Ramadhan, Perbanyak Membaca Al-Qur’an

 Ramadhan, Perbanyak Membaca Al-Qur’an

Ilustrasi: Jamaah di Masjid Nabawi membaca Al-Qur’an.

SELAIN memperbanyak sedekah, Ramadhan juga menjadi momentum untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Sebab sesuai namanya, Ramadhan adalah syahrul Qur’an.

Syekh Abdullah ash-Shalih dalam tulisannya “Panduan Praktis Ramadhan”, menyebutkan ada dua perkara penting berkaitan dengan para Salafus Sahalih terkait dengan aktifitas membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan ini:

Pertama: Anjuran untuk Memperbanyak Membaca Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan al-Qur’an. Kita semua dianjurkan agar memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan ini. Di antara keadaan Salafush Shalih adalah selalu menyibukkan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan al-Qur’an (mulai dari membaca, mempelajari dan mentadabburinya).

Malaikat Jibril memperdengarkan al-Qur’an kepada Rasulullah pada bulan Ramadhan. Utsman bin Affan mengkhatamkan al-Qur’an setiap hari pada bulan Ramadhan.

Baca juga: Memperbanyak Sedekah di Bulan Ramadhan

Di antara Salafus Shalih ada yang mengkhatamkan al-Qur’an dalam shalat Tarawih tiap tiga malam sekali. Sebagian lagi setiap tujuh malam sekali. Sementara sebagian lainnya mengkhatamkannya setiap sepuluh malam sekali.

Mereka selalu membaca al-Qur’an, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Bahkan Imam asy-Syafi’i dapat mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak enam puluh kali di luar shalat pada bulan Ramadhan.

Sementara al-Aswad mengkhatamkannya setiap dua hari sekali. Adapun Qatadah selalu mengkhatamkannya setiap tujuh hari sekali di luar Ramadhan, sedangkan di bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya setiap malam.

Pada bulan Ramadhan, Imam az-Zuhri menutup majlis-majlis hadits dan majlis-majlis ilmu yang biasa diisinya. Beliau mengkhususkan diri membaca Al-Qur’an dari mushaf. Demikian pula Imam ats-Tsauri, beliau meninggalkan ibadah-ibadah lain dan mengkhususkan diri untuk membaca Al-Qur’an.

Ibnu Rajab berkata, “Larangan mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari tertuju bagi yang membiasakan hal itu. Adapun pada waktu-waktu yang utama seperti bulan Ramadhan, terkhusus lagi pada malam-malam yang diperkirakan sebagai malam Lailatul Qadar, atau di tempat-tempat yang utama, seperti Makkah bagi selain warga Makkah, maka dianjurkan agar memperbanyak membaca Al-Qur’an. Supaya mendapat keutamaan pada waktu dan tempat tersebut. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan ulama lainnya. Demikianlah yang dapat kita saksikan dari kebiasaan mereka sebagaimana yang telah kita sebutkan tadi.

Kedua: Menangis Tatkala Membaca Atau Mendengar Al-Qur’an Dibacakan

Mendendangkan Al-Qur’an layaknya mendendangkan syair tanpa mentadabburi dan memahaminya bukanlah termasuk petunjuk Salafush Shalih. Bahkan jiwa mereka bergetar dan sanubari mereka tersentuh begitu mendengar untaian Kalamullah dibacakan.

Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa ia berkata, Rasulullah bersabda, “Bacalah al-Qur’an untukku!” Aku berkata, “Apakah aku membacakannya untukmu sedangkan ia diturunkan kepadamu?” Rasulullah bersabda, “Aku senang mendengarkannya dari orang lain.” Aku pun membacakan untuknya surat an-Nisa’, hingga sampai pada ayat yang berbunyi