Validasi Orang dalam Amal Kita

 Validasi Orang dalam Amal Kita

Ilustrasi

Aku menulis ini dari hatiku, karena aku harap, kamu bisa relate sama pembahasan ini. Kalaupun enggak, I still wish… ini akan berguna di masa depan nanti, terutama ketika kamu melihat orang lain yang seperti itu.

Aku harap jika kamu melihatnya, kamu kan beritahu dia, mereka yang hidup tanpa validasi dari orang lain, merekalah yang lebih kuat.

Cause darling, we all know setiap orang diberikan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tugas kita adalah memanfaatkannya untuk kepentingan umat, dengan banyak berkontribusi, mengeluarkan seluruh tenaga dan pikiran yang kita punya. Lelah mungkin saja menimpa, tapi kita harus senantiasa jadikan lillah sebagai pengingat.

Kini kita hidup bersama dengan orang lain. Dimana mau tidak mau kita harus banyak berinteraksi dengan orang lain agar kebutuhan kita juga terpenuhi, memang begitu alamiahnya.

Maka, wajar saja jika rasanya banyak sekali rasa kecewa, luka, perih, tangis kita dapatkan ketika berinteraksi dengan orang lain.

Jadi, apa yang salah?

Allah menugaskan para insan di bumi untuk menjadi khalifah, untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kekayaan, popularitas, ketenaran, dan lain-lain. Yang harus kamu ingat, manusia itu lemah, serba terbatas, kita punya peran di kehidupan orang lain juga di kehidupan kita sendiri.

Maka, wajar saja jika potensi mengecewakan dan dikecewakan orang lain itu tidak akan pernah hilang sampai kapanpun, kecuali ketika ajal sudah menjemput.

Darling, let me speak to you. Capek enggak sih kalau apapun yang kamu lakukan selalu harus dapat perhatian dari orang lain? Sedangkan, orang lain belum tentu juga peduli sama kamu. Mereka lebih memfavoritkan orang lain, yang lebih mereka sukai, karena lebih keren, cocok dan asik ‘menurut mereka’.

Sedangkan kamu? They don’t give a damn. Bisa jadi karena mereka insecure, enggak nyaman, or simply just they don’t like you.

Tapi kita tidak perlu meyalahkan orang lain, karena mereka juga punya hak untuk tidak menyukai kita. Mereka insecure, ya itu bukan masalah kita. The point is kita tidak bisa mengatur hati dan perbuatan orang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eight − three =