Praktisi : Indonesia Terlambat Kembangkan Wisata Syariah
CIVILITA.COM – Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Dalam hal konsumsi, seperti diungkapkan Direktur Utama Hotel Sofyan, Riyanto Sofyan, dengan jumlah penduduk sekitar 252,8 juta jiwa pada 2013/2014, konsumsi Muslim Indonesia mencapai 197, 39 miliar dollar AS atau sekitar 9,11 persen dari keseluruhan konsumsi Muslim dunia yang mencapai 1808 triliun dollar AS.
Sayangnya, dalam pengembangan wisata syariah (halal) negeri ini tertinggal jauh dari negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapura.
“Padahal Thailand Muslimnya hanya enam persen,” ungkap Riyanto dalam diskusi pengembangan wisata syariah di Indonesia, di Convention Hall Jakarta Islamic Center, Jakarta Utara, Jumat (11/12).
Wisata syariah yang dimaksud Riyanto adalah destinasi wisata yang ramah terhadap Muslim. Wisata yang menyediakan makanan halal, penggunaan air yang ramah terhadap Muslim untuk bersuci, tempat ibadah yang representatif, penyediaan fasilitas yang kondusif untuk nilai-nilai dan gaya hidup Islami, layanan dan fasilitas saat Ramadhan, tidak ada aktivitas yang diharamkan dan penyediaan fasilitas rekreasi yang sesuai syariah.
Senada dengan Riyanto, Pendiri Halal Corner Aisyah Maharani juga mengungkapkan ketertinggalan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain dalam pengembangan produk-produk halal.
Dengan Malaysia, contohnya, Indonesia tertinggal jauh sebab negara itu sejak dipimpin PM Mahatir Muhammad telah mendukung penuh pengembangan produk-produk halal.
“Indonesia lambat soal halal, kenapa?. Masih susah mencari restoran halal, kenapa?. Karena kesadarannya rendah,” tanya Aisyah retoris.
Sebagai contoh betapa rendahnya kesadaran tentang halal, aktivis yang pernah menjadi sekretaris pribadi tokoh dan pelopor halal Indonesia Prof Dr Hj Aisyah Girindra itu mengungkapkan, dari 155.774 produk yang beredar di Indonesia hanya 13.136 produk saja yang telah mengantongi sertifikasi halal.
Soal kesadaran produsen misalnya, Aisyah bercerita, ada produsen yang mengirimkan email kepada komunitasnya yang menanyakan tentang biaya sertifikasi halal, prosedur sertifikasi halal hingga pertanyaan apakah ada tips lolos dari LPPOM MUI.
Karena itu, menurut Aisyah, untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya halal harus didukung oleh tiga pihak; produsen, konsumen dan regulasi negara. [MSR]