Munazil: ‘Akibat Doa Ayahnya Tangannya Lumpuh’

Ilustrasi
DIRIWAYATKAN oleh Abdurrahman Ath-Tha’i ia berkata “Seorang lelaki dari Bani Nahad yang biasa dipanggil dengar sebutan Abu Munazil sudah cukup tua. Ia punya beberapa orang anak, dan yang paling sulung bernama Munazil yang sudah punya beberapa orang anak yang masih kecil-kecil.
Munazil sangat dermawan kepada anak-anaknya tersebut. Setiap kali mendapatkan rezeki ia selalu memberikannya kepada mereka. Ia lebih mengutamakan kepentingan mereka.
Suatu hari ayah Munazil keluar rumah untuk menerima bingkisan dari orang kaya. Karena sudah cukup tua, ia dituntun oleh Munazil. Setelah menunggu beberapa waktu, nama Abu Munazil dipanggil untuk menerima pemberian. Tiba-tiba Munazil maju ke depan ingin menerima bingkisan mewakili ayahnya. Tetapi orang tua itu keberatan, karena ia ingin menerimanya sendiri secara langsung tanpa diwakili anaknya tersebut.
Setelah bingkisan diterima, Munazil ingin membawakan bingkisan tersebut. Tetapi ditolak oleh ayahnya, karena ia merasa sanggup membawanya sendiri. Di tengah jalan Munazil merampas bingkisan tersebut dari tangan ayahnya lalu dibawanya lari, sehingga orang tua itu pulang dengan tangan kosong. Melihat hal itu, anak-anak dan anggota keluarganya yang lain bertanya, “Kenapa Anda tidak membawa bingkisan?”
Ia berterus terang bahwa bingkisan dirampas oleh Munazil. Lalu ia berkata,
“Tega sekali Munazil mengambil hakku
seperti layaknya orang mengambil piutangnya sendiri
Dari kecil aku telah bersusah payah merawatnya
namun ketika sudah dewasa dan sudah mapan
la malah merampas hartaku dan menciderai tanganku.
Semoga Allah Yang Maha Menang membalas menciderai tangannya.”
Rupanya Allah SWT mengabulkan doa orang tua itu. Tidak beberapa lama tangan Munazil pun cidera cukup parah.
Balasan Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Diriwayatkan oleh Amr bin Maimun Al-Azadi ia berkata, “Ketika Musa bergegas bertemu Tuhannya, ia sempat melihat seorang lelaki berada di bawah Arasy. Ia bertanya kepada Allah siapa nama orang itu. Tetapi Allah tidak mau memberitahukannya kepada Musa. Allah berfirman, “Untuk mengetahui namanya, Aku hanya memberimu petunjuk; ia adalah orang yang tidak dengki atas karunia yang diberikan Allah kepada orang lain, yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan yang tidak suka mengadu domba.”
Sumber: Sa’ad Yusuf Abu Aziz. Kisah Akhir Hayat Orang-Orang Zalim (terjemahan). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2024.