Perkataan Komandan Pemberani Zaganos Pasha yang Membangkitkan

 Perkataan Komandan Pemberani Zaganos Pasha yang Membangkitkan

Ilustrasi: Komandan perang Turki Utsmani Zaganos Pasha.

SULTAN Muhammad Al-Fatih sangat yakin kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan tentara Turki Utsmani. Namun, ia ingin agar ia dapat memasuki kota itu dengan jalan damai. Karena itu ia mengirimkan surat kepada Kaisar Constantine agar menyerah dan menyerahkan kota tersebut tanpa pertumpahan darah.

Sultan menawarkan jaminan keamanan untuk Kaisar beserta keluarga dan para pembantunya, juga semua penduduk Konstantinopel yang ingin meninggalkan kota itu ke manapun mereka kehendaki. Mereka juga diperbolehkan jika tetap berada di Konstantinopel.

Sayangnya, tawaran Sultan yang baik itu ditolak oleh Constantine. Sehingga terpaksa Sultan akan menaklukkan Konstantinopel dengan jalan pertempuran. “Sebentar lagi saya akan mempunyai singgasana di Konstantinopel atau mati terkubur di sana,” kata Muhammad Al Fatih.

Kemudian, Sultan mengumpulkan para penasihat dan komandannya, ditambah para syekh dan ulama. Sultan meminta mereka untuk mengeluarkan pendapat dengan terus terang tanpa ragu-ragu. Kisah ini ditulis secara lengkap oleh sejarawan Turki Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam bukunya “Ad-Daulah Al Utsmaiyyah, Awamil an-Nuhudh wa Asbab as-Sukuth”, yang diterjemahkan menjadi “Bangkit & Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah” oleh Penerbit Al-Kautsar, Jakarta.

Sebagian mereka menasihatinya untuk menarik pasukan. Di antara orang yang berpendapat demikian adalah menteri Khalil Pasha. Dia meminta agar pasukan Utsmani ditarik mundur dan tidak dilakukan penumpahan darah.

Khalil Pasha memperingatkan Sultan tentang kemarahan orang-orang Kristen Eropa jika kaum muslimin menguasai Konstantinopel. Selain itu, masih banyak alasan lain yang dia kemukakan. Karena alasan-alasannya ini, menteri Khalil Pasha dicurigai membantu Byzantium dan berusaha untuk menjatuhkan semangat kaum Muslimin.

Berbeda dengan Khalil Pasha, sebagian lain yang hadir dalam pertemuan tersebut memotivasi Sultan untuk melanjutkan serangan ke Konstantinopel hingga berhasil ditaklukkan dan menganggap remeh Eropa beserta pasukannya. Mereka juga menasihati agar Sultan membangkitkan kembali semangat tentara Utsmani untuk menuntaskan penaklukan kota itu. Jika Sultan memutuskan untuk mundur, kata mereka, hal ini akan menghancurkan semangat jihad mereka.

Di antara orang yang berpendapat demikian adalah seorang komandan yang sangat pemberani bernama Zaganos Pasha. Komandan pemberani ini berasal dari Albania. Sebelum menjadi seorang Muslim, dia beragama Kristen. Dialah sosok yang memandang rendah pasukan Eropa di hadapan Sultan.

Ketika Sultan Muhammad Al-Fatih bertanya tentang pendapatnya, Zaganos duduk dengan gelisah dan berteriak dengan menggunakan bahasa Turki yang sedikit gagap.

“Tidak! Sekali-kali tidak, wahai Sultan! Saya tidak akan pernah menerima apa yang dikatakan oleh Khalil Pasha. Kami datang ke sini untuk mati, bukan untuk kembali.”

Ucapan lantang ini menimbulkan pengaruh sangat dalam di hari orang-orang yang hadir di pertemuan tersebut. Sejenak, tempat itu menjadi sunyi. Zaganos kemudian melanjutkan perkataannya:

“Dengan perkataannya tadi, sebenarnya Khalil Pasha ingin memadamkan api semangat dan membunuh keberanian dalam hati kalian. Akan terapi, dia hanya akan mendapatkan keputusasaan dan kerugian. Sesungguhnya jumlah pasukan Alexander Agung yang berangkat dari Yunani ke India dan menguasai separuh Asia yang luas, tidak lebih banyak daripada jumlah pasukan kita. Jika mereka mampu menguasai negeri-negeri yang luas itu, apakah pasukan kita tidak mampu melintasi tumpukan batu-batu ini?

Khalil Pasha mengatakan bahwa negara-negara Barat akan datang kepada kita dan membalas dendam. Akan tetapi, siapakah negara-negara Barat yang dia maksud itu? Apakah negara-negara Latin yang disibukkan oleh permusuhan dan persaingan sesama mereka? Apakah negara-negara di Laut Tengah yang tidak mampu berbuat apa-apa kecuali merompak dan mencuri?

Seandainya negara-negara itu mau menolong Byzantium, pasti mereka telah melakukannya. Pasti mereka telah mengirimkan pasukan dan kapal-kapal perangnya. Anggaplah negara-negara Barat itu bangkit memerangi kita setelah kita menaklukkan Konstantinopel, lantas apakah kita hanya akan berpangku tangan tanpa melakukan apa-apa? Bukankah kita mempunyai pasukan yang siap mempertahankan kehormatan kita?

Wahai Sultan! Anda tadi telah menanyakan pendapatku. Oleh karena itu, saya akan menyatakannya dengan terus terang.

Hati kita harus kokoh seperti batu. Kita harus melanjutkan peperangan ini tanpa perlu merasa lemah. Kita telah memulai urusan ini, maka kita wajib menyelesaikannya. Serangan kita harus ditingkatkan dan dikuatkan. Kita akan membuka banyak celah baru. Kita akan menghancurkan musuh dengan penuh keberanian. Tidak ada pendapat lain yang saya ketahui kecuali ini. Tidak ada ucapan lain yang bisa saya sampaikan kecuali ini.”

Mendengar perkataan Zaganos Pasha ini, tampaklah tanda-tanda kegembiraan dan kepuasan di wajah Sultan Muhammad Al-Fatih. Kemudian dia menoleh kepada komandan Tharkhan dan menanyakan pendapatnya. Sang komandan menjawab dengan segera, “Sesungguhnya apa yang dikatakan Zaghanos Pasha adalah benar. Saya sependapat dengannya, wahai Sultan!”

Sultan selanjutnya bertanya kepada Syekh Aaq Syamsuddin dan Maulana Al-Kurani tentang pendapat keduanya. Sultan sangat mempercayai kedua gurunya itu. Keduanya menjawab bahwa mereka sependapat dengan Zaganos Pasha. Mereka berkata, “Perang ini harus dilanjutkan. Dengan semangat dan cita-cita yang kokoh, kita akan meraih kemenangan.”

Semangat baru mulai meresap di dalam jiwa orang-orang yang hadir. Sultan merasa gembira dengan doa kedua syekh yang memohon kemenangan untuk pasukan Utsmani. Dia tidak mampu mengendalikan dirinya untuk mengatakan, “Siapakah leluhurku yang mempunyai kekuatan seperti aku?”

Para ulama mendukung pendapat untuk melanjutkan jihad. Sultan sangat gembira ketika mereka mengungkapkan pendapat dan keinginan untuk melanjutkan serangan hingga berhasil menaklukkan Konstantinopel. Pertemuan tersebut berakhir dengan instruksi dari Sultan bahwa serangan umum ke Konstantinopel akan dilanjutkan. Perintah penyerangan akan segera dilakukan, pasukan diminta bersiap-siap. Wallahu a’lam. [SR]