Mengenang Serangan Umum 29 Mei 1453: Penaklukan Konstantinopel

 Mengenang Serangan Umum 29 Mei 1453: Penaklukan Konstantinopel

Penaklukan benteng Byzantium oleh tentara Sultan Muhammad Al-Fatih pada 29 Mei 1453 M.

JIKA di Indonesia dikenal adanya Serangan Oemoem 1 Maret 1949, sebuah aksi heroik para tentara dan pejuang kemerdekaan Indonesia menguasai Ibu Kota Yogyakarta selama enam jam, maka beratus tahun sebelumnya, pasukan Turki Utsmani mewujudkan bisyarah Rasulullah Saw: ditaklukkannya Kontantinopel yang saat itu wilayah Romawi.

“Pastilah akan ditaklukkan Al-Qanstantiniyah (Konstantinopel). Maka sebaik-baik pemimpin (pasukan) adalah pemimpin (pasukan) penakluk kota itudan sebaik-baik pasukan adalah yang menaklukkan kota itu.”

Hari ini, kemenangan agung umat Islam atas berkat pertolongan dan rahmat Allah SWT itu, sudah berlalu 571 tahun lamanya.

Ulama sekaligus ahli sejarah Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, menulis tentang Penaklukan Konstantinopel ini secara lengkap dalam bukunya “Ad-Daulah Utsmaniyah Awamil An-Nuhud wa Asbab As-Suqut”. Dimulai sejak naiknya Sultan Muhammad II menjadi penguasa pada 1451 M dalam usia 22 tahun hingga diraihnya kemenangan pada 1453 M. Jumlah pasukan yang disiapkan oleh Sultan Muhammad II mencapai 250 ribu mujahid.

Dan inilah peristiwa yang terjadi pada 29 Mei 1453, di hari kemenangan yang ditulis oleh Ash-Shalabi dalam kitabnya tersebut:

Pada jam satu pagi, Selasa, 20 Jumadil Ula tahun 857 H bertepatan dengan 29 Mei 1453 M, serangan umum mulai dilancarkan ke kota Konstantinopel setelah dikeluarkan komando pada semua mujahidin yang menggemakan takbir.

Pasukan mujahidin berangkat ke batas kota. Orang-orang Byzantium dilanda ketakutan yang sangat. Maka mereka segera menabuh lonceng-lonceng gereja dan banyak orang Kristen yang sengaja berlindung di dalam gereja. Serangan pamungkas ini dilakukan secara serentak dari segala penjuru, laut dan darat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Para mujahidin sama-sama merindukan mati syahid. Oleh sebab itulah, mereka maju dengan gagah berani dan semangat berkorban yang tinggi. Mereka maju menyerang musuh. Banyak diantara para mujahidin yang mati syahid.

Serangan itu sendiri dibagi ke dalam beberapa titik. Namun secara khusus serangan terbesar dipusatkan pada Lembah Likus, yang dipimpin langsung oleh Sultan Muhammad Al-Fatih sendiri.

Gelombang pasukan pertama dari mujahidin menghujani benteng-benteng pertahanan Kristen dengan hujan anak panah dan meriam. Mereka berusaha keras untuk melumpuhkan pertahanan lawan. Dengan kenekatan orang-orang Byzantium dan keberanian orang-orang Islam, berjatuhanlah korban di kedua belah pihak dalam jumlah besar.

Tatkala pasukan pertama mengalami kekalahan, Sultan Muhammad Al-Fatih telah menyiapkan pasukan lain. Maka pasukan pertama segera menarik diri dan pasukan baru maju ke medan perang. Sementara itu pasukan musuh telah dilanda keletihan. Pasukan baru itu mampu mencapai benteng-benteng pertahanan dan mereka segera memancangkan tangga-tangga untuk menembus pertahanan musuh.

Namun pasukan Kristen berhasil menjungkalkan tangga-tangga itu. Pasukan Islam pun dengan mati-matian terus melakukan penyerangan, sedangkan orang-orang Kristen dengan sekuat tenaga berusaha menghadang pasukan Islam yang ingin memanjat pagar pertahanan.