Misi Pembebasan Palestina

 Misi Pembebasan Palestina

UBN memimpin Indonesia Peace Convoy “Road to Freedom for Palestine,” Sabtu (27/07/2024)

Pemimpin gerakan Zionisme Internasional Theodore Hertzl setelah mendapatkan dukungan dari Inggris, Jerman dan Italia, berupaya untuk bisa menemui Sultan Abdul Hamid II. Pada Juni 1896 M, Hertzl berhasil menemui Sultan Abdul Hamid II. Berbagai cara ia lakukan untuk mendapatkan persetujuan Sultan agar Yahudi bisa berpindah ke Palestina.

Untuk memuluskan rencana itu, Hertzl menawarkan sejumlah harta. Tetapi, sebagaimana pengakuan Sultan dalam kitab “Mudzakirat Sultan Abdul Hamid”, karya Dr. Muhammad Harb, penawaran itu ditolaknya. Dalam isi suratnya kepada Hertzl, Sultan mengatakan, ”…tanah ini bukanlah milik saya, dia adalah milik bangsa dan rakyat saya.”

Hertzl kemudian menempuh berbagai cara untuk meluluhkan Sultan Abdul Hamid II. Meski demikian Sultan tak bergeming sedikitpun, hingga ia mengatakan: “Sesungguhnya saya kehilangan harapan untuk bisa merealisasikan keinginan orang-orang Yahudi di Palestina. Sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak akan pernah bisa masuk ke dalam tanah yang dijanjikan, selama Sultan Abdul Hamid II masih tetap berkuasa dan duduk di atas kursinya”.

Di luar itu Yahudi Internasional yang didukung oleh Inggris terus melakukan upaya penghancuran Turki Utsmani. Sebab mereka menyadari selama kekuatan Khilafah masih ada, upaya mereka akan sia-sia. Dengan berbagai cara akhirnya melalui seorang Yahudi bernama Musthofa Kemal Pasha, Kekhilafahan Turki Utsmani dihancurkan. Dengan demikian jalan menuju pencaplokan Palestina semakin mulus.

Setelah Perang Dunia I usai (1914-1918), Inggris dan Prancis berhasil menguasai wilayah Syam, Jazirah Arab dan Irak dari kekuasaan Khilafah Turki Utsmani. Ketika memasuki Al Quds, Jenderal Lord Allenby dari Inggris mengatakan: ”Perang Salib telah usai”. Sedangkan pembesar Perancis Gouroud ketika berada di makam Shalahudin Al Ayyubi berkata dengan lantang: ”Shalahudin bangunlah! Kami (telah) datang kembali”.

Upaya Yahudi untuk mencaplok Palestina dan mendirikan negara Israel berhasil. Pada 14 Mei 1948 mereka memproklamasikan berdirinya negara Israel. Inggrislah yang membidani Israel, sedang Amerika Serikat yang merawatnya. Sejak berdiri hingga kini, Israel terus menunjukkan kepongahannya.

Misi Ketiga: Shalahudin Bangunlah!

Jika masalah hakikinya adalah perampasan tanah kaum Muslimin Palestina oleh Yahudi yang didalangi oleh Inggris maka tindakan yang harus dilakukan adalah jihad fi sabilillah seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 190-191. Inilah satu-satunya solusi atas krisis Palestina.

Sederhananya, kekuatan jihad akan efektif jika diorganisir oleh penguasa-penguasa negeri muslim. Oleh karena itu, kaum Muslim di seluruh dunia harus mendorong dan mendesak para penguasa Muslim, khususnya para penguasa di Timur Tengah, untuk bersama-sama mengirimkan tentaranya ke Palestina dalam rangka mengusir Israel. Merekalah yang bertanggung jawab, karena sikap diam merekalah krisis Palestina terus berlarut-larut.

Jadilah Shalahudin-Shalahudin baru, yang akan menumbangkan dan mengusir Yahudi dari bumi Islam Palestina. Berani mencoba? []

Shodiq Ramadhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two × 3 =