Persada 212 Bogor Gelar Kajian Baitul Maqdis bersama Syekh Murawih

Bogor (Mediaislam.id) – Dewan Tanfidzi Persaudaraan Alumni (Persada) 212 Kota Bogor dan Muslimah Persada 212 menggelar kajian tentang Baitul Maqdis bersama Prof. Dr. Syekh Murawih Mosa Nassar di Masjid Al Muttaqin, Kota Bogor, Kamis (12/9/2024).
Syekh Murawih merupakan ulama dari Palestina yang selama ini giat melakukan penelitian dan menulis khususnya tentang Masjidil Aqsha. Dalam ceramahnya, ia didampingi Ketua Umum Persada 212 KH Ahmad Shabri Lubis sebagai penterjemah.
KH Shabri Lubis mengatakan, kajian tentang Baitul Maqdis penting dilakukan untuk mengetahui persoalan Palestina, khususnya tentang Masjidil Aqsha.
“Selama ini dibenak kaum Muslimin lebih ingat kepada Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, semantara Masjidil Aqsha kurang perhatian. Masjidil Aqsha dianggap milik orang Palestina saja, padahal tidak boleh berpendapat seperti itu. Masjidil Aqsha milik Allah yang sudah diamanatkan kepada umat Islam semua, untuk itu kita harus terlibat bersama-sama menjaga Masjidil Aqsha,” jelasnya.
Syekh Murawih secara mendalam membahas tentang Masjidil Aqsha. Ia menegaskan bahwa Al-Aqsha milik kaum Muslimin.
“UNESCO (Badan Pendidikan dan Kebudayaan PBB) telah meneliti dan membuat persidangan, diputuskan secara resmi bahwa kepemilikan Masjidil Aqsha itu milik kaum muslimin. Orang-orang Yahudi hanya mengklaim saja, mereka melakukan kebohongan bahkan fitnah bahwa Al-Aqsha milik mereka,” ujar Syekh Murawih.
Terkait pembangunan Masjidil Aqsha, Syekh Murawih menjelaskan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, bahwa Masjid Al-Aqsha adalah masjid kedua yang didirikan di muka bumi setelah Masjidil Haram.
Sebagian ulama ahli tafsir mengatakan bahwa Nabi Adam-lah yang mendirikan awal pondasi Masjidil Aqsa, 40 tahun setelah mendirikan Masjidil Haram, atas perintah Allah. Sementara Nabi Ibrahim, ia yang membangun kembali Kabah yang sempat rusak terkena bencana banjir.
“Nama Masjidil Aqsha sendiri, dulu di zaman Nabi Adam namanya Al Mihrab, di zaman Nabi Muhammad disebut Baitul Maqdis, lalu Allah menamakan Masjidil Aqsha, sementara itu para ulama menyebut Baitul Muqodas,” ungkap Syekh.
Baitul Maqdis pernah menjadi pusat peradaban ilmu, berbagai disipilin seperti kedokteran, sastra, fisika, kimia dan lainnya itu pusatnya di Baitul Maqdis.
Di dalam komplek Al-Aqsha, ada Masjid Shakhrah yang diketahui menyimpan batu berukuran besar yang dikenal sebagai batu Shakhrah. Batu Shakhrah juga dikenal sebagai jantungnya Al-Aqsha dan berasal dari surga.
“Batu Shakhrah adalah tempat berpijak Nabi Muhammad saat Isra Mi’raj. Di atas batu ini Nabi Adam membangun mihrab, tempat ia beribadah kepada Allah. Di atas batu Shakhrah itu juga ada mihrab tempat Maryam berkhidmad untuk Baitul Maqdis,” jelas Syekh Murawih.
“Ketika Nabi Zakaria datang menengok Maryam, di situ sudah ada buah-buahan tapi jenisnya tidak biasa, ketika ditanya dari mana itu? Maryam menjawab itu dari Allah. Di tempat itu jugalah Nabi Zakaria berdoa minta keturunan dan langsung diijabah oleh Allah bahkan langsung diberi namanya oleh Allah yaitu Yahya,” tambahnya.
Jadi di tempat itu terdapat banyak keajaiban, dan Allah menceritakannya di dalam Al-Qur’an. “Namun tempat itu (Masjidil Aqsha) hendak dibongkar oleh Zionis, karena itulah mujahidin melakukan penyelamatan dengan melakukan operasi serangan bernama Tuhfanul Aqsha (Badai Al-Aqsha). Mereka hingga hari ini berperang selama 11 bulan untuk menyelamatkan Al-Aqsha,” jelas Syekh Murawih.
Akan tetapi, hingga 11 bulan peperangan, umat Islam di belahan dunia lainnya belum tergerak untuk menyelamatkan Masjidil Aqsha. “Bagaimana mungkin dua miliiar umat Islam bisa dikerjai oleh lima juta orang Yahudi, ini karena umat Islam banyak yang tidak paham. Allah kirimkan tempat suci (Baitul Maqdis) diamanahkan kepada umat Islam, namun umat islam tidak menjaganya, membiarkan diambil orang-orang kafir,” ujar Syekh Murawih.
Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk mengkaji masalah ini dan memperkuat ukhuwah Islamiyah. “Kita harus bersatu, Masjidil Aqsha ini bukan hanya milik orang Palestina, tapi milik umat Islam sedunia,” tandasnya.
Usai kajian tersebut, panitia menggalang dana untuk membantu umat Islam di Gaza, Palestina yang saat ini masih diperangi oleh penjajah Israel.