Modal Awal Bank Terbesar di Indonesia Ini Tenyata Uang Kas Masjid
DI INDONESIA terdapat empat bank dengan status sebagai badan usaha milik negara (BUMN). Keempatnya adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).
Dilihat dari labanya, dari empat bank tersebut, BRI menempati urutan pertama sebagai bank BUMN dengan laba terbesar pada 2023. Menurut data, BRI membukukan laba bersih Rp60,4 triliun, meningkat 17,5% dibanding 2022 (year-on-year/yoy).
Posisi kedua ditempati oleh Bank Mandiri yang meraih laba bersih Rp55,1 triliun, meningkat 33,7% (yoy).
Sedangkan dari besarnya aset, bank BUMN yang memiliki aset terbesar pada akhir 2023 adalah Bank Mandiri. Per tanggal 31 Desember 2023 Bank Mandiri membukukan total aset Rp2.174,22 triliun, tumbuh 9,1% dibanding akhir 2022 (year-on-year/yoy).
Sementara peringkat kedua ditempati BRI, dengan total asetnya naik 5,3% (yoy) menjadi Rp1.965,01 triliun.
Uniknya, dari empat bank BUMN tersebut, ada satu bank yang dalam sejarah awal pendiriannya modal awalnya menggunakan uang kas masjid. Bank yang dimaksud adalah BRI.
Buku “One Hundred Years Bank Rakyat Indonesia, 1895-1995” (1995:5-6) menceritakan tentang uang kas masjid yang digunakan sebagai modal awal.
Kisah tersebut terjadi pada 1894. Kala itu ada seorang guru sekolah di Banyumas yang mengadakan pesta sunatan anaknya. Lengkap dengan kesenian sebagai acara hiburan.
Dalam pesta berbiaya besar itu, hadir pejabat tinggi Banyumas bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Alih-alih bahagia, Raden Wirjaatmadja justru prihatin. Dia berpikir gaji guru tersebut kecil, tapi kok bisa mengadakan pesta dengan uang yang pasti sangat besar.
Menurutnya, biaya pesta itu terlalu besar untuk ukuran seorang guru. Dia lantas menanyakan guru itu tentang sumber dana pesta sunatan. Tak disangka, si guru sampai berhutang dengan bunga tinggi dari seorang rentenir atau lintah darat. Bahkan, dalam penelusuran Wirjaatmadja, banyak guru yang meminjam dari rentenir.
Mendengar ini, dia yang merupakan ahli keuangan tergerak menolong para guru. Kebetulan sejak April 1894, Wirjaatmadja diberikan amanah mengelola uang kas masjid Kota Purwokerto sebesar 4.000 gulden.