Yenny Wahid: Muhammadiyah-NU Dua Pilar Islam Moderat di Indonesia
Yenny Wahid
“Ia mengungkapkan bagaimana ia ditolong oleh seorang perempuan tua yang berprofesi sebagai nelayan saat ia sedang sakit di Lombok. Setelah itu tergetar hatinya, dan berpikir bahwa Islam itu berbeda,” kata Yenny.
Oleh karena itu ia mengingatkan kepada seluruh peserta untuk memperhatikan perilakunya sebagai orang Muslim. Sebab menurutnya, orang-orang non Muslim itu tidak membaca Al-Qur’an, tidak membaca hadis, dan tidak belajar fiqih. Sehingga yang dibaca oleh orang-orang non Muslim adalah bagaimana tingkah laku kita sebagai umat Muslim.
Selain Yenny Wahid, simposium moderasi beragama juga dihadiri oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, KH. Saad Ibrahim, Direktur Eksekutif Maarif Institute Andar Nubowo, Ketua Pokja Penyuluh Jawa Timur, Syaifudin Maarif, Rektor Universitas Raden Rahmat, KH. Imron Rosyadi Hamid, Wakil Rektor III UMM, Nur Subeki dan para tamu undangan lainnya.
Simposium moderasi beragama yang mengangkat tema Harmony in Diversity ini menjadi ikhtiar untuk memperkuat praktik keberagamaan yang moderat. Tentunya tidak hanya sekadar menjadi ruang diskusi intelektual, tetapi juga momentum strategis untuk mengubah wacana menjadi aksi nyata alam merawat Indonesia yang harmonis.[]
