Marak Kasus Amoral, Dunia Pendidikan Darurat Akhlak?

 Marak Kasus Amoral, Dunia Pendidikan Darurat Akhlak?

Ilustrasi: Adab.

GURU kencing berdiri, murid kencing berlari. Pepatah yang mengingatkan guru untuk bijak dalam lisan dan perbuatan. Karena guru sebagai pendidik yang digugu dan ditiru oleh murid. Tapi hari ini, dunia pendidikan sedang tak baik-baik saja. Viral kasus-kasul amoral yang melibatkan guru dan murid. Kasus yang mencoreng nama baik pendidikan sebagai kawah candradimuka akhlak mulia.

Dalam sebulan terakhir media sosial dihebohkan video mesum guru wanita dan murid SMP di Grobongan. Investigasi lebih lanjut terungkap keduanya telah melakukan hubungan layaknya suami istri selama dua tahun. Guru di Cengkareng Jakarta Barat hampir diamuk massa, lantaran melakukan pelecehan terhadap 8 muridnya yang masih di bawah umur. Kasus serupa juga terjadi di Ciledug Tangerang, guru agama tega mencabuli 30 murid laki-laki. Bertebaran kasus lain yang melibatkan guru dalam pencabulan, rudapaksa dan pelecehan seksual lainnya.

Lebih miris lagi melihat akhlak murid. Akhir tahun lalu mencuat kasus Supriyani guru honorer dari Konawe Sulawesi Tenggara yang dipidana oleh orang tua murid dengan tuduhan penganiayaan. Kasus pidana guru oleh orang tua murid sudah berulang kali. Lantaran guru menegakkan displin pada murid dalam proses pembelajaran, sedangkan orang tua tak menerima.

Viral video di media sosial terkait kelakuan murid yang menantang guru berkelahi di kelas. Kasus ini terjadi di Barito Selatan, Gresik, Purbalingga, dan Bojonegoro. Padahal guru berusaha menerapkan aturan sekolah dan menasehati murid tersebut. Tapi dengan sombong dan angkuhnya murid tersebut melawan dan menginjak kehormatan gurunya.

Masih hangat di ingatan, murid di Madura menganiaya gurunya hingga tewas. Padahal sang guru hanya menegur murid tersebut lantaran berisik dalam kelas. Dua murid SMK di Manado membunuh guru agamanya. Guru tersebut ditikam secara sadis sebanyak 144 tikaman. Padahal guru tersebut hanya menegur kedua murid yang merokok di lingkungan sekolah. Termasuk guru perempuan pun ditikam oleh pelajar di Kabupaten Kulon Progo.

Kasus-kasus memilukan seperti di atas, sebenarnya hanyalah gunung es dari segudang kasus yang terjadi di lapangan. Masalah lain seperti kurang menghormati guru, malas mengerjakan tugas, terlambat, bolos, kecanduan video porno, narkoba, tawuran, begal, geng motor, dan sebagainya tak pernah surut melilit murid. Selalu saja bermunculan kasus-kasus murid yang membuat sesak dada.

Realita ini menunjukkan bahwa semakin parahnya degradasi akhlak guru dan murid dari hari ke hari. Semakin kentara kehancuran generasi mendatang. Pun berkembang narasi guru takut dipolisikan jika menegur kesalahan murid. Lebih baik murid dibiarkan saja dalam kesalahan daripada menjadi bumerang bagi guru. Tampak dari viralnya video parodi guru cuek dan ogah tegur pelajar. Mau dibawa kemana nasib generasi ke depan dengan realitas ini?

Akhlak Bukan Prioritas dalam Sistem Sekuler

Menelisik secara mendalam, sebenarnya penyebab utama degradasi akhlak guru dan murid adalah pemahaman agamanya yang lemah. Akidah agamanya belum menjadi standar pemikiran dan perbuatannya. Sehingga guru dan murid yang lemah imannya ‘mudah’ melakukan perbuatan yang melanggar aturan agama tanpa merasa berdosa.

Sayangnya di sekolah, pelajaran agama hanya diberikan porsi sedikit, dikalahkan oleh pelajaran umum dan sains. Pun konten materi agama belum membahas secara kaffah, hanya berfokus pada pelaksanaan ibadah ritual. Aturan agama terpisah dan tak menyatu dengan aturan kehidupannya. Wajar pelajaran agama tampaknya kurang membekas pada guru dan murid.

Kondisi ini diperparah dengan sikap pemerintah yang memberikan opini seolah-olah agama sebagai pembawa paham radikalisme. Sehingga membatasi dan mengawasi kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah. Padahal fakta di lapangan, justru para murid yang ikut kegiatan keagamaan lah yang terkategori murid berakhlak baik dan berprestasi di sekolah. Sebaliknya murid yang bermasalah di sekolah dapat dikatakan jauh dan buta dengan agamanya.

Tak hanya itu akhlak murid terpengaruh konten negatif media sosial. Murid sekarang dikenal sebagai generasi milineal yang konsumsi medsosnya mencapai 18 jam perhari. Medsos telah menjadi platform dan sumber berita utama. Publik mengakui proteksi yang dilakukan pemerintah terhadap berbagai video, gambar atau tayangan berbau kekerasan, pornografi, pornoaksi, pergaulan bebas pada media massa (termasuk medsos) begitu lemah. Murid pun begitu mudahnya berselancar dalam medsos menikmati berbagai konten-konten tersebut. Tak ayal lagi, berbagai konten negatif tersebut ‘merasuki’ pemikiran dan mempengaruhi tingkah laku murid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *