Mengenal Persenjataan Masa Khalifah
CIVILITA.COM – Sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, kaum Muslimin telah akrab dengan produk-produk olahan minyak bumi.
Terutama dalam bidang militer.
Hal ini dikemukakan oleh penulis muslim Al-Jahiz bahwa masyarakat Arab telah familiar dengan minyak bumi sebagai amunisi sejak tahun 600 M. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Api Yunani yang merupakan campuran minyak bumi, minyak alam, dan belerang yang berasal dari Suriah.
Kaum Muslimin kemudian mengenal lebih jauh pemanfaatan minyak bumi sebagai amunisi saat berlangsungnya pengepungan Konstantinopel pada tahun 717 M. Ketika itu armada Konstantinopel menyemburkan api untuk membakar kapal-kapal perang kaum Muslimin dengan cara menyemprotkan volatile campuran dengan menggunakan pompa piston fungsi ganda pada haluan kapal perang mereka.
Kaum Muslimin dengan segera mengetahui dan menguasai formula api tersebut dan menggunakannya sebagai persenjataan. Pada tahun 850 M, awak kapal dagang Arab mulai menggunakan formula ini sebagai senjata pertahanan untuk melindungi kapal mereka dari serangan bajak laut.
Selama pemerintahan Khalifah Abbasiyah, Al-Mutawakkil, minyak bumi juga telah digunakan untuk mempersenjatai pasukan perang. Dimasa Dinasti Abbasiyah ini masing-masing pemanah di korps infanteri memiliki divisi khusus penyembur api yang berbahan bakar minyak tanah dan pelempar “granat”.
Beberapa temuan yang mengagumkan adalah granat ini memiliki ukuran dan bentuk yang sama dengan yang digunakan pada masa sekarang. Yakni berbentuk besi bulat atau elips.
Amunisi lain yang tak kalah mengagumkan adalah guci yang berisi campuran yang mudah terbakar dan meledak tak lama setelah tutup dibuka. Hal ini tentu mengingatkankan kita pada meriam atau bahkan peluru kendali yang dapat dilontarkan dan meledakkan sasaran setelah dilepaskan dari hulu kendalinya.
Yang pasti, Islam dan pasukan kaum Muslimin telah menguasai teknologi senjata berhulu ledak berbahan baku minyak bumi semenjak pertengahan abad kesembilan. [Muis/Sahid]