Buka Topeng Palsu Pacaran
CIVILITA.COM – Jujur, karena pacaran adalah untuk membuat senang pasangannya, maka apa yang membuat pasangannya gembira itulah yang akan dilakukan. Istilahnya “kutahu apa yang kau mau”, kalau sudah seperti itu maka “kulakukan apa yang kau mau”. Nah, karena harus menyenangkan pacar, apapun akan dilakukan, termasuk kalau harus menebar kepalsuan di depan pacarnya. Apa saja kepalsuan yang biasanya dijumpai di saat pacaran?
Pertama, menyembunyikan sifat atau karakter asli. Memang cinta kadang akan secara ajaib merubah karakter atau perilaku seseorang, tapi kalau kemudian harus berpalsu-palsu ria di depan pacar, itu sudah keterlaluan dan pasti dosa. Seseorang akan berperilaku seperti yang diidamkan pasangannya. Persis seperti ilustrasi iklan di teve, kalau si pacarnya membayangkan pasangannya harus sekuat superman, maka si prianya akan melakukan hal itu.
Nah, kepalsuan ini biasanya terbongkar saat tahap pacaran sampe pada tahapan konflik. Di situlah, sifat-sifat asli yang pemarah, keras, atau apapun itu yang bertentangan dengan sifat sebelumnya, saat pacaran semua itu mampu disembunyikan.
Terang seterang matahari di siang hari, pacaran kalau selama ini dijadikan dalih untuk mengenal karakter sang calon, terbukti tidak bisa. Sebab yang ada dalam pacaran adalah kepalsuan karakter alias bukan sifat aslinya. Maka kalau masih rajin pacaran, silahkan nikmati kepalsuan.
Kedua, tidak jujur. Ya selain kepalsuan karakter, yang lebih parah lagi topeng kepalsuan dari pacaran adalah ketidakjujuran. Seringkali bermuka dua, di depan pacarnya sumpah serapah, tapi dibelakang dilanggar sumpahnya. Apalagi yang pacarannya baru tahap perkenalan, seperti orang asing yang baru ketemu, maka ketidakjujuran itu mudah sekali dilakukan. Mengakunya masih single, ternyata dibelakang punya pacar, atau malahan sudah beristri. Begitulah pacaran sulit sekali di deteksi kejujuran seseorang. Apalagi kejujuran tidak bisa dilihat kasat mata, harus ada pembuktian.
Jadi, sadarlah wahai para aktivis pacaran, di depanmu mungkin pacarmu bermuka manis, tapi siapa tahu dibelakang dia bermuka bengis. Di depanmu dia berperilaku alim, eh ternyata di belakangmu, dia orang yang lalim. Di depanmu dia mengaku insinyur, tapi dibelakangmu bisa jadi dia tukang bubur. Di depanmu dia kelihatan sok romantis, padahal kalau kamu tahu sebenarnya dia tergolong orang yang sadis!
Ketiga, tidak bisa pegang janji. “say, setelah ini aku akan melamarmu, tapi ijinkan aku memegang tanganmu terlebih dahulu”, itulah salah satu jenis rayuan palsu. Padahal rayuan itu tadi, di belakang masih ada kelanjutannya, sambil bergumam si cowok bilang dalam hatinya “aku akan melamarmu, setelah aku dapat kerja, setelah aku punya penghasilan cukup, setelah aku punya motor, setelah aku punya rumah, …”.
Mengapa para aktivis pacaran itu cenderung tidak menepati janji? Karena dia sendiri tidak yakin, kalau pria atau wanita yang sekarang jadi pacarnya itu adalah calon suami atau istri yang cocok buat dirinya. Makanyadibohongi pun menurut mereka sah-sah saja, lha wong pacaran itu bukan tahapan serius koq.
Keempat, menawarkan kecurigaan. Kecurigaan orang berpacaran itu sangat beralasan, karena hubungan antara keduanya hanya hubungan yang didasari suka atau tidak suka, tidak ada yang lebih dari itu. Setelah menawarkan kecurigaan, maka pacaran akan menimbulkan kegelisahan. “Jangan-jangan pacar saya dibelakang selingkuh”. Begitu pikirnya.
Kegelisahan yang tak bertepi itu, disusul dengan kegaluan yang akut, sehingga saling mencurigai satu sama lain. Dan akhirnya hubungan mereka jadi memanas, serta timbullah cekcok. Disinilah fase booring mulai hinggap, dan selanjutnya, ‘maaf kita putus’ jadi kata yang tak terhindarkan.
Itulah di antara topeng kepalsuan pacaran, mungkin di luar sana masih banyak topeng-topeng yang harus dibuka. Tapi semoga yang sedikit ini bisa membuka mata dan hati para aktivis pacaran agar segera sadar dan akhirnya berani mengambil keputusan, antara menikahi atau putusin. Hayo berani tidak? [LukyRouf]