darah satu kebaikan”. (HR. al-Ḥākim, Ibn Mājah, Aḥmad, dan Al-Bayhaqy)

وَأَخْبَرَنَا أَبُوْ عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ أَخْبَرَنَا أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْبَزَّازُ بِبَغْدَادَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ أَخْبَرَنَا سَلَّامُ بْنُ مِسْكِيْنٍ عَنْ عَائِذِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْمُجَاشِعِيُّ عَنْ أَبِيْ دَاوُدَ السَّبِيْعِيِّ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا هَذِهِ الأَضَاحِيُّ؟ قَالَ :« سُنَّةُ أَبِيْكُمْ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ». قَالَ قُلْنَا : فَمَا لَنَا فِيْهَا؟ قَالَ :« بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ ». قَالَ قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ فَالصُّوْفُ قَالَ :« بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنَ الصُّوْفِ حَسَنَةٌ ».

Telah mengabarkan kepada kami Abū Abdillāh al-Ḥāfiẓ, telah mengabarkan kepada kami Muḥammad bin ‘Abdullāh al Bazzāz di Baghdad, telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Maslamah al-Wāsiṭy, telah menceritakan kepada kami Yazīd bin Hārūn, telah mengkhabarkan kepada kami Sallām bin Miskīn, dari ‘A`idzillāh bin ‘Abdullāh al-Mujashi’i, dari Abū Dāwud al-Sabī’iy, dari Zayd bin Arqam RA, beliau berkata: kami bertanya: Wahai Rasulullah Apakah qurban-qurban ini? Beliau menjawab : “Sunnah (tuntunan) bapak kalian, Ibrāhīm”. Zayd bin Arqam berkata: Kami bertanya : “Pahala apa yang kami dapatkan darinya? Rasulullah menjawab : “Setiap rambutnya adalah satu kebaikan.” Zayd bin Arqam berkata: Kami bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan bulunya?” Beliau menjawab: “Setiap rambut dari bulunya adalah kebaikan”.

Begitu besarnya pahala Qurban di sisi Allah SWT, hingga tetesan-tetesan darahnya pun dianggap sebagai pahala. Setiap sel daging, mili liter darah dan helai bulu yang terdapat dalam hewan Qurban tersebut dan itu membawa manfaat bagi sesama, utamanya bagi para fakir dan miskin, maka akan diganti Allah dengan pahala berlipat ganda kelak di hari akhirat. Ini adalah bahasa kiasan yang digunakan Nabi Muhammad SAW dalam menjanjikan balasan besar dan berlimpah yang akan diterima oleh para pengurban di hari ‘Id.

4. Doa Ampunan dari 10 Malaikat Sampai Hari Kiamat

Ibnu Muṣliḥ al-Hanafy dalam kitabnya Hāshiyah Shaykh Zādah ‘alā Tafsīr al-Bayḍāwy mengutip perkataan Sayidina ‘Aly bin Abū Ṭālib sebagai berikut:

“مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلىَ شِراَءِ الأُضْحِيَّةِ كاَنَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عَشْرُ حَسَناَتٍ وَمَحاَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئاَتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجاَتٍ , وَإِذاَ تَكَلَّمَ فىِ شِراَئِهاَ كاَنَ كَلاَمُهُ تَسْبِيْحاً وَإِذاَ نَقَدَ ثَمَنَهاَ كاَنَ لَهُ بِكُلِّ دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةِ حَسَنَةٍ وَإِذاَ طَرَحَهاَ عَلَى الأَرْضِ يُرِيْدُ دَبْحَهاَ اسْتَغْفَرَ لَهُ كُلُّ خَلْقٍ مِنْ مَوْضِعِهاَ إِلىَ الأَرْضِ السَّابِعَةِ وَإِذاَ أَهْرَقَ دَمَّهاَ خَلَقَ اللهُ بِكُلِّ قَطْرَةٍ مِنْ دَمِّهاَ عَشْرَةٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إِلىَ يَوْمِ القِياَمَةِ وَإِذاَ قَسَمَ لَحْمَهاَ كاَنَ لَهُ بِكُلِّ لُقْمَةٍ مِثْلَ عِتْقِ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيْلَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ.”

“Barangsiapa keluar rumah untuk membeli hewan kurban, maka setiap langkahnya akan dibalas 10 kebaikan, dihilangkan 10 keburukan, dan diangkat 10 derajat. Transaksi yang terjadi saat membeli hewan kurban dianggap tasbih. Uang yang dibayarkan dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat. Ketika hewan kurban tersebut ditidurkan untuk disembelih, semua makhluk memohon ampun untuknya hingga bumi paling bawah. Tiap tetesan darahnya menjadi 10 malaikat yang memintakan ampun kepadanya hingga hari kiamat. Jika dagingnya telah dibagikan dan dimakan, maka tiap suapan sama seperti memerdekakan anak cucu Nabi Ismail AS.” [Terdapat juga dalam Shaykh Uthmān bin Ḥasan bin Aḥmad al-Shākir al-Khūbawy: Durrah al-Nāṣihīn fī al-Wa’zh wa al-Irsyād (Beirut: Dar al-Arqam, 216), 325]

Dari Zayd bin Arqam ra, ia berkata: Kami bertanya kepada Rasulullah, “Apakah Uḍḥiyyah (kurban) itu?” Nabi menjawab, “Itu adalah sunnah ayahmu Ibrahim.” Kami bertanya, “Apakah yang kami peroleh dari ibadah itu?” Nabi menjawab, “Pada setiap rambutnya terdapat kebaikan.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, mengenai bulunya?” Nabi menjawab, “Setiap rambut dari bulu-bulunya adalah suatu kebaikan.” (HR. al-Hākim, Ibn Mājah, Aḥmad, dan Al-Bayhaqy)

5. Sebagai Syuhadā A`māl (Saksi Amal Salih)

Pada hari akhir nanti, hewan yang kita qurbankan akan menjadi saksi dari amal-amal salih yang telah kita kerjakan selama hidup di dunia.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنِي أَبُو الْمُثَنَّى عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

‘Abdurrahmān bin Ibrahīm al-Dimashqy telah menceritakan kepada kami bahwa, Abdullāh bin Nāfi` telah menceritakan kepada kami bahwa, Abū al-Muthannā telah menceritakan kepadaku dari Hishām bin ‘Urwah dari Ayahnya dari Siti Aishah bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) qurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla daripada mengalirkan darah. Sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” [HR. ibnumajah No.3117].

6. Bukti Ketaatan dan Kepatuhan kepada Perintah Allah SWT

Di awal telah disebutkan bahwa ibadah qurban merupakan bagian dari perintah Allah SWT dalam al-Qur’an terhadap setiap Muslim yang mampu melaksanakannya. Allah SWT berfirman:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَۙ

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS. Al Hajj [22]: 34)

Maka, pelaksanaan ibadah qurban menjadi bukti ketundukan, ketaatan dan kepatuhan orang beriman atas perintah Tuhannya. Tidak seyogyanya bagi seorang Muslim yang mampu berqurban di dari Raya Idul Aḍha maupun di hari Tasyrik untuk meninggalkan ibadah yang satu ini.

Demikian di antara hikmah dan keutamaan ibadah qurban. Semoga Allah SWT memasukan kita menjadi hamba-hambanya yang mampu dan gemar dalam melaksanakan ibadah qurban. Amīn yā robbal ālamīn…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *