Refleksi Kebangsaan 80 Tahun Indonesia Merdeka

 Refleksi Kebangsaan 80 Tahun Indonesia Merdeka

Sejumlah seniman dan budayawan mengikuti upacara HUT ke-80 RI di Danau Rawa Pening, Tuntang, Kab. Semarang, Jateng, Ahad (17/08/2025). [ANTARA]

Para pengusaha besar yang sudah menikmati buah kemerdekaan dengan segala keberlebihan, dipesankan Presiden untuk berkorban membantu negara dan bangsa. Jangan sekali-kali mengisap darah rakyat, mencari keuntungan di atas penderitaan rakyat, menjadi vampir ekonomi, dan serakah, tegas beliau dalam pidataonya ketika meresmikan Koperasi Merah-Putih di Klaten baru-baru ini (Senin, 21/7/2025).

Bagi seluruh elite yang memiliki akses kekuasan politik, tunaikan mandat konstitusi dengan penuh bakti demi ibu pertiwi. Jauhi sikap angkuh dengan kekuasaan politik di tangan. Mandat rakyat itu hanyalah titipan, bukan kekuasan untuk dimiliki. Jauhi sikap “adigang adigung adiguna” yang membuat saling mengegasikan di tubuh anak bangsa. Junjung tinggi persatuan Indonesia disertai kemauan politik untuk saling berbagi dan bukan untuk menguasai dan mendominasi. Tiada persatuan sejati tanpa saling empati, simpati, peduli, dan berbagi. Bersatu untuk saling memberi, bukan saling menghegemoni.

Demokrasi mesti dijalankan dengan hikmah dan musyawarah, bukan dengan asas siapa kuat siapa menang dan berhak paling menentukan. Hak Asasi Manusia (HAM) ditegakkan dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa serta Kemanusiaan yang adil dan beradab yang hidup di bumi Indonesia, bukan kopi paste pihak asing hatta atasnama HAM universal.

Merajut persatuan dengan spirit kebhinekaan yang menyatukan kolektivitas keindonesiaan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia niscaya menjadi komitmen dan pengkhidmatan bersama seluruh kekuatan negara dan bangsa. Kekuatan-kekuatan masyarakat agar menjauhi sikap ingin menang sendiri dalam segala perkara negeri, hindari anarki, tunjukkan sikap tengahan yang sejati, kedepankan toleransi, dan jangan menjadi benalu di tanah ibu pertiwi.

Seluruh elite dan warga negeri mesti menjunjungtinggi kepentingan negeri di atas kepentingan sendiri, kroni, dan dinasti. Buktikan Indonesia itu milik bersama dengan asas Gotong Royong berjiwa welas asih yang hakiki, tanpa sikap diskriminasi dan hasrat berkuasa sendiri.

Ingatlah pesan luhur Ir Soekarno ketika berpidato 1 Juni 1945, bahwa “Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu”.

Itulah Satu Indonesia milik bersama. Indonesia yang benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Indonesia Raya yang bermartabat utama dan berkemajuan! []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

17 + one =