Validasi Orang dalam Amal Kita
Ilustrasi
What’s wrong is,
You.
Aku bukan bermaksud untuk menyalahkan kamu. What I mean is, back again, manusia itu lemah, terbatas. Sedangkan kita punya tugas yang enggak main-main, enggak remeh-temeh. Seharusnya kamu bisa jadi orang yang paling menyukai dirimu sendiri.
Cause you’re matter, dan Allah melihat amalanmu, meski orang lain tidak.
Kita hidup untuk Allah. Buat apa memusingkan validasi dari orang lain?
Mereka tidak melihat amalanmu, bukan berarti kamu belum beramal baik. Bahkan seharusnya kamu bersyukur. Karena, bagaimana dengan mereka yang selalu beramal baik, tapi bukan karena Allah?
Melainkan karena senang dengan pujian yang orang lain berikan? Hati-hati dengan sorot lampu, karena pujian mungkin akan kita dapati. Tapi justru, niat yang melenceng dari tujuan kita akan menghampiri.
Tiap orang punya mindset yang berbeda-berbeda, darling. Mindset itulah yang akan memengaruhi seluruh tindakan dan perbuatannya. Jadi jangan sampai jadikan validasi orang lain sebagai penentu semangatmu dalam beramal harus seperti apa, jangan sampai!
Contohnya, kamu berteman dengan orang yang selalu iri, dengki, tidak suka dengan orang-orang yang ‘sok alim’. Kemudian apakah kamu mengira dia akan memuji orang-orang yang tidak dia sukai? Mungkin bisa saja iya, tapi bukan itu yang menjadi fokus kita.
Yang menjadi perhatian kita bersama adalah bagaimana kita selalu menjadikan Allah sebagai tujuan utama kita. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam QS. Az-Zumar ayat 11-14 yang artinya:
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri. Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku. Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.”
Dari ayat tersebut, kamu sudah mengerti kan?
