Momentum Pengampunan di Bulan Sya’ban
Ilustrasi
Karena Nabi Saw begitu kuat menjaga kebiasaan berpuasa di bulan Sya’ban, sehingga Ibn Rajab al-Hanbali berkata, “Sesungguhnya puasa di bulan Sya’ban lebih baik ketimbang bulan-bulan lain.” Ibn Hajar menuturkan, “Hadits ini menjadi dasar tentang keutamaan puasa di bulan Sya’ban.” Sedangkan Imam as-Shun’ani mengatakan, “Ini menjadi dalil, bahwa Nabi saw. telah mengkhususkan bulan Sya’ban dengan berpuasa lebih banyak ketimbang yang lain.”
Para ulama’ pun menyebutkan keutamaan puasa sunah di bulan Sya’ban dibanding dengan bulan-bulan yang lain, “Sesungguhnya sunah yang paling baik adalah yang mendekati Ramadhan, sebalum maupun setelahnya. Karena mengikuti puasa Ramadhan. Mengingat kedekatan, dan posisinya, seperti shalat sunah Rawatib dengan shalat Fardhu, baik sebelum maupun setelahnya. Karena itu, keutamaannya mengikuti keutamaan ibadah wajib, bahkan ia bisa menyempurnakan kekurangan ibadah wajib.”
Pertanyaannya adalah, berapa hari kita berniat untuk mengerjakan puasa di bulan yang mulia ini, untuk mengikuti apa yang telah junjungan dan kekasih kita, Muhammad Saw lakukan? Berapa banyak kesunahan dan ketaatan lain yang kita lakukan di bulan ini?
Ketika Sya’ban menjadi pengantar Ramadhan, maka apapun kebiasaan yang ada di bulan Ramadhan mestinya juga kita hadirkan di dalamnya. Seperti puasa, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dakwah dan jihad. Karena ini merupakan medan perlombaan dalam melakukan ketaatan dan bersegera melakukan ketaatan sebelum bulan Ramadhan tiba. Di bulan ini Allah SWT ingin menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita.
Siapa yang Menyirami akan Memanen
Siapa saja yang ingin memetik hasil panen yang berlimpah di bulan Ramadhan, maka dia harus menyirami tanamannya di bulan Sya’ban. Abu Bakar al-Balkhi berkata, “Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyiram. Sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan memanen.” Beliau juga mengatakan, “Bulan Rajab itu ibarah angin. Sya’ban ibarat mendung. Sedangkan Ramadhan ibarat hujan.”
Jadi, siapa saja yang tidak menanam di bulan Rajab, dan tidak menyirami tanamannya di bulan Sya’ban, bagaimana mungkin akan bisa memanen tanamannya dengan hasil yang melimpah di bulan Ramadhan? Maka, generasi salaf shalih di masa lalu telah berlomba untuk mendapatkannya.
Salamah bin Kahil berkata, “Bulan Sya’ban disebut bulan para pembaca [Al-Qur’an].” Habib bin Abi Tsabit, jika telah masuk bulan Sya’ban berkata, “Ini adalah bulan pembaca.” Bahkan, ‘Amru bin Qais al-Mula’i ketika telah memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya, kemudian menghabiskan waktunya untuk membaca Al-Qur’an.
Jadi, mari kita sadari tanaman kita di bulan Sya’ban ini. Mari kita rengkuh, kita ambil dan kita jaga. Mari kita sirami dan kita rawat, agar tidak terkena hama, sehingga saat Ramadhan tiba kita pun gagal memanennya. []
KH Hafidz Abdurrahman, MA., Pengasuh Ma’had Syaraful Haramain, Bogor.
(Tulisan merupakan potongan dari artikel berjudul “KEMULIAAN SYA’BAN YANG HILANG DARI UMAT ISLAM”)
