Mathla’ul Anwar: Bentengi Remaja dari Krisis Akhlak
CIVILITA.COM – Organisasi masyarakat Islam yang berbasis massa di Banten, Mathlaul Anwar, mengajak para tokoh agama untuk membentengi remaja Indonesia agar terhindar dari krisis akhlak melalui dakwah yang lebih efektif, efisien, dan mengikuti perkembangan teknologi.
“Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat telah menggeser norma kepantasan yang selama ini dipegang erat masyarakat. Maka, saat ini mulai nampak dampak buruk dari krisis moralitas ini,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Mathlaul Anwar KH Sadeli Karim sebelum melantik pengurus baru Mathlaul Anwar periode 2015-2020 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (15/11)
Sadeli yang juga anggota DPD asal Banten ini mendesak Pemerintah supaya bahu-membahu dengan para tokoh agama untuk membentengi generasi muda dari krisis akhlak seperti semakin banyaknya penyalahgunaan narkoba dan kecanduan konten pornografi serta perkelahian di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Sebelumnya, ormas Islam yang yang selama ini bergerak di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial serta memiliki perwakilan pada lebih dari 20 provinsi di Indonesia itu telah melaksanakan Muktamar ke-19 di Pandeglang, Banten pada 7 hingga 9 Agustus 2015 lalu.
Pada muktamar yang dilaksanakan bersamaan dengan peringatan satu abad (100 tahun) Ormas Islam tersebut, KH Ahmad Sadeli Karim terpilih kembali menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Mathlaul Anwar periode 2015-2020.
Mathlaul Anwar itu sendiri didirikan pada 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916 oleh KH E Mohammad Yasin, KH Tb Mohammad Sholeh, dan KH Mas Abdurrahman di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Ormas Islam itu didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding NU. Muhammadiyah dirikan pada 18 November 1912 di Kauman Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur oleh KH Hasyim Asyari.
KH Sadeli Karim menyatakan sependapat dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma’ruf Amin yang mengemukakan bahwa Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim kini cenderung berada dalam kondisi “darurat akhlak”, sehingga gerakan perbaikan akhlak bangsa harus menjadi program prioritas semua ormas Islam. [MSR/ANT]