Masjid-Masjid Tempat Menuntut Ilmu di Zaman Keemasan Islam
Ilustrasi: Masjid Al-Umawi di Damaskus, Syria.
Para penuntut ilmu datang ke universitas ini dari berbagai negara. Sampai jumlah orang-orang yang menuntut ilmu di Masjid Al-Azhar ini pada 818 H/1415 M)—sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Maqrizi tercatat 750 ribu orang, antara orang-orang non Arab dan orang Ziyala’ah, juga dari penduduk Raif Mesir, Mugharab, dan sebagian orang yang berada di sekitarnya yang dikenal.
Universitas Al-Azhar ini sampai sekarang merupakan pusat keilmuan yang sangat luas, membawakan risalahnya sepanjang sejarah, telah mengeluarkan banyak ulama, para penulis, dimana lembaga ini merupakan universitas dalam bidang ilmu dan keahlian.
Masjid Zaituniyah di Tunisia
Masjid ini selesai pembangunannya pada masa Khalifah Bani Umaiyah. Pendiri pertama masjid Zaituniyah adalah Amir Ubaidillah bin Habhab, Amir Afrika sebelum Hisyam bin Abdul Malik. Pembangunannya diperluas pada tahun 250 H/864 M yang dilakukan oleh Ziyadatullah bin Al-Aghlab—pada masa Daulah Al-Aghalib.
Masjid ini merupakan tempat yang menyeluruh dalam pengajaran berbagai bidang keilmuan. Para ulama besar banyak mengajar di sini, seperti: Abdurrahman bin Ziyad Al-Ma’afiri, seorang pembesar dari para ahli hadits. Begitu pula Abu Said Sahnun At-Tanukhi, Imam Al-Masiri, dan sebagainya.
Para penuntut ilmu datang ke masjid ini dari segala penjuru negerj untuk menuntut ilmu. Ada yang mempelajari kitab tafsir, hadits, fikih, dan bahasa.
Al-Khasyaisyi menggambarkan kondisi ilmiah dalam masjid Zaituniyah, dengan mengatakan, “Masjid ini dipenuhi dengan berbagai bidang ilmu yang bermacam-macam, baik secara aqliyah maupun naqliyah, tujuan dan sarana-sarana. Sampai dikatakan, “Sesungguhnya sepatu setiap kelompok dari para kelompoknya adalah seorang pengajar. Dalam khazanah perpustakaannya telah ditulis buku sebanyak seratus ribu jilid.”
Masjid Al-Qarawain di Maroko
Masjid ini selesai dibangun di Kota Fas, Maroko, pada masa Daulah Al-Adarisah tahun 245 H/859 M. Pada 322 H/934 M, Amir Ahmad bin Abu Bakar Az-Zanati—di antara penguasa Zanatiyin—memperluas dan melebarkannya, juga pada masa permulaan abad keenam hijrah, telah sempurna perluasan masjid dan tambahan perluasannya sehingga menjadi masjid yang tersohor.
Masjid ini mempunyai keistimewaan dengan kedudukannya secara ilmiah yang unggul. Para penuntut ilmu juga datang dari pelosok negeri, untuk menambah keilmuannya.
