Global March to Gaza, Tamparan Keras untuk Umat Muhammad

Ilustrasi: Warga Tunisia hendak bergabung dalam Global March to Gaza. [Foto: Tunisia Land Convoy]
RIBUAN orang dari 54 negara di dunia berkumpul di Kairo, Mesir sejak 11 Juni 2025 untuk mengikuti aksi solidaritas Global March to Gaza, yakni jalan kaki massal atau konvoi solidaritas yang dilakukan oleh aktivis kemanusiaan dari berbagai negara untuk menunjukkan dukungan terhadap rakyat Palestina.
Mereka datang dari Tunisia, Libya, Maroko, Amerika, Eropa, Asia, termasuk Indonesia. Mereka berlatar belakang pensiunan, perawat, jurnalis, dokter, pegiat HAM. Bahkan perwakilan dari rakyat Indonesia pun ikut hadir di dalam aksi tersebut, di antaranya ada nama-nama publik yang dikenal seperti Zaskia Adya Mecca, Ratna Galih, Wanda Hamidah, Hamidah Rachmayanti, dan Indadari Mindrayanti. (Jurnalpost.com, 14/06/2025)
Ribuan peserta yang berkumpul tersebut akan melanjutkan perjalanan sejauh 50 kilo meter ke Al-Arish, kemudian menuju perbatasan Rafah, satu-satunya pintu masuk menuju Palestina. Tujuan mereka adalah menembus blokade Israel yang selama dua bulan terakhir menyebabkan kelaparan akut di Gaza. Selain itu, mereka mendesak dihentikannya agresi Israel dan penarikan pasukan dari wilayah Gaza.
Ya, betapa tidak, Zionis Israel tak henti melakukan serangan terhadap Gaza sejak Oktober 2023, bahkan dua bulan terakhir ini mereka menutup akses bantuan makanan, obat-obatan, dan air bersih ke wilayah Gaza. Sehingga penderitaan rakyat Gaza kian berlipat-lipat. Banyak di antara mereka yang mati kelaparan. Inilah yang akhirnya mengetuk nurani dunia. Meski pemerintah di negara mereka tidak mengirimkan mereka secara diplomatik, nurani dan kemanusiaan mereka lah yang menggerakkan langkah kaki mereka untuk bergerak membuka blokade ke Gaza.
Namun ironisnya, perbatasan Rafah justru dijaga ketat oleh tentara Mesir yang notabenenya adalah muslim. Salah seorang peserta aksi, seorang perawat dari Eropa memohon kepada para pasukan Mesir yang menjaga perbatasan agar membuka gerbang Rafah demi bantuan kemanusiaan. Bahkan ia mengatakan, “Di mana hatimu? Demi cinta dan kemanusiaan, berdirilah bersama saudara-saudaramu di Palestina!”
Mendengar ucapan tersebut, semestinya hati seorang muslim bergetar. Malu atas keberpihakannya yang justru kepada para Zionis, bukan kepada saudaranya sesama muslim. Jika seorang nonmuslim saja bisa menyuarakan keberpihakannya kepada rakyat Palestina, lantas mengapa justru kaum muslimin yang bertetangga dengan Palestina malah menjadi penjaga yang melanggengkan genosida?
Sungguh memprihatinkan. Bahkan mirisnya, pemerintah Mesir telah mendeportasi puluhan peserta aksi yang berpaspor Eropa untuk kembali ke negaranya.
Global March to Gaza menjadi sebuah refleksi bahwa nurani dunia sejatinya masih ada. Namun sayangnya, kekuatan besar yang menaungi genosida yakni adidaya As, tak bisa ditembus oleh sekadar dentuman nurani. AS ada di balik serangan Zionisme, supplier utama persenjataan untuk Israel menyerang Palestina. AS jugalah yang membuat memainkan arah konstelasi internasional termasuk membelenggu negeri-negeri muslim agar tidak bergerak membebaskan Palestina dengan tentaranya.
Oleh karena itu, pembebasan Palestina dari genosida membutuhkan hadirnya negara besar yang mampu menghimpun kekuatan umat secara global.
Global March to Gaza harusnya menjadi tamparan keras untuk seluruh umat Muhammad, bahwa kita dilemahkan oleh sistem yang ada. Padahal, jumlah umat Islam di seluruh dunia itu hampir mencapai dua miliar. Akan tetapi tak mampu berbuat apa-apa untuk Palestina, kecuali hanya mengecam.
Sungguh benarlah, tanpa persatuan, umat Islam bagaikan buih di lautan sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang-orang lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang lalu bertanya pada Rasulullah Saw, “Apa kami saat itu sedikit?”Rasulullah Saw menjawab, “Bahkan kalian saat itu banyak, akan tetapi kalian seperti buih di laut. Allah sungguh akan mencabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn ke dalam hatimu.” Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apa itu wahn?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Dawud).
Wallahu’alam bis shawab
Hana Annisa Afriliani, S.S., Aktivis Dakwah dan Penulis Buku.