NU Gelar Pengadilan Sejarah, Adili Pemerintah Belanda
CIVILITA.COM – Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (PP Lesbumi NU) Agus Sunyoto, mengatakan pihaknya sekarang tengah merancang sebuah forum pengadilan semua pelanggaran HAM yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Forum panel tersebut akan digelar dalam waktu dekat.
“Jadi kalau mereka bisa tersangkakan Indonesia sebagai pelaku kejahatan 1965, maka kami juga akan tersangkakan pemerintah Belanda. Bahkan kami akan posisikan Belanda sebagai pelaku utama akan semua tindakan biadabnya selama menjajah di Indonesia. Kita akan buktikan bahwa tidak hanya orang kulit putih saja yang bisa mengadili orang kuiit berwarna atas kasus kejahatan HAM. Kita akan meletakan keadilan dan sekaligus membuat terobosan baru atas forum pengadilan HAM yang tak hanya bisa digelar di negara orang-orang kulit putih,” ungkap Agus, Sabtu (14/11).
Seperti diketahui sejarawan sekaligus peneliti kasus pemberontakan PKI 1948 dan 1965 ini sangat intens meneliti soal pembantaian para kiai dan santri pada Pemberontakan PKI 1948 dan peristiwa di seputaran kasus G30S/PKI.
Agus beralasan, sampai kini orang kulit putih atau negara-negara barat selalu merasa lebih beradab atau unggul dari negara-negara berkembang seperti Indonesia. Padahal justru merekalah yang membuat segala tindakan pelanggaran HAM yang terjadi di negara di dunia ketiga dengan melakukan penjajahan dan selalu ikut dalam setiap munculnya kekacauan yang terjadi di negara-negara tersebut.
“Jadi nantinya Belanda akan kami tuntut, tak hanya keterlibatannya dalam kasus Pemberontakan PKI 1948 di Madiun dan meletuskan G30S/PKI, NU juga akan menuntut seluruh aksi pelanggaran HAM mereka selama masa penjajahan, perang kemerdekaan, dan kasus serupa lainnya pasca pengakuan kemerdekaan,’’ ujarnya seraya mengatakan bahwa tuntutan NU ini menjadi sangat serius rakyat Indonesia tahu bahwa sampai hari ini Pemerintah Belanda belum mengakui secara resmi atau de jure bahwa 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Tak hanya menuntut pemerintah Belanda dalam forum pengadilan sejarah, Agus Sunyoto mengatakan, NU akan menulis kembali sejarah Indonesia yang sampai sekarang terlalu berbau kepentingan penjajahan Belanda (colonial minded). Ini dilakukan karena dalam benak bangsa Indonesia mulai tertanaman pemikiran bila negara penajah itu seolah tanpa dosa dan tangannya bersih dari noda darah aneka ragam pembunuhan yang telah mereka lakukan.
“Nantinya sejarah baru itu kami akan ajarkan di sekolah dan pesantren milik Nahdlatul Ulama, seperti sekolah Ma’arif NU serta madrasah lainnya. Generasi muda NU akan diberi pemahaman bahwa apa yang terjadi di dalam kaum santri sampai saat sekarang ini — seperti munculnya situasi kemiskinan dan kebodohan—itu merupakan buah atau ‘sumbangsih’ yang nyata dari para penjajah barat, terutama negara Belanda,” ujarnya.
Akibatnya, cara penulisan dan pengajaran sejarah yang masih banyak mengekor pada ide sejarah ala era politik etis di tahun 1901, akan didekonstruksi. Di sana posisi peran penjajah, dalam hal ini Belanda, akan kami fokuskan.
“Jadi kami akan kataka kepada generasi penerus NU bahwa merekalah biang keladi dari semua kejahatan dan masalah sosial yang terjadi di Indonesia, yakni para kaum santri. Dan tekad kami sudah sangat bulat,” katanya. [MSR/RoL]