Menara Masjid, Simbol Peradaban Islam
CIVILITA.COM – Menara. Hampir setiap masjid di seluruh dunia ini memiliki menara di salah satu bagian bangunannya. Biasanya berdiri di bagian kanan atau kiri masjid, kehadiran menara yang bertengger kokoh menjulang ke langit itu seakan menambah kemegahan dan keindahan sebuah masjid.
Menurut President Islamic Culture Foundation, Cherif Jah Abderrahman, “Kehadiran menara pada bangunan masjid merupakan simbol peradaban Islam,” ujarnya. Ia menambahkan, keberadaan menara masjid sangatlah strategis dan merupakan penanda terbaik kehadiran dan keberadaan Islam di suatu tempat.
Pada mulanya menara memiliki fungsi yang amat penting, yakni sebagai tempat untuk mengumandangkan azan. Dan sesuai dengan kondisi geografis dan situasi pada zamannya, selain sebagai tempat azan, beberapa menara juga berfungsi sebagai mercusuar atau menara pengintai.
Menurut sarjana Inggris terkemuka yang mengkaji arsitektur Islam, KAC Creswell, masjid Quba yang dibangun Rasulullah di Madinah tak dilengkapi dengan menara. “Pada saat itu belum dikenal istilah menara,” ungkapnya.
Creswell memaparkan, jejak menara di dunia Islam pertama kali ditemukan di Damaskus pada 673 M. “Menara pertama kali berdiri di samping masjid 41 tahun setelah Nabi Muhammad tutup usia,” katanya. Meski begitu, beberapa sarjana mengungkapkan, di rumah Abdullah Ibnu Umar berdiri sebuah tiang. Dari atas tiang itu azan dikumandangkan sehingga bisa terdengar sampai jauh. Konon, tiang di rumah Abdullah Ibnu Umar itu masih berdiri hingga abad ke-10 Hijriah.
Sekitar tahun 703 M atau 91 H, Umar ibnu Abdul Aziz juga telah membangun empat menara di setiap sudut masjid Nabi. Setiap menara tingginya mencapai 9 meter. Melalui menara itu, muadzin mengumandangkan azan. Sementara itu, Ensiklopedia Britannica menyebutkan, menara masjid tertua di dunia terdapat di Kairouan, Tunisia yang dibangun antara tahun 724 M hingga 727 M.
Versi lain menyebutkan, Khalifah Al-Walid (705-715) dari Bani Umayyah merupakan pemimpin pertama yang memasukkan unsur menara dalam arsitektur masjid. Al-Walid yang memang dikenal memiliki selera dan kepedulian tinggi dalam rancang bangun arsitektur telah memulai tradisi membangun menara sebagai salah satu unsur khas pada masjid.
Menara masjid pertama muncul ketika Khalifah Al-Walid memugar bekas basilika Santo John menjadi sebuah masjid besar yang bernama Masjid Agung Damaskus. Awalnya, pada bekas basilika itu terdapat dua buah menara yang berfungsi sebagai penunjuk waktu, lonceng pada siang hari dan kerlipan lampu pada malam hari. Menara itu sebenarnya merupakan salah satu ciri khas bangunan Byzantium.
Setahun kemudian (706 M), Khalifah Al-Walid memutuskan memugar Masjid Nabawi di Madinah. Awalnya, masjid itu tak dilengkapi satu menara pun. Al-Walid akhirnya memerintahkan pembangunan menara masjid sebagai tempat muadzin mengumandangkan azan. Bentuk menara pada Masjid Nabawi dan menara utara Masjid Damaskus itu sangat mirip, terutama pada ornamen kubah puncak menara yang ramping.
Kala itu, menara masjid adalah sesuatu yang baru. Bentuk menara seperti menara Masjid Agung Damaskus terbilang cukup populer. Hingga 250 tahun kemudian, bentuk menara Masjid Nabawi dan Masjid Agung Damaskus masih menjadi model tipikal menara Masjid Al-Azhar yang dibangun oleh Dinasti Fatimiyah di Kairo, Mesir.
Meski tak lagi menjadi tempat untuk mengumandangkan azan, hampir setiap bangunan masjid besar di seluruh dunia dilengkapi menara. Menara telah menjadi simbol dan lambang peradaban Islam. Sayangnya, kini tak semua negara yang berpenduduk Islam mengizinkan berdirinya menara masjid.* (MUIS/GONTOR)